The Purple Soul - 01

1.6K 256 48
                                    

Daegook menyendu. Musim gugur baru saja tiba dan Jeongguk untuk pertama kali merasakan bagaimana pikirannya cukup kacau karena sebuah fakta.

Bagaimana tidak? Setelah berabad-abad hanya tinggal bertujuh dan Jeongguk menghabiskan sehari-hari untuk berkelana dan mengelilingi dunia, tak pernah sekali pun Jeongguk berpikiran jika dirinya harus mencari seorang manusia untuk dijadikan pasangan.

Makhluk fana yang hanya memiliki hitungan tahun untuk hidup harus menjadi pendampingnya yang merupakan imortal. Jeongguk sadar seberapa merepotkannya harus hidup bersama seorang manusia.

"Tidak sulit kan menemukan seseorang? Di antara ribuan orang di Daegook, aku akan menemukan satu nanti. Dan, tanda apa yang akan kudapatkan nanti?"

Tersisa mereka berdua di sana, saudaranya yang lain telah pergi dengan banyak tujuan masing-masing. Ah, ingatkan Jeongguk untuk mencari pekerjaan manusia supaya hidup dengan normal seperti Namjoon yang menjadi seorang dosen di universitas besar di Daegook.

"Aku juga tidak begitu paham, tapi yoongi bilang tanda itu akan keluar ketika kita menemukannya."

Satu kernyitan di wajahnya muncul dengan sorot matanya yang mengikuti Taehyung yang tengah mengenakan coat hitam. Tangan besar pria itu menepuk-nepuk sisi tubuhnya sebelum bangkit dan mempersiapkan diri untuk segera pergi dari rumah mereka.

"Yang pasti, tanda apa pun itu akan berbeda dengan semua yang pernah kita lihat selama ini."

Jeongguk ikut bangkit, mengambil coat miliknya dan ikut bersiap mengikuti Taehyung pergi. Hari ini dirinya tidak memiliki kegiatan apa pun selain berencana menghabiskan waktunya di museum pameran lukisan milik Taehyung.

Ya, Taehyung adalah salah satu dari mereka yang memiliki kegiatan tetap dengan mendirikan pameran lukisan. Berkeliling dunia dan kali ini tengah mendirikan satu di Daegook.

"Seperti apa contohnya?"

Mereka berjalan keluar, menuju mobil yang terparkir di garasi dan segera memasukinya. Hidup berdampingan dengan manusia membuat mereka banyak mengikuti kegiatan manusia salah satunya dengan mengendarai mobil untuk pergi kemana pun. Mereka tidak bisa sembarangan terbang di hadapan manusia.

Taehyung mengendikkan bahunya, mulai menyalakan mesin mobil dan menjalankan perlahan ketika lirihannya terucap begitu pelan.

"Bisa jadi sebuah mark yang terlihat sangat jelas. Dan bisa jadi pula hanya perasaan dari dalam dirimu yang tidak terucap dengan jelas. Tidak ada yang bisa menebaknya, Jeongguk. Karena di antara kita bertujuh, belum ada satu pun yang merasakannya. Dan kita tidak bisa tahu siapa di antara kita bertujuh yang mendapatkannya dulu. Bisa jadi Namjoon, Seokjin, atau bahkan kau terlebih dulu."

Dan gelakan tawa bersama gelengan kepala Jeongguk menjadi satu petanda yang jelas bahwa pria itu belum sepenuhnya yakin dengan apa yang akan dialaminya.

Ya, Jeongguk masih belum siap jika harus berbagi kehidupannya dengan seorang manusia.


***

'Ketika sebuah hutang terbawa hingga mati, maka tak ada penebusan apa pun selain waktu yang akan mati bersamanya.'

Seobi bangun dari tidur paginya, mengerjap pelan sebelum meregangkan semua ototnya yang kaku. Semalam dirinya pulang begitu larut, terlalu lelah untuk memanjakan tubuhnya dan berakhir dengan pagi ini dimana seluruh otot tubuhnya seolah berteriak menyuarakan kesakitan. Seluruh tubuhnya kaku dan Seobi kesulitan untuk bergerak.

Bayangan bagaimana dirinya yang seharian kemarin banyak bergerak tanpa beristirahat menjadi satu alasan untuk tubuhnya hari ini. Ya, Seobi terlalu mengabaikan tubuhnya dari kelelahan hanya untuk menyibukkan pikirannya.

Namun rasanya, sekali lagi Seobi harus mengabaikan kesakitannya. Karena banyak agenda yang harus diselesaikannya hari ini. Agenda untuk menjadi wanita baik hati yang akan diingat banyak orang nantinya.

Satu-satunya hal yang bisa dilakukan yang mungkin bisa menghapus semua dosanya di masa lalu.

"Aku harus segera bersiap." Lirihnya kecil bersama tubuh yang dipaksa bangkit dari ranjang di flat kecil miliknya. Dan dalam hitungan kurang dari satu jam, Seobi telah siap dengan begitu cantik.

Hari ini adalah akhir pekan di awal bulan. Ada jadwal yang harus dilakukannya setiap awal bulan. Ketika hari baru dimulai dengan harapan yang penuh. Seobi menggunakan transportasi umum untuk keluar kota. Karena hari ini akan dihabiskannya seharian di Daegook, daerah kecil jauh di selatan kota Seoul yang menyimpan banyak cerita tentangnya.

Tentang harapan yang pernah ada bersama sebuah hutang yang tak akan pernah terbayarkan.

"Nona, kau baru tiba?"

Seobi mengenalnya dengan baik, seorang wanita paruh baya yang sering ditemuinya dalam beberapa tahun ini. Nyonya Kim, pemilik kedai bunga segar yang menjadi langganannya. Setiap awal bulan Nyonya Kim akan memberikan bunga khusus pesanannya ketika tiba di Daegook.

Seobi tersenyum kecil saat menerima bunga yang menjadi pesanannya. Mereka saling bertukar kabar dan Seobi menceritakan beberapa hal yang membuatnya terlambat hari ini. Salah satunya kakinya yang berjalan begitu lambat karena rasa sakit yang mendadak dialaminya. Setelah menghabiskan beberapa menit untuk meredakan lelahnya karena perjalanan yang cukup jauh, Seobi berpamitan dengan Nyonya Kim untuk melanjutkan perjalanannya ke tujuan. Dan kali ini harus dengan berjalan kaki.

"Berhati-hatilah ke atas, semalam hujan cukup lebat dan beberapa jalan cukup licin."

Seobi mengangguk dan mengucapkan terima kasih sebelum kembali langkah kakinya membawa ke atas bukit. area terbuka dengan udara sejuk Daegook yang mendominasi. Begitu rindang dan tenang, tempat terbaik yang dipilih oleh sang kakak untuk bersemayam terakhir kali.

Dan di sini, di salah satu bukit Daegook, Seobi menemui sang kakak yang telah tenang. Membawa rangkaian bunga lily putih kesukaan sang kakak dan meletakannya dengan cantik di sudut nisan sang kakak. Bersama satu lirihan yang terus menerus diucapkannya.

"Eonni, maafkan aku. Maaf untuk malam itu.."

Dan tangisan Seobi perlahan turun bersama semua kesakitannya. Karena nyatanya, menanggung hutang adalah hal mengerikan. Terlebih hutang nyawa untuk sang kakak yang telah tiada.

Bersama setiap air matanya yang menetes, tanda merah di pergelangan tangannya terbakar. Membawa rasa sakit yang muncul setiap wanita muda itu mengingat kakaknya. [ ]

Tanda di tangan Seobi kaya ini ya, kaya bekas kebakar gitu dan ada di pergelangan tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanda di tangan Seobi kaya ini ya, kaya bekas kebakar gitu dan ada di pergelangan tangan.
Semoga masuk di imajinasi kalian.

Yang mau rumpi soal Mating Heal bisa ke Twitter ya.. @adoreyna..

Semoga bisa update tiap hari..
🤗🤗

With Love,
Adoreyna

The Saga : MATING HEALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang