Namun tiba-tiba, kami dikagetkan oleh kedatangan seekor serigala hitam yang tak terlalu besar namun menakutkan. Serigala itu seakan baru mendapatkan mangsa untuk makanannya, panik bukan kepalang.Kami berdiri, lantas dengan aba-aba kami berlari sekuat tenaga menuju arah kanan hutan, mengetahui itu, serigala yang mengintai kami juga ikut berlari.
“A-aku gak kuat Nay!!” teriakku lemah dengan kaki yang seakan ingin putus.
“Gak gak!! Kamu kuat Iza!! Ayo!!!” balas Nayla dengan teriak, dia ada di depanku. Aku sungguh lelah, aku tak fokus saking takutnya, hingga kakiku tersandung balok kayu yang cukup besar. Aku jatuh, sepertinya kakiku terkilir, sangat sakit rasanya. “NAYY!” teriakku begitu panik, Safi dia berhenti berlari dan menoleh kearahku.
“Astagfirullah!! AIZAA!!” teriaknya tak kalah keras, dia berbalik arah dan ingin mencoba membantuku berdiri. Namun rasanya aku tak kuat, kakiku sangat sakit, aku pasrah, serigala itu semakin dekat saja rasanya. Aku mendorong Nayla untuk segera pergi meninggalkanku, namun dia menolak mentah-mentah.
“Aku mohon Nay, pergilah!! Biarkan Aku disini saja!” ucapku memaksa, walau rasanya hatiku sangat sakit mengatakan itu.
“Apa kamu gila Aiza?! Kamu sudah menolongku waktu itu hingga kita terjebak di sini, dan sekarang? Biarkan aku menolongmu juga!!” ucapnya begitu kukeuh.
Serigala itu benar-benar sudah dekat, dia ingin menerkam Nayla yang sedang memijit kakiku. Dengan sekuat tenaga, aku mendorong Nayla kesamping hingga tersungkur, dan jadilah serigala itu menggigit kakiku.
Sakit....
Sangat sakit rasanya, kaki kiriku yang tengah terkilir kini digigit oleh serigala itu.
“Akhhhhhrrrr!!!”
Jeritku kesakitan, buliran bening lolos begitu saja dari mataku. Cairan kental berbau anyir kini merembes, membasahi training-ku. Tanah basah kujadikan pelampiasan rasa sakitku.
"Aiza!!” Nayla bangkit dengan wajah merah padam, dia terlihat begitu shock, namun aku tak terlalu memerdulikan dia. Aku benar-benar sudah tidak kuat. Namun samar-samar Kudengar Nayla mengeram marah dan suara pukulan bertubi-tubi yang amat keras berada di depanku.
Aku membuka mata, aku terkejut bukan main, ternyata Nayla memukul telak serigala hitam itu menggunakan balok kayu yang cukup besar, serigala itu tersungkur tak berdaya, sungguh semua ini tidak terduga.
“A-Aiza??ka-kamu gak papa kan? Maafkan aku,” ucap Nayla begitu khawatir, aku tak mampu menjawab, hanya senyum tipis terukir di bibirku.
Sungguh, rasanya sekujur tubuhku sangat sakit, Nayla dengan sigap merobek kaosnya, dan melilitkannya pada kakiku.
“Kenapa kamu mendorongku Za? Seharusnya aku yang diterkam serigala itu, bukan kamu,” ucap Nayla lagi dengan lirih, disertai air mata.
“A-aku g-gak pa-pa kok S-saf!” balasaku terbata. Setelah selesai, dia segera membantuku berdiri dan mamapahku untuk berjalan. Badanku remuk rasanya, sakit, perih, ngilu menjadi satu. Namun, rasa sakit itu kalah oleh rasa bahagiaku, aku sangat bersyukur Nayla mau menolongku dan mau menjadi sahabat ku.
Aku terkekeh pelan tanpa sadar, Nayla melirikku, dan berkata, “Kamu ini! Sakit masih sempat-sempatnya tertawa!”. Aku tersenyum membalasnya, Nayla dengan sabar memapahku hingga kami sampai di jalan setapak. Kami mendengar sebuah teriakan yang sepertinya memanggil nama kami.
“AIZA!! NAYLA!!!”. Aku dan Nayla saling melirik, di pikiran kami, apakah itu orang yang sedang mencari kami? Dengan sisa tenaga Nayla berteriak membalas panggilan tadi.
“DI SINI!!”, tak lama setelahnya, terdengar langkah kaki yang banyak, dan tak lama kemudian terlihat segerombol orang yang berlari mendekati kami. Aku tersenyum dan bersyukur dalam hati, akhirnya kami ditemukan.
Setelahnya, kepalaku terasa sangat berat dan sakit, kakiku juga, sungguh aku tak kuat menahannya, hingga erangan kecil keluar dari mulutku. “Akhhh!”, mataku buram, “Iza bertahanlah!!” setelah mendengar kalimat itu, mataku terpejam sempurna, aku pingsan.
Mataku perlahan membuka, pertama kali yang aku lihat adalah ruangan putih dengan bau semerbak obat, Rumah Sakit. Aku sudah tau, jadi kalian tidka usah berharap jika aku akan bertanya.
“Kamu sudah sadar nak??” suara lembut Bundaku terdengar ditelingaku. “Dokter!! Anak saya sudah siuman!” ucap Bunda setengah berteriak. Tak lama seorang Dokter datang dan beliau memeriksaku.
Puk!
Sebuah tepukan di pundak membuyarkan lamunanku, aku menoleh dan mendapati Bundaku. Beliau melirik formulir yang ada di tanganku, lantas menatapku. “Kamu kenapa nak?” tanya beliau lembut.
“Iza nggak papa Bun, Iza hanya ingat tragedi itu lagi,” jawabku jujur.
Bunda sedikit kaget, lantas berkata “nak, kalau itu membuat kamu menjadi takut lagi jangan di ingat terus!”. Aku menggeleng, “tragedi itu masih sangat membekas di hati juga pikiran Iza Bun, tak semudah itu Iza melupakan tragedi membahagiakan itu. Tragedi yang udah memberi banyak pelajaran bagi Iza, tragedi yang udah nyatuin musuh menjadi sahabat. Iza bukan hanya mengenang tragedi yang pahit saja, tapi juga yang manis Bun. Bunda sendiri pernah bilang, jika tak semua tragedi buruk di masa lalu hanya menyisakan kenangan buruk, tapi pasti ada kenangan yang indahnya juga, maka kenanglah yang indah itu, pasti kita tak akan pernah menyesal akan tragedi buruk itu.” Jelasku sambil tersenyum. Nayla, Iza jadi kangen,,,,
Bunda ikut tersenyum, tangannya di gunakan untuk mengusap rambutku. “Iya sayang, Bunda hanya khawatir. Dan untuk formulir itu, maaf Bunda belum bisa mengizinkan kamu sayang,,” ucap Bundaku sambil melirik formulir itu. Sudah kuduga, Bunda masih belum tega jika aku mengikuti tour alam lagi. Aku hanya mengangguk pasrah dan tersenyum.
Tragedi itu masih sangat membekas dalam hati juga pikiran kami, Bunda, Nayla dan aku. Tragedi dengan banyak kenangan di dalamnya, tragedi yang sudah mengajarkan tentang banyak hal dalam hidupku.
Untuk kalian terimakasih sudah membaca sedikit kenangan terindah dalam hidupku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teringat Lagi
Short Story" Heh!! Iza kita setenda?"tanya Nayla padaku dengan sinis. Aku menghela napas lelah, "Iya nay" jawabku datar sedatar-datarnya. "Oh my god, gue setenda dengan orang sok alim" pekiknya yang berhasil membuatku geram, bagaimana tidak? Banyak pasang mata...