Part 6

719 86 2
                                    

Setelah pertandingan itu, Shoto mengajak ku kesuatu tempat. Dia mengajakku kesebuah lorong. Dia pun mulai bercerita tentang masa kecilnya padaku. Dia mengatakan bahwa ayahnya adalah orang yang keras kepala dan selalu ingin menjadi nomor 1. Jadi dia bercerita bahwa rela melakukan apa saja untuk menjadi nomor satu. Karena ambisinya, keluarga nya menjadi berantakan karena ambisi ayahnya.  Walaupun Midoriya memiliki Quirk seperti All Might, tetapi aku lebih berpotensi menjadi pahlawan nomor 1. Jadi dia ingin sekali mengalahkan ku tanpa menggunakan kekuatan apinya.

Arthur: Terserah lah, lakukan sesuka mu tapi satu hal yang pasti. Jangan harap aku akan meladeni mu sepenuh hati.

Setelah itu, aku pergi dari hadapannya ingin meninggalkan nya. Tetapi, dia menghalangi ku dengan kekuatan es dengan menahan kakiku. Tapi itu tidak berguna bahkan tidak berasa. Es yang menahan hancur seakan tidak ada yang menahan kakiku.

Setelah waktu makan siang berlalu, kami dipanggil lagi ke arena untuk pertandingan selanjutnya. Midnight pun menjelaskan peraturan lagi. Beberapa orang di keluarkan dan juga ada yang mengundurkan diri. Kami pun diberi waktu bersenang senang karena para guru akan menyiapkan arena. Aku sendiri hanya berdiri santai dan  mengambil gelas emas dari Gate of Babylon yang berisi sejenis wine dan menikmati minuman itu. Semua orang pastinya sangat bingung karena yang mereka lihat keluar selama ini adalah Senjata penyerang atau sejenisnya.

Setelah arena nya selesai disiapkan, para peserta menunggu nama mereka dipanggil untuk masuk ke arena. Dan di pertandingan tidak ada yang sangat menarik. Aku hanya menutup mataku sampai namaku dipanggil.

Namaku dipanggil dan aku masuk kedalam arena. Aku melihat lawanku juga masuk kedalam arena. Lawanku adalah Denki si pengguna listrik. Saat pertandingan dimulai dia langsung menyerang dengan listrik 1,3 juta volt tapi tidak berguna. Semua orang langsung kaget karena sengatan nya tidak bekerja sama sekali denganku. Aku hanya menendang dia Pelan agar dia keluar lapangan. Dan dengan begitu aku menang.

Aku tidak begitu peduli tentang yang lain jadi aku hanya menutup mata dan tidur. Lawanku selanjutnya adalah gadis berambut tumbuhan. Dia sepertinya ingin membiarkan ku untuk menyerang. Aku hanya lari kedepan dengan biasa dan dia menggunakan tumbuhan itu untuk menangkap ku. Sayang sekali itu tidak berhasil karena kekuatan tumbuhan itu tidak bisa menahan ku sama sekali. Aku pun menendangnya pelan agar dia keluar lapangan. Dan yah, menang dengan mudah lagi.

Saat pertandingan Momo aku menonton, ya cukup disayangkan karena Momo tidak punya keahlian bertarung sama sekali dan hanya mengandalkan Quirknya. Dia terlihat sangat bersedih. Aku pun menghampiri Momo.

Arthur: Hei, ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat sangat bersedih?

Momo: Kau sudah tahu dan kau masih bertanya?

Arthur: Ah baiklah, aku minta maaf soal itu. Tapi hei, kau melakukan hal yang terbaik kan?

Momo: Itu... Entahlah...

Arthur: Hmm, Baiklah. Untuk membuat mu merasa baikan. Bagaimana kalau aku melatih skill bertarung mu saat kita berada dirumah ku nanti?

Momo: Benar kah?

Arthur: Tentu saja. Kenapa tidak, kau kan teman masa kecil ku?

Momo: Teman masa kecil ya...

Aku melihat wajah masamnya saat aku mengatakan itu. Aku mengerti apa yang dia inginkan.

Arthur: Apakah kau ingin hubungan kita lebih dalam?

Aku pun menyentuh dagunya agar dia melihat ku. Entah apa yang merasuki nya, tapi dia mengharapkan sebuah ciuman karena aku melihat dia menutup matanya dan mulai mendekatkan bibirnya. Baiklah, akan kuberikan. Aku pun menutup mataku dan ingin mencium bibirnya, tapi tiba-tiba Izuku, Uraraka, dan Ida mengganggu momen itu. Dan yah itu membuat Momo terkejut dan malah berlari pergi karena malu.

Dunia Pahlawan (Boku No Hero Academia Fanfiction)(2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang