Dua

61 46 80
                                    

Tutorial baca Admy:

1. Mulai segala sesuatu dengan Bismillah.
2. Buat kamu yang pelupa, di sarankan klik ⭐ terlebih dahulu. *mweheh
3. Curahin respon kamu disetiap paragraf yang kamu baca. (。>‿‿<。 )

Sekian,. Selamat reading !!! 🐭❤

***

Oh-oh-oh-oh, oh-oh-oh-oh

All I know, all I know

Loving you is a losing game

Lagu berjudul Arcade dari Duncen Lauren terdengar merdu dinyanyikan oleh perempuan yang mengenakan piyama bermotif polkadot dan bergo berwarna hitam itu.

Ia tersenyum miris setelah menyelesaikan lirik tersebut. Liriknya sangat relate sekali baginya. Di mana mencintai adalah sebuah kekalahan dan dia tau itu, tapi tetap saja dia masih mencintai. Cinta sekuat itu ya? Atau memang pemiliknya saja yang tidak mau tau menau akan resiko dari mencintai. Beruntung bisa dibalas, jika tidak? Sakit tidak bisa dilewati.

Amy melirik jam yang berada di dinding ruang tamu rumahnya, pukul 22.45 WIB, sudah malam. Tapi kenapa suaminya belum pulang juga? Sebegitu menyenangkan ya, menghabiskan waktu bersama orang yang dicintainya? Orang ketiga dalam pernikahan mereka.

Air mata itu jatuh dengan lancar tanpa seizin nya, lagi. Tanpa ada yang mengetahui. Mungkin dia bisa biasa saja, bisa tersenyum begitu ceria, bisa menyembunyikan yang sebenarnya dari orang lain. Tapi, tidak bagi dirinya sendiri. Air mata itu seringkali turun deras jika ia sedang sendiri.

Allah, kuatkan aku.

Hanya itu pintanya pada Dia, tidak ada yang lain. Amy hanya ingin diberi kekuatan, untuk imannya, untuk mental begitu juga fisiknya. Ia hanya ingin kuat dalam menghadapi semua persoalan yang datang dalam hidupnya.

Bremmm

Terdengar suara mobil di luar sana, Adim sudah pulang. Amy segera mengusap air matanya, ia bahkan menuju ke wastafel yang berada di dapur untuk membasuh muka yang habis berlinang air mata itu. Kemudian ia menuju ke arah pintu, membukakan pintu dari rumah yang nyatanya hanya tempat singgah tapi tak sungguh. Seperti dirinya.

"Assalamu'alaikum," salam Adim, dan laki-laki itu langsung berjalan begitu saja melewati Amy. Seperti biasanya.

Mata dengan tatapan kosong itu sudah hampir mengeluarkan air lagi, tapi sebisa mungkin Amy menahannya. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk memperlihatkan apa yang dirasanya karena sikap laki-laki itu.

"Wa'alaikumsalam." lalu Amy menutup pintu dan menguncinya, dan ia menyusul Adim yang sekarang sedang duduk di sofa.

Amy sekarang malah bingung, ia harus apa? Kalau kemarin-kemarin dia hanya meninggalkan Adim begitu saja, tapi sekarang kan dia akan berubah. Tapi harus bagaimana memulainya?

Satu ide muncul di kepala Amy. Adim pasti sangat lelah, kalau begitu ia akan membuatkan teh dan juga menyiapkan air hangat untuk memijit kakinya. Seperti yang dilakukan Amina- mamanya, kepada Omar- papanya.

Amy segera mengambil langkah ke arah dapur dan menyiapkan segalanya. Hanya sepuluh menit waktu yang perempuan itu butuhkan, setelah selesai ia kembali ke tempat di mana Adim berada. Mata nya menangkap Adim yang sedang berkutat dengan handphone nya. Pertama Amy menaruh teh di atas meja. Adim tampak heran, satu alisnya yang terangkat menjadi tanda.

"Buat siapa?" tanya Adim.

Amy tersenyum kaku, "B-buat kamu." jawab Amy gugup.

Adim tambah heran, ini pertama kalinya Amy membawakannya teh. Ada apa dengan dia? Tapi sudahlah, Adim tidak mau memikirkannya lebih, mungkin Amy ingin meminta uang darinya. Seperti dulu saat mereka belum berstatus sebagai suami istri alias ketika masih bersahabat. Amy seringkali memberikan Adim makanan atau minuman kesukaan jika ia sedang membutuhkan bantuan.

Admy (Adim & Amy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang