Setelah dari Monas, aku tidak langsung kembali ke kantor. Aku tahu kalau jam makan siang sudah habis sejak dua jam setengah yang lalu. Aku takut kalau nanti aku kembali ke sana, bima akan marah ketika melihatku dan membuat seisi kantor jadi buruk.
Kembali ke cafe tambora. Aku langsung duduk di salah satu kursi yang sudah menjadi tempat duduk favoritku ketika ke sini. Cafe terlihat sangat sepi siang ini, pelayan cafe datang menawarkan menu, dan aku langsung memesan lemon tea seperti biasanya.
Beberapa saat aku hanya merasakan hening, sampai lagu Andrew Belle - to be alone, terputar didalam cafe ini.
The moment when we lost control
The closing of your bedroom door
Oh this is what it feels like
This is what it feels likeThe silence swells and tears a hole
A ghost escaping from his bones
Oh this is what it feels like
This is what it feels likeAku mencoba memejamkan mata, menikmati lagu yang terputar, merasakan kehangatan yang tiba tiba menyapu sekitar ku. Kehangatan yang selalu aku butuhkan ketika aku benar benar merasa sendiri. Lagu ini mungkin cocok di putar pas malam hari, di kamar sendirian.
To be alone
To be alone
And no one
And no one
Really knowsSeorang pelayan kembali datang menyajikan pesanan yang aku pesan beberapa menit yang lalu. Tapi lagi, seperti biasanya, aku hanya memandanginya dan memainkan embun di sekitar gelas itu, kemudian.
I told you there was more to give
If you'd open up and let me in
Oh this is what it feels like
This is what it feels like'Cause I've been searching for a pin
To rest inside this rusted hinge
Oh this is what it feels like
This is what it feels likeTo be alone
To be alone
And no one
And no one
Really knowsAku masih menikmati suasana, enggan untuk sedikit saja mengubah apa yang saat ini aku rasakan. Semesta seakan ikut berkonspirasi tentang apa yang sekarang sedang aku pikirkan. Dan lagu ini, seakan sebuah hal yang dapat mewakili perasaanku hari ini.
Don't you know I'll be there in the evening
To be the bulb hanging from your ceiling
Shining though you can barely see me burning out
Don't you know I'll be there in the morning
To be the only hand you're holding
To be the one worthy of this story's endingTo be alone
To be alone
To be alone
To be alone
And no one
And no oneSeperti De javu, aku mendengar suara decitan kursi yang ditarik. Dan saat mendongak, waktu benar benar seakan di putar ke belakang. Suasana yang sama, posisi yang sama, aku melihat orang yang sama seperti kemarin. Dia membawa beberapa buku ditangannya sebanyak kemarin, memakai celana dengan warna yang sama, tapi kemeja dengan warna yang berbeda. Rambut acak yang mengganggu pandanganku padanya juga masih sama. Dia terlihat sangat santai langsung duduk tanpa meminta ijin terlebih dulu padaku seperti kemarin.
"Kamu...." Aku sedikit menyipitkan mata untuk mengamatinya dengan seksama.
Really knows
Lagu terhenti, tepat saat dia menatap balik mataku. Dia tersenyum, dia sadar dengan keberadaanku, tapi dia tidak sadar atas kesalahannya.
"Nama ku Aksa." Dia tersenyum sekilas kemudian sibuk membuka salah satu buku yang dia bawa.
"Saya tidak tanya." Ucapku dengan menatap kesal padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbuh
Teen FictionKamu harus selalu tumbuh di manapun kamu berada. Kamu harus tetap hidup walaupun tidak ada air dan makanan di tempatmu. Bagaimana pun, kamu harus tetap merasa berharga walaupun kamu tumbuh di antara air yang keruh. Kamu harus tetap merasa menjadi ha...