Tentang Setelahnya | Extra Chapter

47 15 20
                                    

"Eunghhhh," Amel terbangun dan membuka matanya perlahan - lahan.

Semua ini-?

"Didit!" pekik Amel dan langsung memeluk Didit yang sedang berada dihadapannya.

Didit yang dipeluk Amel tiba - tiba merasa aneh, tapi tak ingin ambil pusing Didit memeluk Amel sambil menenangkan gadis itu yang tengah menangis.

"Kamu kenapa Mel?" tanya Didit yang bingung.

Amel melepas pelukannya dan melihat di jok depan terdapat Ical yang sedang memerhatikannya bingung. Amel menelisik seluruh wajah Ical, tak ada yang aneh. Ia yakin bahwa Ical ini hidup.

Amel diam bergeming, otaknya terus berputar. Ia mengerti dengan semua ini, Amel dan yang lainnya sedang bermain dengan ruang dan waktu, sehingga setelah dirinya keluar ruang dan waktu menjadi mundur seperti semula.

"Amel kenapa? Hm?" tanya Didit lagi yang berhasil membuyarkan lamunan Amel.

Amel sejenak diam mencari jawaban. Oh iya! Aku inget, Batin Amel bersorak.

"Aa-aku ketemu hantuu, HUAAAA! TAKUT!" ucap Amel dengan menirukan gaya dan bahasanya sewaktu ia mengucapkan itu pertama kalinya.

"Tuh kan bener," timpal Ical. Sama! Batin Amel bersorak, ucapan Ical tadi benar - benar sesuai dugaannya.

"Yaudah yuk turun, udah ada Romeo yang nunggu, hapus air matanya dulu nanti dikatain romeo jelek," ucap Didit sesuai perkiraan Amel. Dirinya pun tiba - tiba teringat dengan Romeo, Undied Romeo yang terakhir kali ia temui itu akan membunuhnya.

Kira - kira Romeo masih jadi Undied gak ya? Batin Amel bertanya - tanya penasaran.

Amel yang bersemangat untuk bertemu Romeo langsung menghampus air matanya, dan bersiap dengan satu tas ransel kecil untuk membawa barang barang penting ke pendakian, seperti yang dilakukannya kemarin.

Mereka pun keluar dan langsung menuju masjid tempat sahabatnya menunggu.

"Romeo!!" pekik Amel kegirangan melihat laki - laki itu berdiri dengan sahabatnya yang lain. Si pemilik nama yang merasa terpanggil langsung menoleh dan tersenyum.

Amel langsung berhambur memeluk Romeo erat, melepas segala rindu, keluh kesah dan lainnya. Amel merasa sangat senang juga lega karena dapat bertemu Romeo lagi.

"Kamu kenapa Mel?" tanya Romeo saat melihat mata Amel yang masih merah akibat menangis tadi.

"Enggak kok gakpapa," jawab Amel singkat agar tak ada adu mulut seperti kemarin.

"Yaudah sekarang buruan bersih - bersih dan bentar lagi kita langsung naik," instrupsi Fathan yang entah sejak kapan sudah bergabung bersama mereka.

"Sara! Nasya!" panggil Amel dan langsung memeluk mereka berdua. Sementara Nasya dan Sara kebingungan melihagt sikap aneh Amel.

"Mel! Masih ngelindur ya kamu," tanya Nasya keheranan.

"Enggak kok," jawab Amel dan merenggangkan pelukannya.

"Terus ngapain peluk - peluk tadi?" sambung Sara.

"Gakpapa kangen aja," jawab Amel dengan gelagat yang aneh.

"Kok kangen sih? Dari tadi bukannya bareng ya?" bisik Nasya pada Sara. Sementara Sara yang bergidik bingung, dia juga tak mengerti dengan sikap aneh Amel.

Setalah semua siap, mereka memulai pendakian. Selama pendakian tak ada hal aneh yang dirasakan Amel, semua berjalan biasa saja dan bahkan terkesan lebih menyenangkan dibanding kemarin.

DEFUNCT : Death Conveyor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang