t i g a

870 171 50
                                    

Tahun ke-enam. Tahun dimana Hogwarts menjadi tuan rumah triwizard turnamen.

Fred dan kembarannya juga Lee Jordan mencoba segala cara agar dapat memasukkan namanya kesana.

Tapi semua gagal.

Salah satu caranya adalah ramuan penua. Yang malah membuat ia dan kembarannya memiliki rambut dan jenggot putih.

Ingat sekali, waktu itu ia malah sangat manja kepadaku entah karena apa.

Dulu aku hanya iseng hendak mengejeknya di Hospital Wings.

Bukannya malah marah atau apa. Fred malah memintaku untuk tetap disana dan menemaninya.

Ia sering seperti itu selama tahun ke-enam kami.

Sampai ketika pengumuman diadakannya pesta Yule Ball dari Prof. Mcgonagal.

Ia tanpa ragu mengajakku untuk berlatih berdansa bersama.

Dan saat itu pula, aku mulai merasakan adanya kupu-kupu hinggap di perutku setiap kali bersamanya.

Awalnya aku tak menghiraukan perasaan aneh itu.

Sampai ketika Yule Ball semakin dekat. Fred mengajakku untuk menjadi pasangannya.

Aku iyakan.

Hatiku bersorak saat itu.

Awalnya kupikir itu terjadi karena akhirnya ada yang mengajakku pergi ke Yule Ball.

Entahlah mengapa aku berpikir demikian, padahal sebelumnya beberapa juga ada yang mengajakku dan malah ku tolak.

Tapi, aku baru menyadari semua itu sebagai tanda bahwa aku menyukainya saat kami pergi ke Yule Ball bersama.

Saat dimana, raut wajah menyebalkannya tergantikan dengan wajah tampan dengan senyuman tulus.

Saat dimana, tatapannya terus tertuju padaku selama pesta berlangsung.

Saat dimana dalam dansa kami, ia mengatakan kalimat yang sampai saat ini selalu membuatku tersenyum.

"Entah sejak kapan. Tapi aku tahu aku menyukaimu."

Kami tetap saling tatap dan berdansa.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak gemetar di depannya karena saking gugupnya.

"Kau menyukaiku juga ya?"

"Eh?" aku tersentak saat ia bertanya tiba-tiba saat itu

"Kau gemetaran."

Aku berdecak kesal saat ia kembali berkata sambil tertawa puas setelahnya.

Meski begitu, aku ikut tertawa setelahnya.

Kami tetap melanjutkan dansa kami selama pesta berlangsung tanpa kecanggungan.

Seakan percakapan kami sebelumnya tak merubah apa-apa.

Setelah pesta berakhir, ia mengajakku pergi ke menara astronomi.

Disana, ia melepas jasnya dan memasangkannya di pundakku.

Katanya ia tak ingin aku mati membeku karena kedinginan.

Ingat sekali suasana hening saat kami bersama malam itu.

Sedikit canggung.

Tapi, Fred yang memang mengagumkan dalam hal mencairkan suasana berhasil mengubahnya dalam sekejap.

Malam natal tahun itu kami habiskan disana berdua.

Berakhir dengan ciuman dalam yang panas.

Pertanda awal hubungan kami dimulai.

Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang