Please... Don't Go...

568 55 8
                                    

Sudah dua jam mereka menunggu kabar dari dokter tentang Indonesia. Setiap waktu mereka semakin khawatir.

Tak lama setelah itu, dokter keluar dari ruangan UGD. Mereka terkejut dengan terbukanya pintu UGD dan langsung berdiri menghampiri dokter. Lalu berharap dokter memberikan kabar baik.

"Dok, bagaimana keadaan akak saya dok?", tanya Malaysia dengan panik.

Dokter menghela nafas dengan wajah yang sedih. Itu berarti ada kabar yang buruk.

"Pasien mengalami pendarahan dikepala yang cukup parah akibat benturan yang cukup keras", jelas dokter.

Semuanya terkejut dengan perkataan dokter, air mata mulai berjatuhan lagi.

Separah itukah keadaan Indonesia sekarang?

Lalu dokter melanjutkan penjelasannya, "Dan kami tidak tahu kapan pasien akan sadar. Mungkin pasien akan sadar untuk waktu yang lama. Atau mungkin tidak".

"J-jadi m-maksud dokter....", tangisan Philippines mulai pecah.

Dokter mengangguk, "Dia koma".

Ribuan belati menusuk hati mereka saat mendengar bahwa Indonesia mengalami koma.

Tangisan Japan semakin menjadi-jadi, lalu Italy memeluk Japan dan ikut menangis. Begitu juga dengan Belgium, dia semakin menyalahkan dirinya, dan Luxembourg mulai kewalahan.

Portugal dan Russia diam mematung.

Netherlands menutup wajah dengan satu tangannya. Dia sangat kecewa pada dirinya sendiri.

Timor menangis dipangkuan Thailand. Keluarga ASEAN tidak bisa berkata-kata.

Braaak

Malaysia memukul tembok dengan keras, air mata Malaysia mengalir deras.

"SIAL!! Kalau saja aku lebih cepat! Akak tidak akan begini!!", teriak Malaysia.

Philippines menepuk pundak Malaysia, "Malaysia, sudahlah. Ini rumah sakit".

Tiba-tiba Brunei memeluk Malaysia dan mengelus punggungnya.

"Malaysia, kamu harus kuat. Perbanyaklah berdoa untuk keselamatan Indonesia, pasti tuhan akan mendengar doa-mu, Malaysia. Aku yakin", ucap Brunei dengan lembut walau dia juga menangis.

Malaysia menangis keras dalam pelukan Brunei. Dia tidak bisa menahan perasaannya.

"Dokter, apa kami boleh menjenguknya?", tanya Taiwan yang matanya masih berbekas air mata.

"Saat ini kalian belum boleh menjenguknya, pasien masih dalam pemeriksaan. Besok baru boleh menjenguknya", jawab dokter.

"Begitu ya", kecewa Taiwan.

China memegang bahu Taiwan, "Taiwan, ayo kita pulang aru~. Besok kita bisa menjenguk Indonesia".

Sebenarnya China belum ingin pulang, dia masih mau menemani Indonesia. Tapi apa yang bisa dilakukannya. Tak ada pilihan lain.

Taiwan mengangguk lalu mengikuti China pulang bersama keluarga Asian lainnya kecuali Vietnam.

Timor menarik baju Malaysia, "Kak Malay, ayo kita pulang".

"Iya ayo", ajak Malaysia lalu berjalan pergi. Tapi Brunei memanggilnya.

"Malaysia!".

Lantas Malaysia berbalik.

"Apa aku boleh menginap di rumahmu sampai Indonesia siuman?", tanya Brunei yang agak ragu.

Malaysia terdiam.

We Love You ~ Hetalia Indonesia ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang