Hari itu sangat sibuk bagi Artemis Management. Management ini adalah management kecil yang menaungi 168 talent dari berbagai bidang. Modelling, influence aplikasi sosial media, serta host aplikasi live streaming. Management ini didirikan oleh seorang pria muda asal Kalimantan. Dalam prakteknya, Victor si pendiri ini dibantu oleh 4 temannya yang lain.
Beberapa hari lagi akan diadakan acara reuni event besar mereka tahun lalu. Event itu adalah yang terbesar sepanjang sejarah management ini berdiri. Event itu dikenal dengan "Meet Your Idol". Reuni event ini melibatkan hampir seluruh talent AM di kota Bandung -karna sebagian besar tersebar di seluruh Indonesia-. Termasuk Licia Latoya.
Cia sudah 3 tahun bergabung di AM dan merangkap semua bidang talent yang ada di Management ini. Karna Cia adalah salah satu talent senior dan juga yang paling ramah di AM maka dalam reuni ini, dia ditunjuk sebagai panitia inti.
Acara reuni ini tidak begitu besar. Yang diundang hanya talent yang bersedia hadir, perwakilan vendor-vendor utama, perwakilan sponsor, dan beberapa undangan penting lainnya. Serta beberapa penggemar yang terpilih.
"Cia, jangan lupa malam ini untuk follow up list tamu ya." Victor menggendong jaket hitam sambil memasang sarung tangan motor miliknya.
"Iya ko, siap."
"Kamu nggak jadi pulang?"
"Oh iya, iya bentar ko. Tunggu bentar." Cia mengemaskan laptop dan barang-barangnya lantas memasukkannya ke ransel besar.
"Kamu seperti mahasiswa pemburu IPK. Jauh berbeda dari yang di kamera. Haha." Victor menggelak.
Cia buru-buru bersiap lalu melangkah cepat menyusul Victor. Mereka berjalan menuju parkiran kantor. Kantor tersebut berada di Lantai 8 sebuah gedung tinggi. Suasana sunyi dan remang. Pukul 23.17. Mereka pulang larut malam belakangan ini. Victor agak khawatir sebenarnya melihat Cia pulang sendirian. Tapi rumah mereka berlawanan arah dan cukup jauh jaraknya. Cia pun selalu menolak tiap mau ditemani pulang.
23.43, Cia sampai di rumah. Semua sudah tidur kecuali papanya. Papanya selalu menunggunya pulang sambil menonton tv. Dirumah yang tak terlalu besar itu, Cia hidup dengan papa dan mamanya serta 4 orang adiknya. Mereka sekeluarga pindah dari Pontianak ke Bandung 5 tahun lalu.
Cia masuk kamar, mandi, merapikan kamar dan bersiap merebahkan badan. Hari melelahkan lainnya. Mata Cia mulai merayu mendayu. Lembut memberat.
Tapi tiba-tiba Cia memaksa matanya terbuka. Dia ingat pesan leadernya untuk follow up tamu undangan. Cia lalu membuka ponsel dan menghubungi Ciling, juniornya yang menangani undangan.
Dering mulai terdengar.
"Ling, apakah tamu undangan sudah kamu follow up?"
"Halo kak, sudah. Tapi ada beberapa orang yang masih belum. Ciling bingung. Takut. Segan."
"Aduh, kenapa harus takut? Ya udah mana daftar yang belum? Sini kirim ke kakak, biar kakak yang follow up."
"Iya kak. Terimakasih kak. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Tidak lama kemudian, notifikasi pesan masuk dari Ciling terlihat. Ada 12 nama, dan hampir semuanya adalah orang penting di AM. Termasuklah Kylo Robbiansyah. Makhluk goib penuh misteri dalam sejarah berdirinya AM. Konon katanya, beliau lah pendiri AM sebenarnya. Hanya saja entah bagaimana Victor dan temannya yang menjadi pendiri. Ah, sudahlah bingung. Intinya dia makhluk tak kasat mata. Tak pernah terlihat tapi namanya selalu membayangi AM.
***
"Neneng!!" Cia teriak melihat orang pertama yang ditemuinya di kantor hari ini."Apa kak? Ya Allah ngagetin." Seraya mereka memasuki lift menuju lantai 8.

KAMU SEDANG MEMBACA
36 Days on a Rollercoaster
RomancePertama kali Cia melihat megah dan menariknya Rollercoaster. Tampak asik dan nyaman bila membayangkan duduk di sana. Tinggi, panjang dan berkelok. Bukan kah bahagia dan penuh tawa bila menaikinya? Lantas Cia melangkah lembut kepadanya. Langkah yang...