Surat itu berisi bahwa lukisan yang ia kirim ke Ubud telah terjual, dan di situ pak Wayan juga menyisipkan uang hasil penjualan itu. Semenjak hari itu ia langsung pergi ke Ubud bersama buku dongeng dari ana.
Di Ubud Irfan mulai berkarya lagi. Setiap hari ia melukiskan kelanjutan kisah-kisah “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit” dari buku Irfan .
“Lukisan pertamanya tentang dongeng tersebut laku seharga Rp6.000.000,00. Kali ini dua lukisannya laku Rp51.000.000,00 dan ia bertemu langsung dengan pembelinya. Selain Pak Wayan dan pembeli lukisan itu, Irfan dapat satu teman lagi untuk menemaninya melukis setiap hari, dia adalah farel, keponakan Pak Wayan....
Hubungan Irfan dan Farel semakin erat. Sampai pada ulang tahun Farel, ia meminta pahatan karya Irfan yang sebenarnya spesial untuk Ana.
“Merasa putus asa pada Ana irfan pun memberikan pahatan itu sebagai hadiah ulang tahun untuk Lundihe. Kedekatan itu tidak berhenti di situ. Sempat ana menyerah untuk melukis karena ia sudah tidak punya inspirasi, membuat buku dongeng Ya sudah habis. Walaupun demikian Lundihe tetap sabar dan memberi semangat kepada Irfan . ......
Melihat ketulusan Lundihe, hati Irfan terenyuh dan puncaknya ia menyatakan cintanya kepada lundihe. Mereka pun berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
impian
Short StorySebuah pelukis yang tiba - tiba di takdir kan bertemu dan banyak ujian yang di lewat kan dan hingga mereka di persatukan