Part 3

16 2 1
                                    

Haiii🖐
Green comeback again..

Happy reading
.
.
.

##

Menikah setelah ia sukses menjadi wanita karir adalah impian semua wanita. Tak terkecuali teman-temannya yang lain yang mengharapkan hal yang sama.

Nayna senang dan juga sedih mendengar kabar bahwa Ranaya akan di jodohkan. Apakah nasibnya akan sama sepertinya yang menikah tanpa ada rasa cinta di hatinya karena sebuah perjodohan.

Nayna menghembuskan napas kasar.  Wajahnya tampah sendu memikirkan masa depannya akan jadi seperti apa.

Ia tak menyangka kini statusnya telah berubah menjadi istri dari seorang Arbinar. Jika dilihat Abi cukup baik orangnya walaupun bersikap dingin seperti kulkas.

Semoga keputusannya menerima perjodohan ini tidak salah, ia hanya bisa berdoa yang terbaik untuk pernikahan ini kedepannya.

Walaupun di awali dengan keterpaksaan namun ia harus berusaha yang terbaik menerimanya karena bukan hanya dirinya yang terpaksa tetapi Abi juga. Ia yakin Abi juga terpaksa menerima perjodohan karena tak ada pilihan lain.

Menikah muda juga bukan bagian dari kamus hidupnya, namun jika takdir berkata lain, ia tak bisa mengubahnya hanya bisa menjalani dan berusaha yang terbaik.

Nayna hanya ingin menikah sekali seumur hidup, jadi apapun yang terjadi ia harus mempertahankan hubungan tanpa cinta ini.

Karena ia yakin cintanya akan tumbuh seiring berjalannya waktu dan juga karena sering bersama.

Abi tampaknya juga sedang berusaha menerima semua kenyataan dalam hidupnya yang tiba-tiba, jadi Nayna harus berusaha lebih keras.

Nayna hanyut dalam lamunannya tanpa menghiraukan Abi yang duduk di samping nya.

Abi sedari tadi memperhatikan setiap perubahan raut wajah Nayna dan heran melihat istrinya itu. Melamun sedari tadi entah apa yang sedang ada dalam pikirannya dan sambil menatap ponselnya dengan pandangan sendu.

"Kenapa" Tanyanya dingin. Nayna hanya menggeleng kan kepala setelah tersadar dari lamunannya dan bersiap untuk tidur.

"Gue mau ngomong" Ucapnya dingin. Nayna yang hendak tidur pun dengan malas bangun lagi dan sekarang sudah di posisi duduknya.

"Apa?" Tanyanya sambil mengucek mata.
"Pindah ke apartemen" Ucapnya datar dan singkat.
"Hah" Nayna cengo dengan apa yang di katakan Abi, ia tidak paham apa maksudnya.

"Kita pindah" Ucapnya datar lagi. Membuat Nayna membuka mata nya sekarang.
"Pindah?" Tanyanya dan di angguki Abi.

"Gue gak maksa" Ucapnya lagi datar tanpa ekspresi.
"Gak. Gak mau gue. Kalau kita pindah Ayah dengan siapa?" Tolak ajakan Abi.
"Gue udah ngomong ke Ayah" Tetap datar.

" Pokoknya gue gak mau" Kekeh nolak.
" Ayah sudah setuju" Datar lagi.
"Satuju apaan??"

" Kita pindah" Datar mulu.
"Ya Allah berilah hamba kesabaran menghadapi suami kulkas, Ya Allah" Gumamnya  kesal dengan Abi yang bicara setengah-tengah. Memiliki suami seperti Arbinar harus memiliki kesabaran ekstra dan pemahaman yang harus tinggi.

Abi yang mendengarkan hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Biar kita mandiri" Ucapnya jauh datar dan dingin.
"Kita masih sekolah, By. Kelas X Lagi. Mau mandiri gimana? Sekolah aja masih orang tua yang biayain". Ucap Nayna lebar aja gak panjang.

Abi membaringkan tubuhnya dan mematikan lampu di atas nakas. Membuat Nayna kesal. Pasalnya pembicaraan mereka belum selesai dan Abi malah pergi tidur.

"By, gue gak mau pindah" Menggoyang-goyangkan tubuh Abi yang sudah diselimuti.
"Kasian ayah sendirian. Kalau masih ada ibu, ayah gak bakal sendirian" Nayna mulai terisak muncul bujuran bening dimatanya.

Kalau ia meninggalkan ayahnya sendiri, pasti ayahnya akan merasa kesepian dan tak bisa bermanja-manja dengan ayahnya lagi.

Abi terkejut mendengar Nayna mulai terisak, ia bangkit lagi dan duduk untuk menenangkan istrinya itu. Mengusap lembut punggung Nayna.

"Ayah akan sibuk kerja, sering keluar kota nantinya"  Ucap Abi datar.
Nayna menatap Abi yang berbicara.

"Apartemen ke sekolah cukup dekat" Lanjutnya. Nanya mendongak memperhatikan wajah lelaki yang kini menjadi suaminya itu.

Perlahan Abi menghapus air mata di pipi Nanya dengan kedua ibu jarinya dan membawanya kedalam pelukannya.

Tubuh Nayna menegang, ini pertama kali baginya sedekat ini dengan pria bahkan sampai memeluknya, ia tak menolak skinship yang di lakukan Arbinar.

"Kalo lo kangen kita bisa main ke sini" Sambil mengecup puncak kepala Nayna.

Seketika Nayna memejamkan matanya meresapi kecupan hangat di puncak kepalanya. Ini kedua kalinya Arbinar mengecup puncak kepalanya, selalu terasa nyaman dan ada rasa lain di hatinya.

Nayna merasakan sikap hangat Abi, yang biasanya kelewat dingin. Namun kali ini berbeda, Nayna pun masakan perasaan aneh di hatinya. Tapi ia tidak tau apa itu.

Nayna memeluk erat Abi, merasakan aroma tubuh Abi di indra penciuman nya. Aroma yang sangat ia sukai yaitu mint.

Perlahan ia pun melepaskan pelukannya. Kini mata mereka saling bertemu. Setelah beberapa detik, Nayna mengalihkan pandangannya ke arah lain begitu juga Abi. Salting

"Sekarang lo tidur, besok sekolah" Ucap Abi dingin.

Nanya membaringkan tubuhnya, menutupi separuh tubuhnya dengan selimut.

"Dih kembali ke mode kulkasnya" Batin Nayna

Abi pun ikut berbaring disebelahnya, ikut menyusul Nayna yang telah di telan oleh mimpi.

Pagi menyingsing dengan cepat, sinarnya menembus cakrawala, menatap dua insan yang masih bergemul dalam selimut, masih dengan tidur lelapnya.

Sinar mentari membiaskan cahayanya menemukan kaca ventilasi mengusik tidur seoran gadis yang sekarang berstatus seorang istri.

Nayna membelalakkan matanya. Rasa kantuknya hilang seketika ia menoleh ke samping cuaca cukup darah hari ini. Dengan cepat ia duduk  dan langsung berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah beberapa saat ia keluar dengan pakaian sekolahnya dan membangunkan Arbinar.

"Bi, bangun kita kesiangan. Bangun subuhan dulu. Cepat!!!" Nayna menggoncang tubuh suaminya dengan kuat.

Arbinar menggeliat di dalam selimut, bangun dan segera ke kamar mandi dan membersihkan diri.

Nayna menunggu Arbinar sambil menggerutu. Di hari keduanya menjadi seorang istri malah kesiangan.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka,  keluarkan Arbinar yang telah rapi dengan pakaian seragamnya yang mirip dengan milik Nayna. Segera mereka menunaikan shalat subuh dengan Arbinar yang menjadi imam.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

Arbinar berbalik dan mengulurkan tangannya, di sambut dengan Nayna mencium punggung tangan suaminya tersebut.

Setelah membereskan kembali sajadah dan melipat mukenah, Nayna bersiap-siap untuk ke sekolah. Arbinar sudah turun terlebih dahulu.

Setelah rapi Nayna melirik jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ia pun dengan cepat menyusul Arbinar untuk sarapan, tak ingin membuat Ayah dan suaminya menunggu lama.

###

##

.
.
.
.
.
💚

💚

💚

Terima kasih untuk teman-teman yang udah mampir di cerita ini.
Jangan lupa ⭐ dan komen ya😁

Salam Greenavife💚

_grvie

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang