"Ada yang mau aku omongin." kata Adim yang duduk di sofa crem itu.
Amy yang sedari tadi menundukkan pandangannya, kini ia angkat ke arah laki-laki yang baru saja sah menjadi suaminya hari ini.
"Apa?" tanya Amy.
"Kamu pasti udah tau, My," mungkin, karena di luar sedang hujan dan di dalam kamar ini pendingin ruangan sedang menyala, kondisi menjadi sangat dingin. Sampai tertular ke nada bicara Adim. Membuat gadis itu semakin tersenyum miris saja.
Amy hanya bisa menganggukkan kepalanya, entah mengapa mulutnya sangat berat untuk terbuka.
Malam ini, malam pertamanya sebagai seorang istri, sayangnya harus diwarnai dengan rasa yang tidak disukai oleh Amy.
Meski ia sudah tau memang akan jadi seperti ini, tapi tidak bolehkah ia berharap kebaikan untuk pernikahannya?
Pengharapan yang terus ia tuju kepada-Nya, agar membuat hubungannya ini bisa terjalin dengan normal. Dimana suami istri saling mencintai dan menyayangi.
Namun sekali lagi, kembali pada kenyataannya. Seorang Adim Abilal, suaminya itu tidak mencintainya.
"Kita dijodohin My. Meski kita udah lama bareng-bareng, tetep aja, hati aku bukan buat kamu. Hari ini, besok, atau mungkin selamanya," harus, Adim harus mengatakan itu kepada Amy. Gadis yang sudah ia ketahui siapa orang yang dicintainya.
Menelan salivanya, Amy tersenyum lebar kepada Adim, "Ya, aku tau Dim. Kamu tenang aja, aku paham kok aku harus kayak gimana sama hubungan ini," kata Amy, anehnya dengan ceria. Padahal ada yang sedang teriris di dalam sana.
Apa perempuan memang selalu begitu? Selalu bisa memberikan senyuman terbaiknya walau hatinya sedang tidak baik-baik saja.
"Alhamdulillah kalau kayak gitu My. Aku harap kamu emang bener-bener ngerti. Aku juga gak masalah kok, kalau emang ada orang lain yang kamu suka..." Adim menjeda ucapannya, "Meski kita udah jadi suami istri, tapi kita bebas My."
Sekali lagi, Amy hanya bisa tersenyum. Semoga saja, semoga saja hatinya mau mengerti, memahami, dan menerima. Yang pasti untuk sekarang ini, hanya bermuka dua saja yang bisa ia lakukan. Juga berdoa, tidak ada salahnya kan, kalau Amy mendoakan yang terbaik untuk pernikahannya ini?
Aku akan selalu berdoa, kamu dan aku bisa bersama, Adim.
_______
Uhu Assalamu'alaikum!
Wkwk, iya, ini publish cerita baru, xixi :)))
Pendapatmu prend?
Sudah vote?
Sudah follow?
Arigatooo!!! 😇❤
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Admy (Adim & Amy)
Teen FictionMungkin, baginya menikah denganku adalah titik mati dalam hidupnya. Menikahi perempuan yang tidak dicintainya. Tapi, bagiku ketika tahu dia yang akan menjadi imam shalatku, aku sangat bahagia. Bukan main. Dia cinta pertamaku, hanya namanya yang ku...