Yumna Talitha: duduk sebelah mana lo?
Dy Madia: jendela, dia langsung mepetin gue, sesak banget ini
Yumna Talitha: sialan, mengada-ada, kalau dipepetin lo enggak mungkin balas chat
Dy Madia: kekhawatiran lo itu enggak ada gunanya sama sekali
Yumna Talitha: kenapa? Dia belum modusin lo?
Dy Madia: boro-boro modus, inget gue ada di sebelahnya aja syukur
Yumna Talitha: maksudnya lo dianggurin?
Dy Madia: lebih tepatnya ditinggal tidur, baru juga dua jam di jalan astaga
Yumna Talitha: serius lo? wkwkk emang jam tidurnya orang tua sih ini, pfft!
Dy Madia: untung enggak ngorok nih orang, benar-benar deh, Na
Dy Madia: nyesel gue pakai acara nervous segala
Yumna Talitha: parah banget si Ray, coba lo colek-colek dikit orangnya
Yumna Talitha: biar ketahuan gitu loh, imun enggak dia sama pesona lo
Dy Madia: Ada-ada aja lo, udah gue mau lanjut ngetik, bye.
Dy meletakkan ponsel dan fokus kembali pada laptopnya, satu jam yang lalu ia menginterogasi Ray tentang beberapa persiapan pemotretan. Setelah menjelaskan banyak hal, mulai dari menentukan objek foto, mempelajari habitat asli, hingga perencanaan anggaran dan persiapan fisik, lelaki itu kemudian memperhatikan Dy mengetik. Dy baru akan bertanya lagi saat menyadari kepala Ray sudah terkulai ke pinggiran jendela dan lelaki itu bernapas begitu teratur. Benar-benar diluar dugaan, padahal Dy sudah sampai mencari tahu hal-hal yang dilakukan pasangan selama perjalanan dengan kereta. Dy tidak menyangka akan ditinggal tidur hanya dalam dua jam perjalanan.
"But he's so cute," gumam Dy saat menoleh dan melihat ke wajah lelap Ray.
Setelah mengamati selama beberapa menit, Dy kembali mengetik, ia tak mau menyia-nyiakan ide yang langsung terlintas di kepalanya.
***
Bunyi deringan pelan membangunkan Ray, ketika menoleh, Dy langsung sibuk menyimpan hasil ketikan, menutup laptop dan mengangkat telepon dengan suara pelan. Beberapa kali terdengar Dy memanggil 'Mama' dan 'Papa', menanyakan tentang makanan dan cuaca, setelah itu segera mengakhirinya dengan alasan masih di kereta, takut menganggu. Ray memperhatikan memang suasana cukup sepi meski masih terdengar suara-suara obrolan juga.
"Oh, aku membangunkanmu?" tanya Dy saat menyimpan ponselnya.
"Enggak, telepon dari orang tuamu?" tanya balik Ray sembari menegakkan tubuh.
"Iya, mereka pamer mau main ski," jawab Dy sembari membuka kembali laptopnya.
"Masih mau mengetik?" jujur saja, meski tertidur tapi Ray tahu sejak tadi Dy mengetik.
"Iya, aku belum mengantuk," kata Dy lalu menatap Ray, "Ah, mau makan apa?"
Ray langsung sadar, "Astaga, aku lupa enggak bertanya tadi, apa kau sudah lapar?"
Dy tertawa, "Santai saja, aku makan coklat tadi dan bawa air mineral, kau mau makan apa, bisa pesan lewat chat, biar aku pesankan."
"Menunya apa saja?"
"Banyak, nasi goreng, ayam geprek, mie goreng, pop mie juga ada, snack juga ada." Dy mengambil kembali ponselnya dan menunjukkan daftar menu digital.
Ray melihat-lihat, "Ini bisa dipesan kapan saja?"
"Iya, nanti diantar."
"Nasi goreng saja, terus air mineral dua, kacang atom, Pringles, Chitato juga enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
0.99% MATCH (PUBLISHED by Karos Publisher)
Romance(Lima bab terakhir sudah diunpublished, sehubungan dengan kepentingan penerbitan) 0.99% MATCH We are a perfect match and we both know it -- Ray, yang setelah urusan perceraiannya selesai memilih tinggal di luar negeri, akhirnya harus pulang karena s...