Part 1

4 1 0
                                    

   Aku merenung dalam kamar dengan tangan yang tengah memegangi formulir izin kunjungan wisata alam. Di situ tertera dengan jelas namaku, Aiza Humaira, dan biodata lainnya. Semua sudah lengkap, hanya saja kurang tanda tangan dari orang tuaku. Aku bingung harus ikut atau tidak, Bunda mengizinkan atau tidak. Ditengah lamunanku, tak sengaja pikiranku kembali melayang pada kejadian dua tahun silam. Saat aku berada di bangku kelas dua SMP.

"Asikkk!!! Kita akhirnya tour alam pkus camping yeeee!!!" sorak Nayla, siswi paling cempreng dan keras kepala di sekolahku. Dasar lebay! Dumelku dalam hati.

"Apa kamu liat-liat?!" oke, sekarang dia bertanya padaku dengan sinisnya.

"Ye apasih? kan mata juga punya aku, terserah dong!!" Balasku tak kalah sengit.

"Tes!! Baiklah anak-anak, silakan kalian naik bus sesuai tempat duduk kalian. Tapi sebelum itu, kita akan awali kegiatan ini dengan berdoa menurut kepercayaan masing-masing, berdoa dimulai. Berdoa selesai. Baiklah silakan naik bus masing-masing." Ucap Kepala panitia, Pak Reno,  yang bertanggung jawab atas tour alam kali ini.

Tak lama setelah Pak Reno berhenti berbicara, suara riuh dari para siswa terdengar. Mereka saling berdesakan untuk naik ke bus masing-masing, aku pun juga segara masuk bus setelah barisan sedikit longgar. Kami, seangkatan kelas dua SMP mengadakan tour alam sekaligus camping yang dijalankan setiap tahun. Kali ini tujuannya ada di bukit Langit. Kata Pak Reno, bukit itu masih sangat asri, dan juga elok dipandang mata. Tentu, itu membuat kami sangat senang, karena mungkin ini tour alam pertama kali bagi kami.

   Enam jam perjalanan berhasil kami tempuh, akhirnya sampai,  eit, tapi belum sampai pada lokasi utamanya. Kami perlu berjalan kaki dan sedikit mendaki agar bisa sampai pada lokasi utamanya. Setelah  lelah akibat berjalan sekaligus mendaki, kami akhirnya sampai pada lokasi utama. Kami semua terpana melihat pemandangan yang begitu asri, rasa lelah yang kami rasakan seolah lenyap begitu saja. Semerbak bau khas hutan langsung menyeruak masuk ke hidungku, maka nikmad Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?? Masyaallah...indah sekali ciptaanmu ya Rabb!

Di depan kami, terlihat hamparan rumput yang luas, dengan pemandangan pegunungan asri, dan disekitarnya ada jurang-jurang. Terlihat indah namun juga menyeramkan, itu tak masalah bagi kami, yang terpenting kami merasa senang berada di sini.

“Baiklah anak-anak, karena hari sudah mulai gelap, kita segerakan untuk membangun tenda ya!” interupsi dari Pak Reno kembali terdengar memenuhi kendang telinga kami. Dengan segera, kami membuat tenda dengan begitu semangatnya.

" Heh!! Iza kita setenda?"tanya Nayla padaku dengan sinis. Aku menghela napas lelah,
"Iya nay" jawabku datar sedatar-datarnya.

"Oh my god, gue setenda dengan orang sok alim" pekiknya yang berhasil membuatku geram, bagaimana tidak? Banyak pasang mata yang menetap kami. Aku membalasnya dengan tatapan tajam, lalu segera pergi meninggalkan dia, si manusia paling menyebalkan, si cerewet dan si keras kepala Nayla Putri Rafasya.

Setelah selesai memasang tenda, kami duduk melingkar dengan api unggun besar ditengah-tengahnya. Hari ini adalah hari sekaligus malam pertama kami di sini, Pak Reno dan guru-guru lainnya selalu memiliki segala cara agar kami tidak merasa bosan. Seperti saat ini, Pak Reno dan Pak Farhan, tengah berdiri di depan api unggun sambil bercerita hal yang sangat lucu, ah atau mungkin sangat konyol?! Kami selalu tertawa jika Pak Reno dan Pak Farhan bercerita, pasalnya cerita yang dibawakan terkadang tidak masuk akal, sungguh rasanya perut kami sakit karena terlalu banyak tertawa.

“Sudah-sudah, anak-anak, hari sudah sangat larut, sebaiknya kita istirahat dulu, karena besok kita akan ada banyak kegiatan,” sahut Bu Anika dengan sangat kalem disertai senyuman khasnya. Kami mengangguk, lalu segera menuju tenda masing-masing dan bersiap untuk tidur.

Teringat LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang