•Jujur Saja

598 42 0
                                    


#1 Jujur Saja



Pemuda berambut platina itu kini nampak mondar mandir didepan sebuah pintu asrama pedang. Wajahnya yang putih nampak kian memucat, dengan giginya yang terus menggigit bibir bawahnya sampai ada beberapa sisi yang terluka.

"Ohh ayolah Draco! Kau harus berani mengambil resiko!" ucapnya tegas pada dirinya sendiri.

Ia pun nampak menenangkan hatinya dan mengucapkan sebuah kata sandi dihadapan lukisan wanita gendut itu, lukisan itu pun terbuka dan memunculkan pintu masuk kearsama dengan panduan warna merah bata dan kuning itu.

Setelah masuk dan berputar putar di tengah ruang rekreasi asrama Gryffindor, ia nampak menemukan koridor menuju asrama siswa tahun keempat Gryffindor.

'Tok..Tok..Tok..' ketuknya pada pintu kayu itu agak keras sehingga membuat orang didalam ruangan itu terusik, tak terkecuali siswa yang kini tengah mencari kacamatanya.

"Harry! Aku mohon keluarlah!" ucapnya masih setia mengetuk pintu dengan tidak sabaran.

"Bloody Hell! 'Si idiot' itu! Kenapa dia?" tanya Ron pada Harry yang kini masih sibuk membenarkan kacamata bulatnya dengan muka bantal serta rambut acak acakan yang memang sudah seperti itu dari sononya.

Harry bangun dan merapikan sedikit piyamanya, tak lupa ia mengusap air liur yang tercetak jelas di pipi kirinya secara kasar. Agak sedikit bergegas menuju pintu kayu itu.

"What?!" tanya Harry dengan nada terganggu setelah membuka pintu kamarnya itu, ehh salah pintu kamar siswa Gryffindor tahun empat itu.

Bukannya menjawab pertanyaan Harry, Draco malah menghambur peluk pada tubuh yang lebih pendek beberapa centi darinya itu.

"Dray?" panggil Harry bingung.

"Kenapa?" tanya Harry ketika panggilannya dihiraukan oleh sang empu yang masih nyaman di pelukan sang kekasih.

'Hiks.' tiba tiba terdengar suara isakan dari arah Draco.

"Ehh?" Harry nampak kaget dan memaksa Draco melepas pelukannya dengan mendorong kedua bahunya.

"Ehhh??" Harry menampakkan wajah konyol nya ketika ia melihat wajah Draco dengan mata sembabnya yang kini masih meneteskan cairan bening itu.

"Ahahahaha.." Harry tertawa dengan kerasnya sampa sampai teman satu kamarnya menyuruhnya untuk menutup pintu kamar dan pergi dari situ.

Harry menurut, ia menutup pintu kamar dan membawa Draco duduk diruang rekreasi Gryffindor.

"Kau kenapa?" tanya Harry sekali lagi.

"A-Aku sedih.." jawab Draco dengan sesegukan. Ehh.. Tunggu.. Aku baru tau Draco secengeng itu :'v.

"Sedih?" tanya Harry mengulangi pernyataan Draco tadi.

Draco mengangguk dan mengusap sedikit air matanya.

"Kenapa?" tanya Harry entah untuk yang berapa kalinya.

"Kau menjauhiku.. Kau sudah tidak cinta padaku kan, Love?" tanya Draco mencoba menenangkan hatinya ketika mengucapkan kata kata yang menyakiti hatinya sendiri.

"Ahh?" Harry melongo tak percaya.

"Sejak tadi pagi kau tidak mau dekat denganku.. Kau menjauhiku, Love." ucap Draco lagi, air matanya menetes mengalir dengan enaknya.

"Ahh.. Bukan begitu.." ucap Harry.

"Kau bosan denganku? Kau jenuh?" tanya Draco lagi, ia benar benar menyedihkan saat ini.

"Heii.." Harry nampak sabar menghadapi kekasih manjanya itu.

"Jika kau bosan bilang saja.. Tidak apa apa.. Setidaknya jangan begini, kau menyakitiku." tegas Draco dengan suara yang serak dan gemetar.

"Dray~ tolong.. Dengarkan aku dulu." ucap Harry dengan nada halus.

"Apa? Kau sudah tidak menyayangiku kan? Kau sudah tidak mencintaiku kan?" Draco bertanya dengan wajah sendunya, ingin sekali Harry mengecup hidung mancung yang kini memerah karena menangis itu. Gemas rasanya ingin ia gigit hidung itu.

Harry menangkupkan kedua tangannya pada dua pipi Draco dan menjelaskan semuanya.

"Jujur saja.. Bukan ku tak sayang, bukan ku tak cinta.. Apa lagi tak memperhatikan mu.. Bukan seperti yang kau bilang dan yang kau pikirkan, aku hanya butuh.. Sedikit berpaling.. Bukan pula yang lain, bukan pula jenuh.." ucap Harry. Hei.. Sepertinya aku kenal dengan kata kata itu :').

Draco diam, beberapa menit kemudian ia baru saja ingin mengucapkan sesuatu tapi sudah disanggah oleh Harry.

"Aku hanya ingin fokus untuk ujian nanti, aku tidak mau jika nilai ku ada dibawahmu." ucap Harry.

"Jujur saja.. Aku makin cinta, aku makin sayang.. Dan makin tergila gila padamu.." ucap Harry lagi.

Setelah mengucapkan itu, Harry dengan cepat mengecup bibir tipis dihadapannya sebelum bibir itu terbuka dan mengatakan sesuatu.

Draco nampak melebarkan matanya, kaget akan tindakan Harry yang tiba tiba menciumnya. Dilihatnya baik baik mata Harry yang kini tertutup. Ia juga ikut menutup matanya dan membalas ciuman Harry dengan intens dan memperdalam ciuman mereka.

Draco melepas ciuman mereka ketika dirasanya Harry memukul mukul dada bidangnya meminta untuk melepaskan ciuman mereka karena ia kehabisan oksigen untuk bernafas.

"Hahh.. Hahh.." Harry terengah engah dalam mengambil nafas, benang saliva mereka juga terputus.

"Lagi? Atau mau yang lebih intim?" tanya sekaligus goda Draco dengan senyuman miringnya.

Harry yang entah dirasuki apa mengangguk menyetujuinya dengan sebuah senyuman manis.

Draco bangun dari duduknya dan menggendong Harry ala brydal style dan membawanya keluar dari asrama Gryffindor menuju kamar istimewa sang ketua Slytherin.




End.


Haii.. Gimana nih? Apa masih kurang ngena?

Tinggalkan jejak yah, vote or comment nya mei tunggu hehe..

Salam hangat,

mei-chan

11 April 21

JUST ABOUT THEM [DraRy's Drabbleshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang