⏳ ―zwei

1.3K 125 37
                                    

[ selasa ]


Jay berdiri di depan rumahku.

"Eh, Jay? Mana motor matic yang selalu lu dambakan itu?"

Ia tersenyum simpul. "Gua putuskan untuk naik bus dari sekarang," kata Jay.

"Loh, kenapa?"

"Mengurangi pencemaran udara?" katanya sambil mengindikkan bahu. "Takut ngga aman lu nya kalo pake motor terus. Kalo bus kan lebih aman."

"Bodoh." Tapi aku tertawa karenanya.

"Langkah lu lama." Kemudian Jay menarik tanganku. "Ayo cepet gue kebelet!"

Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, Jay itu sangat amat dermawan. Tak diragukan lagi, ongkos busku aman di dompet, sementara ia yang akan bertanggung jawab. Hehe.

Sampai masuk gedung sekolah, anak-anak ramai berdesas-desus. Mereka menatap intimidasi seolah gue baru aja melakukan kesalahan fatal.

"Oi!" teriak seorang siswi, Somi. Perempuan yang sangat dominan di kelas, selebgram dan visual majalah sekolah.

Dia menunjukan layar ponselnya. "Lo... serius pacaran sama Jake?"

Aku kaget. Aduh, jantung ini kayak mau salto.

Koran sekolah memang berbahaya. Mereka sangat paparazzi dan menyebar cepat di lama web sekolah. Ah, biasanya aku akan meminta perlindungan pada Jay, tapi bahkan ia menuntut penjelasan soal ini.

Jay belum tahu kalau aku pacaran sama Jake.

Oh iya, dimana Jake? Kenapa cuma aku yang dipojokkin begini?

"Wah, penulis ini ternyata sibuk halu ya, sampe ngga bisa bedain dunia real." Somi mendorongku dengan keras, hingga tubuhku mencium lantai.

"Kalo lo beneran pacaran sama Jake, harusnya dia udah di sini buat lindungin lo. Tapi―pfftt!" Dia tertawa sejenak.

"Tapi kayaknya ngga mungkin juga kalian pacaran. Lo pelet Jake, ya?"

Semuanya bungkam. Memotret diam-diam. Menyaksikan kami yang seolah tengah berlakon di atas theater drama.

Kemudian Jay memegang tanganku dan membantu berdiri. "Lie, apa-apaan ini?"

"Wah, bahkan sahabat lo sendiri ngga tau? Jadi, berita ini ngga bener, kan?" tuntut Somi.

"Benar!" gertak seseorang dari belakang.

Dengan cepat aku melihat ke arah belakang suara. Anak itu, datang.

Langkah ia mendekat. Atmosfer semakin menegang. Dan atensi pada Jake begitu tersorot.

"Mustahil." Ekspresi Somi tidak percaya.

"Gua ngga suka ditebak. Apalagi tebakan lu tadi salah." Tanpa permisi, Jake merebutku dari rangkulan Jay.

"Gue dan Lie saling suka. Hubungan kita serius." Tubuh kami kian melekat, hingga dapat terlihat selisih jauh tinggi kami. "Jadi, jangan ganggu wanita gua."

Saat itu juga, nanar Somi dapat terlihat malu. Harga dirinya dijatuhkan di depan banyak orang. Aku tidak pernah ... melihat Somi dipermalukan begini.

Jujur, aku jadi merasa tidak nyaman sama Somi.

Tapi ... aneh.

Jadi, ini rasanya dilindungin?

Ini rasanya diakui, dengan tulus.

[✔] 𝘁𝗲𝘀𝘁𝗶𝗺𝗼𝗻𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang