[1.0] Trust You

811 71 11
                                    

stranger to lovers, horror, hurt/comfort

________


Pintu ganda yang kurang lebih sudah 7 kali Levi buka, masih memperlihatkan pemandangan yang sama di baliknya; ruang luas berisi beberapa perabot yang diselimuti kain putih. Ruang luas itu adalah kamar putrinya yang sudah meninggal 2 tahun silam. Singkatnya, itu kamar kosong, tapi mengapa Levi mengeceknya berulang kali? Dengan harapan bahwa di sana, ia masih dapat menemukan si kecil sedang bermain balok-balokan untuk dijadikan istana?

"Aku hanya membuang waktu," gumam Levi. "Dia sudah tiada," lanjutnya. Menundukkan kepala untuk menyembunyikan raut menyedihkannya, lalu mendecih, "Tch!"

Blam!

Pintu ganda itu ditutup cukup keras, membuat suara dentuman menggema di sepanjang lorong. Levi beranjak, dan di sepanjang perjalanannya, ingatan mengerikan itu berputar lagi, begitu cepat membuat Levi geram, kepalanya pening, selalu seperti itu saat ia mengingat peristiwa 2 tahun lalu.

"Argh!" Levi menekan sisi depan kepalanya dengan tangan kanan, sedangkan tangan yang satunya mencoba mencari pegangan. "Lupakan, Levi...," gumamnya, "lupakan."

"Papa,"

Levi membelalakkan mata. Tangannya mengepal kuat. Ia sadar ini halusinasinya lagi, tapi ia tidak bisa menghilangkan halusinasi itu.

"Pergilah...," pinta Levi, "pergilah jangan ganggu aku!" serunya. Levi menoleh cepat ke lorong yang sebelumnya ia lewati untuk menemukan arwah putrinya, tapi kosong, tak ada siapapun.

"Papa, kenapa? Papa, sendirian?"

Suara itu lagi. Levi menutup rapat kedua telinganya. Terduduk kaku di sana. Suara sang putri tak henti-hentinya terdengar. "Aku mohon hentikan," ujar Levi putus asa. "Aku mohon...,"

"Papa, lihat kemari...,"

Levi berjengit kaget. Takut-takut ia menoleh ke sisi kirinya, arah dimana suara itu berasal.

"Bha!"

Untuk kesekian kali, Levi terbelalak. Detak jantungnya bergerak cepat bersaing dengan deru napas yang memburu. Pemandangan dihadapannya adalah hal yang sangat ingin ia lupakan. Tapi Levi terus saja melihatnya, wajah hancur penuh darah itu, pakaian yang sudah kusam, juga tubuh penuh luka. Itu putrinya, arwahnya.

Levi ingin berteriak, tapi bibirnya kaku, sedangkan tubuhnya sudah bergerak cepat untuk mundur. "P-pergi! Pergi jangan menggangguku!" rancau Levi pada akhirnya.

Pria itu terus berusaha menjauh dari putrinya dengan menggunakan kedua tangan. Kakinya mati rasa. Di sisi lain, sang putri terus saja mendekat, ingin meraih Levi, dengan tangan kecil penuh luka dan darahnya.

"Papa, nande? Aku ingin menemani papa...," ujar gadis kecil itu.

"Pergi! Kubilang pergi!"

"Papa..., nande, papa?"

"Pergi, pergi! PERGI!"

Levi membuka matanya lebar-lebar. Tidak ada apapun lagi, dan ia sudah tidak di lorong menuju kamar mendiang putrinya.

"Levi!? Ada apa? Kau bermimpi buruk?"

Levi menoleh melihat siapa yang menanyainya. "H-hange?" Alis mata pria itu bertaut.

"Ah, saat aku kemari, aku menemukanmu pingsan di lorong, jadi aku memindahkanmu ke sini." jelas Hange tanpa diminta. "Levi, kau melihatnya lagi?" tanya wanita itu. Levi tak menjawab. Membuat Hange menghela napas panjang. Levi masih sangat tertutup dengannya, padahal sudah bersahabat hampir enam tahun. Dan tentu Hange tahu masalah Levi.

経験的 [ Sempiternal ] - EruRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang