•••Beltaza menggeram kesal setelah ditangkap seorang pangeran tanpa nama. Ya sampai detik ini, gadis itu belum tahu siapa nama pangeran yang sudah menangkap dan membawanya sekarang menuju istana bermaksud menjebloskan gadis itu kepenjara bawah tanah.
Beltaza sedang berpikir keras, bagaimana caranya agar dia bisa melarikan diri dari jeratan pangeran tampan itu.
Sekarang ini dia sedang dikawal oleh beberapa prajurit dari berbagai sisi. Tangannya sudah diikat dengan tali dan tali itu panjang lalu ujungnya di ikat lagi untuk menyeret Beltaza agar tidak bisa kabur.
Otaknya berpikir untuk melarikan diri dengan cara izin untuk buang air kecil. Siapa sangka sang pangeran sendiri yang akan mengawalnya membuat Beltaza kehabisan kata-kata.
"Yang mulia pangeran berkuda! Izinkan saya kebe—maksud saya, saya ingin buang air kecil... Tolong yang mulia, saya sudah tidak tahan lagi." Beltaza sedang berakting layaknya orang pengen pipis. Dia terus meringis melakoni sandiwaranya agar bisa cepat kabur.
"Baiklah. Saya yang akan mengawal anda, nona." raut muka pangeran itu sangat datar, alis tebalnya terlihat menukik tidak senang. Dia hanya tidak ingin gadis itu kabur. Maka dia sendiri yang akan turun tangan mengawalnya.
Beltaza mengumpat dalam hatinya melihat keteguhan—bukan lebih tepatnya keras kepala sang pangeran.
Beltaza dengan malas mengiyakan. Tapi, otaknya lagi-lagi berpikir keras bagaimana cara mengelabui sang pangeran yang keras kepala itu.
Mereka berdua memasuki hutan yang begitu lebat. Selama perjalanan hanya pohon-pohon besar nan tinggi menjulang selalu mereka jumpai. Bermodal nekat, gadis itu sudah merencanakan sesuatu.
"Yang mulia pangeran... Bisakah anda menunggu di sini saja. Saya akan menuntaskan kegiatan saya dulu."
Pangeran itu tidak bergeming membuat Beltaza kesal.
"Yang mulia pangeran... Saya ingatkan bahwa saya ini masihlah seorang gadis. Bukankah tidak etis bagi pria bangsawan saperti an—"
Ucapan Beltaza terpotong karena pangeran langsung menyela.
"Baiklah. Baiklah! Awas kalau anda berniat kabur! Hukuman anda akan saya lipat gandakan." ujarnya datar. Tapi membuat Beltaza menelan ludah gugup setelah mendengar ancaman itu.
Gadis itu pun berjalan mendekati pohon yang paling besar yang lumayan agak jauh dari pangeran itu berdiri sambil menunggunya. Beltaza menggerutu dalam hati.
Gimana bisa kabur kalo pangeran itu aja ngeliat ke sini terus!
Gadis itu bergerak gelisah dibelakang pohon tidak menyadari bahwa gerak-geriknya selalu di intai.
°°°
Salah satu hal yang paling gue sesali didunia ini adalah bertemu cowok ganteng yang malah ngebawa gue secara gak langsung masuk ke negeri dongeng ini!
Andai waktu itu gue gak lancang ngebuka barang yang bukan milik gue. Gue gak bakalan berakhir didunia anta-berantah ini.
Emang bagus gue bisa liat hal yang belum pernah gue liat sebelumnya kayak yang ada dinegeri dongeng ini. Tapi tetap aja ada rasa sesal yang amat sangat ngebuat gue frustasi dan hal itu terjadi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Negeri Dongeng | Lee Heeseung ENHYPEN |
FantasyBeltaza dan buku dongeng yang tidak bisa dipisahkan. Ini cerita tentang Beltaza yang menyukai cerita dongeng. Impiannya hanya satu, bertemu dengan pangeran didalam cerita dongeng. Cerita dongeng merupakan cerita yang paling klise, karena tidak masu...