Pertama kali Cia melihat megah dan menariknya Rollercoaster. Tampak asik dan nyaman bila membayangkan duduk di sana. Tinggi, panjang dan berkelok. Bukan kah bahagia dan penuh tawa bila menaikinya? Lantas Cia melangkah lembut kepadanya. Langkah yang terasa semu tapi indah. Ragu yang diselimuti harapan. Harapan yang tumbuh atas keyakinan. Sungguh Rollercoaster itu sangat terlihat meyakinkan. Senyum mengiringi langkah Cia. Senyum baru yang tak pernah ia perlihatkan kepada yang lain selama hidupnya. senyum bahagia akan ekspektasinya saat di atas rollercoaster. Mata berbinar dan pipi yang tak pernah turun walau sengal. Juga pipi itu selalu merah. Tiba saat dimana Cia membuka gerbang kecil di sisi itu. Perlahan disentuhnya kursi rollercoaster yang nyaman itu. Kulitnya halus dan hangat. Nyaman. Walau begitu, tetap tampak gagah seakan mampu. melindungi Cia dari marabahaya. Duduklah Cia di rollercoaster itu. Benar saja, nyaman. Kursi itu hangat dan gagah. Memabukkan tapi sekaligus melindungi. Seperti pelukan idaman seorang anak kepada ayahnya. Kuat dan membuatmu merasa aman. Merengkuh seperti enggan melepaskan. Tak membiarkan apapun gangguan dari luar. Roda rollercoaster itu mulai berputar. Tanda akan dimulainya perjalanan. Perlahan tapi pasti. Cahaya itu mulai terlihat. Sangat indah dan menjanjikan kebahagiaan. Cia bersemangat tak sabaran. Senang sekaligus deg-degan. Baru kali pertama dia menaiki ini. "Tapi bukankah aku direngkuh dengan aman?" tanya Cia dalam hati. Meter demi meter dilalui Cia. Tawa bahagia juga liku tajamnya. Iya, Rollercoaster diciptakan dengan tikungan, tanjakan, putaran, dan turunan bukan? Cia lupa. Kalian juga lupa. Dan satu hal lagi yang kita semua lupakan. Rollercoaster punya akhir putaran. Lalu, di saat akhir nanti, bagaimana perasaan Cia? akankah dia puas dengan ekspektasinya? atau mungkin malah sebaliknya?