"aku Di Bully Keluarga?"

101 10 2
                                    

Author pov

"zeera! Piring nya kotor" panggil gadis dengan rambut pirang yang tergerai itu. Ia memainkan tangannya, menyuruh adik nya mendekat.

Gadis yang di panggil zeera itu mendekat dengan raut wajah bertanya. "kan habis di pake, ya kotor dong kak" jawab nya tanpa dosa membuat perempuan di hadapannya menatap tajam.

"cuci!"

"tapi kan ada bibi, lagi--

"gada penolakan! Cuci cepat!" sarkas zenna, zenna deschelia graceva, kakak dari zeera itu bangkit dari duduknya, mengambil ponsel berwarna rose gold miliknya, meninggalkan adiknya di meja makan bersama piring piring kotor.

Zeera menjatuhkan rahangnya, menatap tak percaya kakaknya yang mulai menaiki tangga untuk menuju ke kamar nya, lalu mengalihkan atensinya pada tumpukan piring, mangkuk, dan gelas kotor di atas meja makan. "aku dibully keluarga?" tanya nya pada diri sendiri, entah kenapa semenjak kepergian ayahnya seminggu lalu, kakak dan mamahnya itu mendadak berubah, seperti orang lain bahkan zeera tak mengenal siapa mereka, perubahan nya membuat zeera mengelus dada sabar.

Zeera mengambil beberapa piring itu menggunakan dua tangan nya, ia tak mungkin membawanya sekaligus, piring itu terlalu banyak untuk tangan kecilnya. Menaruhnya di wastafel dan mulai mencuci nya setelah semua piring sudah ia bawa. "eh dek, kok nyuci? Mau bibi bantu?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja datang. Zeera memang sengaja meminta para art bahkan sopir untuk memanggilnya dengan sebutan 'adek', ia tak nyaman jika di sebut dengan 'nona'.

Zeera menggeleng pelan, "gausah bi, piring nya mau main sama zeera katanya"

Bi hanum menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, dia sudah tau perubahan sifat mamah dan kakak zeera semenjak satu minggu lalu, bahkan keluarga besar zeera pun sama, mereka menganggap zeera adalah dalang dari kemarian athala, ayah nya.

"zeera itu pembunuh!"

Semenjak satu minggu ini, dia sudah mulai terbiasa dengan kata itu, kata yang selalu mememakkan telinganya. "yaudah bibi tinggal dulu ya, mau ambil jemuran" pamit bi hanum lalu pergi dari penglihatan zeera setelah gadis itu mengangguk.

Setelah selesai, gadis itu memundurkan sedikit tubuhnya dari wastafel, menepuk pelan tangannya, seraya melihat hasil kerja nya malam ini, bersih. "kalau gini kan ngga malu maluin taehyung" ujarnya percaya diri dalam hati.

Gadis mungil itu melangkahkan kaki nya menuju kamar nya yang berada di lantai dua, sedikit mengintip pada kamar zenna dengan pintu yang terbuka tak begitu lebar, menyembunyikan dirinya di balik tembok lalu sedikit mendengar percakapan itu.

"cantik banget anak mamah" ucap seorang wanita paruh baya sambil melihat penampilan anak nya, gaun yang ia belikan untuk zenna ternyata pas dan cocok di badan kurus zenna. Ya, wanita itu memang sering melakukan diet ketat, bahkan sekarang tubuhnya bisa di katakan kurus bukan ideal lagi.

"kan anak mamah, makannya cantik. Bukan anak orang lewat tentunya" jawab zenna dengan senyuman nya, zenna memang sangat mirip dengan zeva mamah nya, berbeda dengan zeera, kalau kata ayahnya, dia sangat mirip dengan alm neneknya.

Zeera tersenyum manis, sangat manis, tapi air matanya tetap menetes tanpa izin, dengan cepat ia menghapusnya. "ternyata mamah sama kak zenna lebih bahagia tanpa zee, pah" ucapnya pelan, tanpa lawan bicara.

Gadis itu kembali melanjutkan jalannya, membuka kamar miliknya dan tak lupa menguncinya dari dalam. Berjalan mendekati meja belajarnya, lalu mendudukan dirinya di kursi berwarna putih itu. "kangen papah deh"

Tangan mungil itu mengambil bingkai foto yang berada di atas mejanya, terdapat dirinya dan alm athala ayahnya di foto itu, mereka tengah tertawa bahagia tanpa beban.

DexterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang