"lo suka, kan?"
"makanya gue pernah bilang kita senasib karena memang begitu adanya."
"lo suka self-harm, sama kayak gue."
sepanjang perjalan pulang, jeongin tak bisa berhenti bergidik. mengingat kalimat taehyun tadi sekejap membuatnya ngeri. dari awal jeongin mengenal taehyun, jeongin sudah mengira anak itu memang sedikit aneh. tapi, jeongin tidak pernah mengira dia akan seaneh itu.
jeongin sesungguhnya tidak terlalu tabu mengenai self-harm, cutting, atau apalah itu. dia cukup tahu banyak mengenai hal yang sering kali dilakukan oleh orang-orang yang telah mencapai batasnya. orang-orang yang telah kehilangan dedikasi untuk hidup. orang-orang seperti taehyunㅡapakah taehyun memang orang seperti itu?
jeongin tidak tahu.
namun, jika taehyun mengatakan jeongin selayaknya dirinyaㅡjeongin rasa perspektif itu tidak terlalu tepat. dia belum tahu mengapa jeongin melakukannya. dia belum tahu apa alasan jeongin mengiris pergelangan tangannya. dan dia jelas belum tahu rahasia terbesar yang jeongin.
"dia berani ngajak bicara karena ini?" pemuda itu bergumam, memandang layu pergelangannya yang tampak menyedihkan. "tapi, kenapa? apa untungnya?"
bisa jadi, taehyun akhirnya merasa tidak sendiri.
mungkin pemuda itu senang melihat orang lain sedang bergelut dengan hal yang sama dengannya. merasa senasib, merasa sepenanggungan, dan merasa sama-sama tertinggal.
"masa gitu?"
tapi kalau dipikir-pikir, apa lagi alasan selain itu? satu-satunya yang paling logis ya, sebab taehyun merasa memiliki teman. dia pasti spontan menganggap jeongin temannya begitu melihat luka memprihatinkan ditangan jeongin. padahal, diri jeongin jauh lebih memprihatinkan dibanding lukanya.
"terserah lah." pemuda itu lagi-lagi bergumam, mengeratkan jaket yang ia kenakan sebab angin malam mulai menerpa. "lagipula aku enggak terlalu deket sama dia."
dan jeongin berakhir sibuk menerka apa dalih kang taehyun mendekatinya. melupa jika beberapa saat yang lalu dia sempat merasa sedang diikuti oleh seseorang.
"huh?" untungnya, jeongin langsung teringat walau secara mendadak. menyebabkan dia refleks menoleh ke belakang tanpa aba-aba.
namun, tidak ada siapapun.
di belakangnya kosong dan tidak ada lagi suara yang seolah menggandakan langkah jeongin. berarti yang tadi itu, hanya bayangannya saja? cuma sebatas di dalam kepala jeongin, ya kan?
"semoga...semoga memang cuma perasaanku aja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[vii] sleep tight
Fiksi Penggemar[slow update] semakin lama, jeongin jadi semakin takut untuk tidur ft. jeongin. est. 2021 ⚠️ self harm, harsh words, lowercase