Prolog

169 11 4
                                    

Dexter, sebuah geng yang didirikan cukup lama. Perkumpulan anak lelaki dari berbagai macam kota dan negara, bahkan umur tak menjadi penghalang. Geng motor? Kurasa tidak. Perokok, pemabuk, bahkan mereka tak segan segan membunuh orang yang mengusik mereka. Kejam memang, tapi itu kenyataannya. Bahkan para pihak polisi pun tak ada satupun yang berani pada mereka. Mungkin salah satunya karna faktor uang, sebagian besar anak anak dexter memang tergolong anak kolongmerat, terbukti dari penampilan dan kendaraan yang mereka bawa ke sini, warung mang odeng. Lagipun mereka yakin,dexter masih punya batas dalam hal seperti itu.

Warung yang biasa mereka duduki ketika sedang santai, mungkin bisa di sebut sebagai markas? Tapi tentu mereka mempunyai markas yang lebih dari warung mang odeng.rumah mewah di jalan dexter contohnya? Haha, bahkan jalan saja di sebut dengan dexter, karna warga di sana tau, dexter lah pemilik jalan itu. Dan memang hanya ada satu rumah di jalan itu, markas dexter.

Kini, dexter sudah masuk ke angkatan ke delapan, ketuanya di pilih dari kepintaran mereka dalam beladiri, taekwondo dan lain sebagainya. Jika ada yang bisa menandingi ke ahlian ketua dalam beladiri, maka detik itu juga ia di nobatkan sebagai ketua dexter,tapi sampai sekarang belum ada yang bisa menyingkirkan gervarld 2 tahun terakhir ini.

Gervarld varenaldy ravangga, pewaris tunggal dari kekayaan keluarga ravangga, dengan perusahaan dimana mana. Lelaki tampan itu menjabat sebagai ketua dexter 2 tahun lalu, saat dia masih duduk di kelas 10 sma. Kejadian tak di duga yang membuat rama harus tergeser kedudukannya.

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, namun warung mang odeng masih sangat ramai dan tentunya berisik. Lelaki dengan jaket hitam itu berjalan memasuki warung, jangan lupakan bandana hitam dengan gambar tengkorak dan sayap itu yang ia ikat di lengan tangannya, suatu ciri khas seorang ketua dan mantan dexter.

Tak sedikit yang menyapa nya, dan hanya di balas anggukan kecil olehnya. Dia berjalan, menduduki kursi single di sudut sana, membuat atensi 5 remaja di depannya teralih padanya. "wih bang roma, ape bang? Kangen sama aku?" tanya salah satu dari mereka, lelaki itu menyugar rambutnya menggunakan sebelah tanganya membuat temannya yang berada di sampingnya nya menyentil keras kupingnya.

"rama." koreksinya membuat lelaki itu menyengir kuda, sebut saja raden. Raden danuarta, salah satu anggota inti dexter.
"serius." ujarnya lagi tajam, dia rama, mantan ketua angkatan tujuh.

Ke lima lelaki itu menatap serius rama, tanpa ada yang berani berbicara sekata pun."alm bang atha nyuruh kalian jaga putri nya sebelum dia meninggal" ujarnya.

"montok ga bang?" tanya gavian, gavian wihibrata alexand, sama seperti raden, dia juga anggota inti dexter, dengan akhlak yang minim.

Lelaki berhoody putih itu menendang pelan tulang kering gavian membuatnya meringis pelan. "anjing serius kek!" dia jevri megantoro.

"terus bang?" ujar lelaki dengan kemeja kotak hitam putih itu, dia relvin. Lelaki itu hanya mempunyai satu kata dalam namanya, sangat unik tapi bisa di bilang aneh.

"zee--

"wihh ada apa ni rame rame?" tanya seorang lelaki yang tiba tiba datang, jangan lupakan tangannya yang masih berusaha membenarkan celana jeans hitamnya. Dia sean denandra. Lelaki itu baru saja datang dari toilet, karna makanan basi milik raden.

"giveaway dosa, mau?" gervarld terkekeh pelan membuat mereka ikut terkekeh bahkan tertawa saat melihat raut wajah sean yang tak bersahabat.

Rama me mutar kedua bola matanya, tanpa memperdulikan sean, ia melanjutkan ucapan nya yang sempat terpotong. "zeera deschelia graceva, dia bakal pindah ke sekolah kalian lusa."

"bukannya anak nya bang atha dua ya?"

"turutin saja."

.

.

.

.

.

Cerita kedua, smoga lancar.
Makasi, see you

DexterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang