~~ Because My Mistake ~~
Kereta itu akhirnya berhenti ketika sampai ke stasiun tujuannya. Suara peluit berbunyi nyaring, memberikan tanda untuk para penumpang jika mereka baru saja sampai ke tempat tujuan. Seorang gadis turun dari kereta itu, membawa sebuah koper di tangannya.
Turun dari kereta, Himawari langsung disambut dengan pemandangan hutan yang masih lebat di sana. Melihat langit biru bersih di atasnya, ia sudah menduga sejak awal kalau hari ini adalah hari yang tepat untuk mengunjungi kakaknya. Kejadian minggu lalu sempat membuatnya syok. Melihat Boruto yang tampak sedih saat itu membuat Himawari memutuskan untuk menunda rencananya hingga hari ini.
Hari ini juga hari yang tepat untuk pergi dari rumah bagi Himawari. Ia ingin meninggalkan ayah dan ibunya di rumah setidaknya selama semalam. Ia ingin ayah dan ibunya mempunyai waktu berdua untuk saling berbicara, mengerti, dan memaafkan.
Setelah kejadian di Ichiraku itu, Naruto dan Hinata tidak saling bertegur sapa. Dan hal itu berhasil membuat Himawari sedih dan jengkel. Memikirkan cara untuk membuat kedua orang tuanya berbaikan, akhirnya Himawari hanya menemukan satu cara, yaitu membiarkan mereka berdua.
Himawari tahu ayah dan ibunya sebenarnya merasakan perasaan yang sama, yaitu perasaan sedih. Hanya saja, mereka sama-sama tidak tahu bagaimana cara meluapkannya. Walau cara paling sederhana ada di depan mata mereka, yaitu saling berbicara, namun mereka tak bisa melakukan itu karena sifat mereka sendiri. Hinata yang suka memendam perasaannya sendiri dan Naruto yang sulit mengerti dengan perasaannya sendiri.
Dengan meninggalkan mereka berdua seperti saat ini, Himawari berharap dapat memberikan ruang dan waktu bagi ayah dan ibunya untuk saling meluapkan perasaan mereka masing-masing. Dan untuk memastikan ayah dan ibunya tetap berada di rumah, Himawari telah menyegel rumah dengan jutsu rahasia miliknya. Ia yakin itu akan lebih efektif, meski mungkin dia akan dimarahi nantinya.
Semoga mereka segera berbaikan...
"Yosh!" Himawari mengangkat kepalan tangannya dan menatap tingginya langit. "Sekarang, ayo pergi ke rumah Boruto-nii!" serunya.
♢♢♢♢
Himawari tak mengerti dengan perasaannya sendiri saat ini. Sesaat yang lalu ia merasa sangat yakin untuk bertemu dengan Boruto hari ini, namun saat ini - saat sudah berada di depan rumah Boruto - perasaan ragu mendekap hati Himawari.
Jangankan untuk memanggil kakaknya dari tempatnya berdiri, mengetuk pintu rumahnya saja Himawari merasa ragu-ragu. Ia khawatir, soal bagaimana ekspresi kakaknya saat bertemu dengannya nanti.
Sebuah pertanyaan muncul di kepalanya. Apakah kakaknya akan membukakan pintu untuknya dan menyambutnya dengan hangat atau justru kakaknya akan membanting pintu tepat di hadapannya dan mengusirnya(?). Dan, satu pertanyaan itu berhasil membuatnya frustrasi.
Himawari takut untuk mengetuk pintu itu. Ia takut, jika ia menunjukkan wajahnya, Boruto akan mengusirnya. Sedangkan, jika ia tidak segera mengetuk pintu itu, maka dia mungkin akan berdiri membatu di sana semalaman seperti orang aneh.
Himawari mengulurkan tangannya, hendak mengetuk pintu. Namun lagi-lagi, entah mengapa tanganya terasa kaku untuk digerakkan. Setetes keringat menetes dari dahinya, ekspresi wajah khawatir jelas terlihat di sana. Dan entah mengapa, jantungnya berdetak tidak stabil.
Himawari menelan dengan susah ludahnya. "Entah mengapa, aku tidak bisa menggerakkan tanganku hanya untuk mengetuk pintu ini." Himawari kembali menarik tanganya, memegangnya erat tepat di depan dadanya. "Aku takut kakak membenciku, lalu mengusirku."
"Siapa yang akan mengusirmu?"
"HUWAAAAAA!!" Sebuah suara yang tiba-tiba terdengar dari sisi belakang Himawari membuat sang empunya telinga tersentak dan berteriak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because My Mistake
RandomKarena sebuah kesalahan di suatu malam, membuat seorang shinobi hebat dari Konoha, Boruto Uzumaki dan seorang kunoichi cerdas, Sumire Kakei harus menikah dan menjadi warga biasa. Dalam pernikahan mereka, Boruto dan Sumire berharap bisa mendapatkan k...