✨Bab 1✨

368 217 356
                                    

Kata orang saat usia 16 tahun, manusia akan dipertemukan dengan seseorang yang sangat berharga untuk masa kini dan masa depannya. Tepat hari ini usiaku genap 16 tahun, aku berharap banget sih dikasih kejutan sama tema-teman kelas. Aku tidak berharap mendapat kejutan dari Mama, Ayah, dan Mas Ebi karena selama 16 tahun ini mereka tidak pernah memberiku hadiah, apalagi kejutan.

"Tersaaaa turun nak.., Ibu masakin makanan kesukaanmu nih.." Teriak Ibu dari lantai bawah. Ibu memang tidak pernah memberikan kejutan di setiap hari ulang tahunku. Tapi Ibu selalu memberiku hadiah saat keuangannya lancar di setiap bulan. "Selamat ulang tahun sayangg!" katanya dengan tersenyum sambil mengelus kepalaku.

"Terima kasih ma..Tersa bangga banget punya Ma.."

"Dorr..dorr...dor...." Ayah dan Mas Ebi mengagetiku dengan suara petasan dari belakang gorden... Mereka memberiku kue. "Tiup lilinnya..tiup lilinya...tiup lilinnya sekarang juga.." Mereka bernyanyi dengan kompak. Tiup dongg.." Kata Ayah dengan bersemangat.

"Terima kasih... Tersa bangga banget punya kalian."

Mas Ebi menjulurkan boneka besar kepadaku dan berkata, "Ini buat adek tersayang abang, dijaga yaa temannyaa jangan sampai nangis.." Katanya dengan menoleh ke boneka.

"Terima kasih Mas Ebi, Tersa senang banget, bakalan Tersa jaga nih boneka. Hahaha." Jawabku dan aku langsung memeluk Mas Ebi.

"Sekarang...waktunya makan-makan" Kata Ibu.

"Ini benar-benar lezat dari pada makanan di restoran maa, enak banget."

"Kamu harus bisa seperti Mama Tersa." Mas Ebi berkata sambil memandangku yang sedang kesulitan memotong daging.

"Aku sudah jago tau, iya kan Pa.."

"Iya, kemarin waktu kamu sama Mama ke rumah nenek, Tersa memasak rendang, rasanya enak, sama seperti buatan Mama." Ayah bercerita sedikit.

Melihat jarum jam yang menunjukkan sudah pukul 06.40 memaksa perutku berhenti makan."Alhamdulillah, Tersa kenyang banget, sekarang sudah pukul 06.40, Tersa harus berangkat dulu Ma Pa.."

"Jadi gak bisa nambah lagi nih.." sela Mas Ebi saat aku bersaliman dengan Mama dan Papa.

"Habiskan semuanya, Tersa sudah kenyang. Shakira berangkat dulu yaa, Assalamualaikum." Sahutku kepada Mas Ebi.

"Waalaikumsalam, hati-hati sayang..." Teriak Ayah dan Mama secara bersamaan.

***

Aku harap teman-teman di sekolah tidak lupa kalau hari ini hari ulang tahunku. Aku berpikir tentang orang spesial yang akan berharga di masa depanku nanti. Aku sadar kalau orang yang spesial di hidupku sampai saat ini adalah Bara. Aku tak sadar dan aku refleks tersenyum kosong di dalam angkot.

"Mbak sudah sampai depan SMA 8 nih.."

"Neng udah nyampek neng.."

"Eh iya pak." Jawabku dengan kaget lalu turun dari angkot dan mengulurkan uang 10000 ke sopir. "Terima kasih pak, kembaliannya buat bapak aja."

"Terima kasih nak." Ia tersenyum padaku. Senyumnya sangat hangat.

Mas Ebi pernah menjadi sopir angkot sebelum menjadi seorang fotografer. Dia pernah bercerita betapa capeknya menjadi sopir angkot, gajinya juga gak seberapa. Bukannya karena kekurangan ekonomi, Mas Ebi memang ingin menjadi sopir angkot saat itu. Dia mengumpulkan uang sendiri untuk membeli kamera, dia tak mau minta kepada Papa dan Mama.

Aku berhenti melangkah sebentar untuk menali sepatuku yang lepas. Terdengar tiba-tiba gelak tawa Rena dan Ifi dari belakangku.

"Hiyaaaaaaa!" Sapa mereka sambil menepuk pundakku. Aku pun terjatuh karena terhuyung kekagetanku.

GLUK DUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang