"LO!!"
"Kamu?"
Ya. Mereka berdua yang terkejut itu adalah Lalisa Manoban dan Jennie Kim.
Tanpa diketahui, Orangtua keduanya rupanya merupakan rekan kerja. Dari pihak masing-masing sepakat menjodohkan Jennie dan Lisa.
Awalnya Anak-anak mereka perjodohkan karena baik Jennie maupun Lisa tidak tahu siapa pasangannya masing-masing dan juga sudah harus tinggal dirumah untuk melakukan pendekatan selagi menyiapkan acara pernikahan. Tapi, karena orangtua mereka mendadak merajuk dan mogok berbicara selama berbulan-bulan akhirnya mereka meng'iya' kan perjodohan.
Dan disinilah mereka sekarang—berada di Rumah mewah milik Lisa yang belum ditempati. Kenapa Lisa? Karena ia menolak untuk tinggal dirumah yang telah disediakan Orangtua masing-masing.
Kenapa Lisa dan Jennie terkejut setelah melihat pasangan mereka masing-masing?!
Karna waktu SMA kelas 2, Jennie yang merupakan Bad girl sekaligus Playgirl sampai sekarang rupanya dulu pernah seenak jidat mencium bibir Lisa di kantin sekolah lalu dengan kurang ajarnya mengklaim Lisa sebagai pacarnya.
Hubungan mereka pun kandas setelah 2 minggu kemudian. Jennie rupanya hanya menjalankan tantangan game ToD dari temannya.
Meninggalkan Lisa yang diam-diam memang dari dulu menaruh rasa sejak gadis bermata kucing itu masuk sekolah dan satu gugus dengannya waktu ospek.
"OHH JADI LO JODOH GUE?! OH MY GOD DARI SEKIAN BANYAK COGAN DIMUKA BUMI INI, NGAPA JADINYA MOMMY SAMA DADDY JODOHIN LO SAMA GUE?!!" Pekik Jennie frustrasi sambil menghentak-hentakkan kakinya di lantai.
"....."
"KOK LO DIEM AJA?! OH ATAU EMANG MAU BANGET DI JODOHIN— EH MAU KEMANA LO?!!!"
Omelan Jennie terhenti karena Lisa tanpa berkata dan tanpa ekspresi lansung menggiring kopernya masuk kedalam kamar meninggalkan kucing jadi-jadian itu.
"HYAK LALISA! ITU KAMAR GUE!" Pekik Jennie lansung ikut masuk kedalam kamar.
Dengan kurang ajarnya ia lansung melompat ke kasur merebahkan dirinya disana sambil memblokir bantal-bantal yang ada.
"CARI KAMAR LAIN SANA!" Pekiknya lagi namun Lisa masih tidak merespon, fokus melepaskan sepatunya sendiri lalu meletakkannya di rak sepatu.
"Ga ada kamar lain selain kamar ini. semua kunci kamar, dipegang orangtua kamu." Balas Lisa datar membuat matanya Jennie membulat.
"APA?! IH YAUDAH LO TIDUR DISOFA ATAU DI LAN— IH LISA! SANAAA~" Ucapan Jennie terhenti diganti rengekan Kesal karena Lisa lansung saja ikut merebahkan dirinya disamping Jennie.
"Berisik! Kamu aja sana tidur disofa."
"GAMAU!"
"Yaudah makanya diem. tidur berdua disini. lagian badan kecil,pendek,buntel, sok-sok an mau berkuasa di Bed king size gini. maruk banget jadi human."
Nyatanya ucapan santai namun menyakitkan Lisa membuat Jennie memicingkan matanya tidak suka.
Dengan cepat, ia lansung duduk diatas tubuh Lisa dengan tangan yang sudah mencekik lehernya.
"APA LO BILANG?! KECIL?! PENDEK?! BUNTEL?!!!!" Pekik Jennie semakin mencekik leher Lisa membuat yang dicekik mulai kesulitan bernafas.
"L-Llepas! D-ddasar kkucing bar-bar!!" Protes Lisa membuat gadis itu semakin mencekiknya dengan muka marah.
Lisa yang sudah malas bermain-main pun lansung menggelitiki perut dan pinggang Jennie membuat cekikkannya terlepas.
"HYAK! HAHAHHAHAHA~ LLISA HAHAHAHA ~ HMPPH STOPP!! HAHAHAHA~"