e m p a t

819 171 72
                                    

Hubungan kami sudah berjalan hampir 3 tahun.

Cukup lama kan?

Ya, selama itu hubungan kami jauh dari kata adem ayem.

Setiap kali kami bertemu, pasti ada saja yang jadi alasan kami bertengkar.

Tapi, tak sampai lima menit setelah bertengkar, kami selalu langsung baikan lagi.

Fred selalu manja setelah kami bertengkar.

Meski begitu, tetap saja aku selalu jadi korban kejahilannya dengan kembarannya.

Bahkan tak jarang jadi kelinci percobaannya untuk produk lelucon mereka.

Setelah lulus dari Hogwarts, Fred dan George membuka toko lelucon mereka sendiri di Diagon Alley.

Weasley's Wizard Wheezes.

Sebulan setelah mereka membuka toko itu, aku juga membuka toko sendiri dengan lokasi yang tak jauh dari tokonya.

Sebuah toko pakaian khusus setelan pesta.

Untuk ukuran toko baru, aku rasa tokoku termasuk ramai.

Bahkan dalam waktu dua minggu aku sudah harus mencari pegawai untuk membantuku.

Meski bisa menggunakan sihir, beberapa bagian aku selalu melakukannya manual agar punya daya tarik sendiri.

Tapi tak lama aku buka toko itu, aku harus menutupnya karena kerusuhan yang terjadi di dunia sihir, karena Kau-tahu-siapa.

Karena cukup sibuk sendiri dengan tokoku, aku jarang berkunjung ke toko si kembar dalam waktu yang bisa dibilang rama.

Ketika kerusuhan yang terjadi dan tokoku tutup itulah, aku beberapa kali menyempatkan datang ke sana untuk melihat-lihat produk baru mereka.

Ingat sekali waktu itu aku melihat salah satu produk mereka yang menarik perhatian dan berniat untuk membelinya.

"Berapa harga ini?" tanyaku pada Fred dan George yang mengikutiku sedari tadi.

"5 galleon," jawab mereka bebarengan.

Senyumku terukir, jiwa tawar menawarku muncul begitu saja.

"Berapa untukku?"

"5 galleon," keningku berkerut tak terima.

"Tapi aku pacarmu, Fred."

"10 galleon."

Karena kesal, aku menaruh kembali barang itu dengan sedikit melemparnya.

"Hei, kau bisa merusaknya."

"Salah siapa membuatku kesal."

"Kau harus membayar 10 galleon jika merusaknya."

"SALAH SIAPA MEMBUATKU KESAL!"

"Iya, iya. Salahku," ia memelukku.

Aku membalasnya, tentu saja.

"Ambil satu dan bawa pergi langsung. Jangan sampai George tahu," bisiknya di telingaku.

Senyumku langsung terbit seketika.

Aku menurutinya.

Mengambil barang tadi, saat George sibuk dengan pelanggan lain.

Aku segera pergi dari sana setelah saling melempar tatapan dengan Fred.

Ia melambaikan tangan ke arahku yang mulai keluar dari tokonya.

Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang