Mark bangun pagi sekali dengan hati senang karena hari ini adalah hari ulang tahunnya, tapi disisi lain dia juga khawatir dengan Haechan, karena anak itu sudah tidak masuk sekolah selama 4 hari.
Mark berencana untuk mentraktir Haechan, jadi segera setelah bangun dia langsung pergi mandi dan berganti pakaian yang sangat rapi. Setelah semua persiapannya selesai, Mark pergi ke rumah Haechan, tetapi saat sampai disana rumah Haechan sangat sepi.
Mark melihat sekelilingnya dan melihat seorang anak laki-laki yang dia kenal bernama Jaemin sedang menyapu di halaman rumahnya, Mark menghampiri Jaemin.
"Uhh permisi" sapaan Mark yang canggung itu membuat Jaemin langsung menoleh.
"Ya ada apa?" Jaemin menghentikan kegiatan menyapunya.
"Apa kau melihat Haechan keluar rumah akhir-akhir ini"
Jaemin tampak mencoba mengingat sesuatu, "Seingatku 4 atau 3 hari yang lalu ibunya pulang ke rumah, tapi kemarin ibunya keluar dari rumah itu seorang diri aku juga tidak melihatnya keluar bersama Haechan"
Seketika itu juga Mark menjadi panik, "Apa kau punya kunci cadangan rumah itu?"
"Ya aku punya, karena ayahnya dulu menitipkannya padaku, akan ku ambilkan sebentar"
Jaemin masuk ke dalam rumah dan keluar lagi dengan sebuah kunci, mereka berdua menuju rumah Haechan dan segera membukanya.
"Oh shit"
Mark mengumpat saat bau amis darah tercium, Jaemin menahan dirinya untuk tidak muntah sambil mencoba menelepon polisi. Mark langsung masuk ke rumah itu dan menemukan banyak bercak darah di ruang tamu itu, dia segera mengecek seluruh ruangan di rumah itu.
"AHHHH!" suara teriakan dari Jaemin membuat Mark yang akan membuka kamar mandi langsung menghampiri Jaemin.
"Ada apa Jaemin?" tanya Mark sambil mencoba menenangkan Jaemin yang sangat shock, "I-itu H-Haechan bersimbah da-darah di dalam sana"
Mark segera mengecek kamar Haechan, dan kakinya menjadi lemas seketika, dia melihat Haechan tergeletak di lantai dengan tubuh penuh lebam dan darah yang terus keluar dari kepalanya. Mark menangis sangat kencang, ingin rasanya dia menghampiri tubuh Haechan tetapi kakinya seolah tidak mempunya tenaga.
Jaemin yang selesai menenangkan diri dan menelepon polisi, segera memeluk Mark untuk menenangkannya. Tak lama kemudian terdengar suara sirine mobil polisi di depan rumah Haechan.
...
Haechan di makamkan setelah otopsi dan dari hasil otopsi, kepala Haechan dipukul dengan benda tumpul begitu pula dengan seluruh lebam yang ada di tubuhnya.
Di tubuh Haechan juga di temukan beberapa sayatan pisau yang cukup panjang, setelah mendengar semua hal itu Mark bersumpah akan membuat ibu Haechan menyesali perbuatannya.
Upacara pemakaman Haechan sudah selesai tetapi Mark masih berada di sana dengan terus menatap ke makan Haechan dengan pandangan kosong.
"Tega sekali kamu memberikanku hadiah ulang tahun seperti ini, padahal aku akan mentraktirmu makan pizza tapi kenapa kamu malah pergi sangat jauh" Mark kehabisan kata-kata dan dirinya hanya bisa menangis.
Mark mencoba berbicara lagi, "A-aku janji, akan menemukan ibumu dan membuat dia bertanggung jawab atas kematianmu"
Mark berada di makan Haechan hingga matahari hampir terbenam, dan baru sampai di rumahnya saat malam. Mark heran karena di depan rumahnya ada 2 orang berpakaian seragam kepolisian sedang memegang sebuah kantong yang cukup besar.
"Uhh kalian ada urusan apa ya?" Mark menepuk pundak salah satu polisi itu.
Polisi yang ditepuk pundaknya menoleh, "Ohh apa kamu yang namanya Mark?"
Mark mengangguk, "Ya, ada urusan apa ya?"
"Ini barang milik korban, kami menemukannya saat melakukan penyelidikan" polisi yang satunya lagi memberikan kantong yang dibawanya dari tadi.
Mark segera menerima kantong tersebut, "Terima kasih banyak"
Kedua polisi itu langsung pergi dan Mark langsung menuju kamarnya , dia membuka kantog tersebut dan menemukan sebuah diary serta sebuah bungkusan kado di dalamnya. Mark segera membuka bungkusan kado itu, dirinya melihat sebuah boneka berbentuk semangka yang cukup besar dengan sebuah kartu ucapan yang menempel pada boneka itu.
'Selamat ulang tahun Mark, kamu harus senang dengan hadiah yang kuberikan karena aku tau kamu suka sekali dengan semangka. Aku sempat heran juga karena ada orang yang sangat terobsesi dengan buah semangka, ya intinya semoga kamu suka hadiah ini. boneka ini juga buat pengingat kalau aku gak ada di dekatmu, jadi kalau kangen aku tinggal peluk saja boneka ini:v"
Mark mencoba untuk menahan tangisannya dan melanjutkan untuk membuka buku diary dengan sampul berwarna hitam dengan sedikit aksen berwarna merah. Mark membaca satu persatu halaman diary tersebut, tanpa sadar dirinya meneteskan air mata.
Mark sampai di halaman terakhir buku tersebut dan tangisannya semakin kencang, saat akan menutup buku tersebut Mark merasa ada sesuatu di halaman paling terakhir buku tersebut dan membukanya.