Weasley Twins.
Duo prankster Hogwarts.
Banyak membuat masalah.
Banyak terkena detensi.
Banyak membuat orang kesal.
Banyak membuat orang tertawa juga.
Tentunya, banyak yang suka.
Ya, termasuk aku.
Dan beruntungnya aku bisa menjadi kekasih salah satu dari mereka.
Tepatnya adalah Fred.
Frederick Gideon Weasley.
Kakak kembar George Weasley.
Kami berpacaran sejak tahun ke-enam kami.
Meski dari asrama yang sama, Gryffindor. Dan berada di tahun yang sama pula.
Itu bukan berarti kami akrab.
Bahkan sama sekali tidak akrab.
Kami awalnya adalah musuh bebuyutan.
Tahu istilah 'hate becomes love'?
Bisa dikatakan seperti itulah kisah percintaan kami.
Fred sejak tahun pertama selalu menjadikanku incaran kejahilannya bersama kembarannya.
Mulai dari mengubah permen yang hendak ku makan menjadi ulat. Hingga menyalakan bom kotoran di kamar mandi yang sedang ku pakai.
Kalau hanya mengubah permen itu bukan masalah, tapi jika mengubahnya menjadi ulat sudah beda urusan.
Ulat adalah hewan yang paling aku takuti.
Membicarakannya saja bisa membuatku merinding.
Ingat sekali di tahun pertama semester kedua, saat berada di common room untuk mengerjakan tugas ditemani permen.
Aku membuka bungkusan permen dan hendak memasukkannya ke dalam mulut tanpa melihatnya.
Saat beberapa senti di depan mulutku aku merasa aneh karena permen itu bergerak-gerak ganjil.
Sedetik setelah aku menatap tanganku, aku melempar jauh-jauh permen yang sudah berubah menjadi ulat hijau gemuk dan menjerit-jerit histeris.
Aku menangis kencang saat mendengar tawa dua orang anak kembar dibalik sofa lain.
Beberapa anak menenangkanku, dan Percy memarahi keduanya habis-habisan.
Sejak saat itu, aku mengibarkan bendera perang ke arah mereka.
Setiap kali kami bertemu, mereka selalu menggodaku dengan berbagai cara. Dan aku selalu membalasnya dengan kekerasan.
Fred yang memang lebih sering terkena pukulanku selalu menunjukkan bekas-bekas memar─karena pukulanku─kepadaku.
Dan terkadang melebih-lebihkan rasa sakitnya.
Terkadang aku kasihan, tetapi itu memang salahnya.
Kenyatanya juga mereka─terutama Fred─tak kapok-kapoknya menjahiliku.
Di tahun ketiga juga pernah Fred tanpa sengaja merobek perkamen essai transfigurasi-ku.
Anak itu aku hajar habis-habisan sembari menangis.
Saat itu dia pasrah sekali. Aku ingat betul.
Fred sepertinya merasa sangat bersalah. Ia menenangkanku dan mengusap air mataku juga ingus dengan lengan jubahnya.
Entahlah, ia jijik atau tidak. Dia tak pernah membahasnya.
Setelah itu ia juga menawarkan menuliskan kembali essaiku.
Tapi baru beberapa kalimat ia menulis, aku menyuruhnya berhenti.
Bagaimana tidak? Jika tulisannya saja tidak bisa ku baca.
Apa kata Prof. McGonagall saat melihat essai-ku nanti?
Mulai dari kejadian itu, hubungan kami sedikit membaik.
Ia dan kembarannya tetap menjahiliku, tapi tak lagi separah sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Your Hand
FanfictionFanfiction Harry Potter ----- Ini adalah kisah cintaku bersama seorang pria berambut merah, Fred Weasley. ----- Sudut pandang pertama Semua tokoh milik J.K. Rowling