Sick

324 33 3
                                    

🌼
.
..
...

Suara rintikan air hujan terdengar sangat menenangkan, bagai lulaby yang damai. Air turun tak terlalu deras, namun itu tak menghalangi orang orang untuk melakukan aktivitas nya di pagi ini.

Berbeda dengan kedua insan yang tengah terlelap ini, mereka memejamkan mata menikmati fantasi alam mimpi masing-masing. Udara dingin menerpa tubuh seorang pria yang tengah terlelap itu, alhasil dia pun bangun. Ia mendapati tubuhnya tengah menindih seorang gadis yang masih memejamkan mata nya. Pria itu pun bangkit menyingkirkan tubuh nya dari gadis itu. Dengan pikiran berkecamuk pria itu mengusap kepala nya gusar, ia sedang berpikir apa yang ia lakukan dengan gadis itu semalam. Pria itu mengerang saat tak dapat menggabungkan semua kepingan memori di benaknya, ia lupa. Pikiran nya semakin kacau, apalagi dia baru bangun tidur, tentu tak dapat berpikir dengan jernih.

Tak lama kemudian gadis itu menggeliat kecil, perlahan kelopak matanya terbuka, keadaan nya sangat lemas, dan tiba-tiba tubuhnya menggigil. Pria itu menyentuh lengan gadis itu, dan ia terkejut sesaat suhu tubuh gadis itu naik. "M-Mikasa?" Ucap pria itu lirih, namun Mikasa-- gadis itu--hanya diam tak bergeming. "Kau sakit..." Pria itu menggoyang kan sedikit lengan Mikasa. "E-Eren..." Mulut Mikasa terbuka memanggil nama Eren, pria itu. Eren menjamah kening nya, ternyata benar Mikasa demam.

"Kau demam, aku akan mengantar mu pulang, atau disini saja?" Eren membelai lembut pipi Mikasa. "Pulang ngh... Kau akan bekerja kan jadi aku pulang saja ngh..." Sedari tadi Mikasa hanya terpejam, "baiklah, hei... Apa kau bisa jelaskan apa yang terjadi semalam?" Eren menatap wajah Mikasa. "Nanti saja, kau bergegas lah..." Jawab Mikasa. Eren yang mendengar jawaban itu hanya diam, lalu pergi ke kamar mandi.

"Hachuuu!" Mikasa bersin, karena udara sangat dingin, ia pun memakai sweater nya lalu turun ke dapur untuk mengambil obat. Mikasa mendapat kan Paracetamol, ia pun meminum nya sebanyak dua sendok makan. Setelah itu Mikasa duduk di meja makan, dengan kedua tangan sebagai bantalan kepalanya yang terasa amat pening.

"Mari Mikasa, aku akan langsung kerja." Ucap Eren yang mengambil kunci mobil nya. Mikasa mendongak menatap Eren, dilihatnya kemeja putih pria itu belum terkancing kan dengan benar. Mikasa berjalan menuju Eren dengan tubuh yang gemetaran, ia mengancingkan kemeja Eren. Lantas pria itu hanya diam mematung, mata nya tertuju pada ruam ruam merah di sekitar leher Mikasa. "Mikasa..." Eren memanggilnya, Mikasa menatap Eren dengan tatapan sayu, "aku masih gadis, jadi jangan cemas cepatlah kepalaku pusing." Mikasa selesai dengan kancing kemeja Eren, gadis itu berjalan ke arah meja untuk mengambil tas Gucci nya.

Saat di dalam mobil hanya ada suasana canggung yang menemani, mendengar jawaban Mikasa tadi membuat Eren bernafas lega, sedangkan Mikasa hanya bersandar lemas pada kursi mobil, sangking lemas nya kepala Mikasa sesekali jatuh di bahu Eren.

"Mikasa kita akan segera sampai." Mendengar ucapan Eren, Mikasa pun tersentak dengan perasaan campur aduk ia menanggapi ucapan Eren dengan anggukan kecil.

Mobil Eren terparkir didepan depan gerbang mansion. Eren pun turun dengan menuntun Mikasa yang sempoyongan. "Hati-hati..." Eren mengucapkan namanya di alat pendeteksi yang ada di gerbang itu. Seketika gerbang pun terbuka, dengan langkah pelan ia menuntun Mikasa.

Saat memasuki ruang tamu, sambutan penuh risau keluar dari diri Kuchel, matanya menatap Mikasa yang tampak tak berdaya. Eren lalu merebahkan tubuh Mikasa di atas sofa. "Eren, Mikasa?..." Kuchel bertanya dengan nada sangat cemas kepada Eren. "Dia demam bibi..." Ucap Eren. Mikasa masih saja memejamkan matanya kini tubuhnya tampak tak berdaya seiring suhu tubuh nya semakin tinggi. "Bawa dia ke kamar saja tidak Eren." Kuchel merasa iba pada diri Mikasa, lalu ia pun menyuruh Eren untuk membopong tubuh Mikasa ke kamar nya.

Longing Love [EreMika]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang