Akhir Kisah | End

47 16 19
                                    

"A-apa?" beo Amel terbata. Mulutnya terasa kaku, ia bingung harus berbicara apa. Semua yang telah terjadi malam ini, tak bisa dicerna oleh gadis itu.

Didit yang melihat situasi kian buruk, memberikan kode pada Fathan untuk segera pergi dari sini, satu persatu.

Akh! Fathan! Persetan dia gak bisa dipanggil, Batin Didit yang kesal karena sedari tadi ia mencoba memanggil Fathan, tapi Fathan tak merespon apa pun.

Didit sudah berniat akan pergi, dengan seribu rangkaian rencana yang akan ia lakukan untuk keselamatannya dan teman - temannya. Tapi sayang, Tuhan lagi - lagi tak berpihak pada mereka.

Pada setiap lorong itu  sudah hadir para Undied yang menunggu untuk memangsa mereka semua. Didit tak berkutik karena disebalahnya sudah beridiri Undied dewasa, yang terus mengintimidasinya.

"Mau pergi kemana Didit?" tanya April yang melangkah mendekati Didit.

Didit yang tadinya hendak beranjak menerobos para Undied itu, mengurungkan niatnya karena melihat kedatangan April. Matanya menelisik dari atas sampai bawah rupa April, tak ada yang cacat dari tubuhnya. Didit ingin menolak mengakui bahwa April adalah salah satu mahkluk Supranatural, karena kecantikan dan eloknya yang tak perlu diragukan lagi.

April terus berjalan perlahan mendekati Didit, begitu pun Didit yang masih terus menatap kagum gadis itu. Tapi sampai pada Didit berhasil berkontak mata dengan April semua berubah, Didit seolah ditarik dalam ruang dan waktu memaksa dirinya untuk tetap pada posisi semula dalam guncangan hebat yang ia rasakan.

"Didit," panggil April mampu menyadarkan Didit.

Didit yang tersadar dengan segalanya langsung menghunuskan belati panjang pada April, namun nihil. Belati itu tak memberikan respon apa pun pada April, yang malah membuat April tertawa nakal.

"Bagaimana bisa?" tanya April diakhir tawanya.

"Bagaimana bisa kamu tak terpengaruh sihir ku?" tanya April lagi sambil menekan setiap perkatanya.

"Sihir? Sihir apa maksud mu?" sentak Didit yang muak dengan tingkah April.

"Lihat teman - teman mu itu, mereka semua terdiam di tempat karena terpengaruh sihir ku, tapi kamu tidak, mengapa bisa terjadi?" ujar April kebingungan.

Didit terdiam mendengar ucapan April, ia sedang mencerna dan coba menggabungkan setiap peristiwa yang telah terjadi.

Ini semua karena April, dialah yang mengendalikan semua, dia mampu melintas ruang dan waktu karena dirinya memiliki sihir atas penukaran jiwanya, semua menjadi masuk akal sekarang, tapi Amel? Kenapa dia ikut terpengaruh? Batin Didit bertanya - tanya.

Tiba - tiba saja tangan Didit dicengkram kuat oleh Undied dewasa yang sejak tadi mengintimidasinya. Sekarang rupa April berubah menjadi anak kecil, Didit ingat betul siapa anak kecil itu. Anak kecil itu yang tadi hampir saja membunuhnya.

"Ya kamu betul Didit, ini aku saat usia ku 6 tahun," jeda April sembari mendekati telinga Didit.

"Sekarang kamu takut? " tanya April tepat ditelinga Didit, lalu ia menggigitnya yang membuat sang empu menjerit histeris.

"Hahahahaha," pekikan tawa April terdengar sangat nyaring memenuhi seluruh penjuru ruangan.

"Apa yang kamu mau?" tanya Didit sengit.

DEFUNCT : Death Conveyor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang