Persuasif

2.6K 226 7
                                    


Warning ! ❎
Dalam part ini mengandung konten 18+

______

Persuasif

||

membujuk secara halus supaya menjadi yakin.



Setelah puas melihat Jisung dan Jeno saling berbagi Schotle sambil berpelukan melepas rindu, Nana menutup pintu kamarnya. Dia sadar kalau ini bukanlah saatnya untuk kembali mengingat soal keinginan yang pernah tertanam dalam hatinya dulu. Untuk sementara, biarlah semua keadaannya tetap begini. Nana sama sekali sudah tidak punya tenaga untuk menolak lagi semua masa lalunya.
Ia sadar, kalau semua masa lalu itu tidak akan pernah bisa ia tinggalkan begitu saja, karena masih ada seorang anak yang begitu membutuhkannya.

Sekarang ia juga harus memikirkan tentang karirnya yang sudah nyaris hancur karena masalah kontrak besar yang gagal dengan kliennya kemarin.

Akibat tak datang untuk menjalankan tugasnya sebagai pengacara salah seorang pengusaha, alhasil Nana harus membayar biaya kerugian sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.

Jika melihat dari tipe karakternya, sang pengusaha bernama David itu kelihatannya akan cukup memusingkan kepala. Dia agak angkuh dan memang profesional seperti pengusaha-pengusaha lain.

Nana hanya bisa berdoa, semoga David tidak akan memberikan denda yang terlalu besar, sukur-sukur pria tua itu mau memaafkannya dan tetap memakai jasa Nana sebagai pengacara pada kasusnya.

Saat cukup lama Nana terlarut dalam pikirannya, tiba-tiba pintu kamar terbuka.
Muncul kepala Jeno yang kemudian mengagetkannya.

"A-ada apa?" Tanya Nana reflek.

"Jisung tertidur di sofa, bisakah kau berbagi tempat dengannya? Dia kedinginan, Na."

Benar, di apartemennya ini hanya ada satu kamar tidur, adapun satu kamar lagi tapi itu sudah dialokasikan sebagai gudang.
Sedangkan ia tak mungkin setega itu menyuruh Jisung tidur di sana ataupun di sofa, apalagi saat ingat kejadian Jisung koleps di bandara tempo hari. Nana tak mau ambil risiko pastinya.

"Y-ya sudah b-bawa dia masuk kemari."
Dengan canggung Nana akhirnya mengizinkan Jisung tidur di kasur yang sama dengannya.
Dan sejujurnya Nana bukannya tidak mau atau merasa benci dengan keadaan ini, tapi ia hanya merasa canggung, karena sudah lama sekali tak tidur dengan puteranya sendiri, terlebih ada rasa bersalah yang senantiasa mengintainya di setiap kali ia melihat Jisung.

Sekarang, Jisung sudah dibaringkan di atas kasur oleh Jeno. Wajahnya begitu polos dan begitu mirip Nana jika sedang tidur seperti ini. Membuat Jeno ataupun Nana sama-sama tertegun menatap anak itu.

Garis wajah yang tampak lugu dengan warna kulit yang pucat, napas yang terdengar begitu beraturan dan jika dilihat lagi, ada sebuah lengkungan di bibir tipisnya--Jisung tersenyum dalam tidurnya, sepertinya anak itu bermimpi indah.

"Apa kau ingat? Kapan terakhir kali dia tidur seperti ini?"
Pertanyaan itu sontak menyadarkan Nana dari lamunannya.

Akan tetapi ia tak tahu mesti menjawab apa, karena ia tahu hal ini pastinya akan membuatnya sakit lagi seperti dulu, ketika pertama ia meninggalkan Jisung.

"Entahlah, aku hanya bisa mengingat sebagian kecil saja memoriku bersamanya."
Nana membual, kendati ia mengingat semuanya, hanya saja ia tak ingin terbawa oleh rasa bersalahnya lebih jauh lagi.

Love Again [Gender Switch]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang