⏳―sechsieben

1.1K 122 29
                                    

[ sabtu ]


Kami, duduk berdua.

Hujan sudah reda. Nyaris berhenti. Langit yang menggulita, hanya diterangi sebuah lilin tepat berdiri di tengah kue.

"Selamat ulang tahun~
Selamat ulang tahun~
Selamat ulang tahun Lie Cytheria~!
Semoga makin pinter~!"

"Hei! Itu ngejek, ya?" tanyaku bergurau.

"Kan gue doain biar lu makin pinter. Masa iya mau nyontek gua mulu?" Ia menertawaiku puas. Tidak bisa kujawab karena itu fakta.

"Udah cepet make a wish terus tiup lilinnya!!" titah Jay merasa tak sabar. Padahal aku yang ultah.

Aku mengatupkan kedua tangan dan menutup mata. Aku diam sejenak. Karena begitu banyak permintaan, aku tidak tau harus memprioritaskan yang mana. Sampai aku sadar, bahwa dalam bayangan hitam ini, aku melihat jelas senyum Jake dan tawanya.

Rasanya, hanya seperti mimpi.

Sementara.

Fana.

Kemudian aku meniup lilin itu. Jay yang setia memegang kue, beralih memotong pelan lapisan kuenya.

"Btw... tangan lo kenapa?" tanya dia sambil kasih kue baru saja dipotong.

Tapi, dia malah membuka mulutnya dan memberi gerakkan jari seolah minta disuapi sepotong kue tadi.

"Ih, udah kasih ke gua juga! Hampir gue jilat."

"Maksudnya kasih ke elu buat suapin ke gua," bantah Jay.

"Tapi kan, yang ultah gue!" Ya, aku enggan kalah berkelakar.

"Liat nih, gue udah ujan-ujanan bawain kue, untung gue bawa payung biar lu ngga keujanan. Sekarang tinggal nyuapin aja masa perhitungan?"

"Itu lu yang perhitungan, Jay!" Tetap saja aku menyuapinya, karena malas berkelakar panjang. "Wah... mulut lu gede banget."

Jay dengan mulut penuh, bertanya, "Jadi pertanyaan gue dikacangin nih?"

"Ah, cuma jatuh. Luka biasa."

"Beneran?"

"Iyaaaa."

Jay mengangguk. Lalu kembali bertanya, "Lo... ngga up part baru lagi?"

Sudah kuduga ia akan ungkit itu. Aku menghela napas. "Belum ada inspirasi. Masa gue nekat dibully kesekian kali sama readers."

Setelah menjawab pertanyaannya, Jay menyuapiku sepotong kotak kecil dari kue. "Trial ... seminggu yang lu maksud gimana?"

"Hah?"

"Eh?"
"Uhuk! Uhuk!" Jay tersedak tiba-tiba. Padahal dia yang kasih pertanyaan malah dia yang shock.

"Yuk, pulang aja. Udah larut nih." Mungkin lantaran Jay merasa canggung, dia langsung mengakhiri percakapan yang belum usai.

"Eh, bentar lagi ujian loh."

"Ck! Kenapa sih diingetin?" geramku.

"Diingetin aja lu ngga belajar, gimana ngga diingetin?"

"Yaelah. Percuma juga lu ingetin, gue buka buku aja bawaannya ngantuk."

"Kalo gitu, besok harus ke gedung perpus kota!" Jay makin menjengkelkan.

"Anjir, pacaran aja lo sama buku!" Aku semakin jengkel.

[✔] 𝘁𝗲𝘀𝘁𝗶𝗺𝗼𝗻𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang