"Raya!"
Gadis itu menoleh
"Ya?"
"Kau ada waktu pulang ini?"
Maraka, lelaki yang ternyata teman seangkatannya tapi ia tak pernah tau kehadiran laki laki itu setelah 1 tahun bersekolah di SMA.
"Ada, mau ajak aku kemana lagi?"
"Toko buku."
"Serius?"
"Ga suka ya?"
"Kau bercanda? Itu tempat favoritku."
"Kau juga? Jangan jangan...."
"Maraka..."
"Aku hanya bercanda manis."
Baru 1 minggu yang lalu Raya dan Maraka berkenalan tapi Maraka sudah menganggapnya seperti teman dekat banyak tempat yang sudah mereka kunjungi orang tua Raya tidak mempermasalahkannya asal Raya pulang dengan selamat sebelum pukul 8 malamdan ternyata rumah Maraka dan Raya hanya berjarak 5 blok saja, memang dunia ini sempit.
"Manis."
"Maraka?"
"Ya cantik?"
"Kenapa kau selalu memanggilku manis?"
"Ingin saja, dan lagi pula memang kenyataan bahwa kamu manis."
"Haha, kamu bisa saja."
"Kamu memang manis Raya, sungguh!"
"Berhenti memujiku tampan."
Maraka dapat merasakan kupu kupu berterbangan di perutnya seperti ingin terbang rasanya.
"Berhenti membuatku malu Raya."
"Kau sungguh manis Maraka."
Maraka hanya dapat terdiam merasakan tubuhnya seakan terbang keangkasa.
Raya tidak menyangka ia baru saja mengucapkan kalimat manis kepada seorang lelaki yang baru ia kenal selama seminggu, rasanya ingin menghilang dari bumi.
"Manis?"
"Ya?"
"Apa kau sudah selesai?"
"Belum Maraka, ada banyak buku yang belum sempat ku beli."
"Ini sudah pukul 6, kau belum makan Raya, lusa kita kemari lagi ya?"
"Benarkah?"
"Iya manis, ayo kita makan."
Maraka dan Raya segera ke parkiran dan menaiki motor kesayangan Maraka
"Aku tak pernah mengajakmu ke cafe atau restoran kau mau kesana?"
"Tidak, aku lebih senang jika kau membawaku makanan di pinggir jalan."
"Kenapa?"
"Ingin saja, lagi pula itu lebih murah."
"Jangan meniru jawabanku manis."
"Aku serius Maraka."
"Haha, baiklah, kau mau nasi goreng depan pemadam ku dengar itu enak."
"Aku belum pernah mencobanya tapi, ayo aku ingin mencobanya."
"Meluncur manis."