SSW

41 5 18
                                    

"Go Changmo, apa yang kau lakukan ?" Kudengar suara panggilan itu yang terasa tak asing ditelingaku.

"Aishh.... YAAK, pelankan suaramu !"

"Ahh, wae ??"

"Yaa, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk memelankan suaramu, kemarilah !"

"Wae ???"

"Lihat, apa kau mengenalnya?" Hah, entah sampai kapan mereka akan berbicara dengan suara yang terdengar sangat jelas disana.

"Yaa, Kang See Hoo... apa kau sedang berpura-pura atau kau memang bodoh?"

"sepertinya aku memang harus memberimu pelajaran!" Kalimat itu tentu saja hanya sebuah ancaman. Kang See Hoo dan Go Changmo, siapa yang tidak mengetahui persahabatan diantara keduanya.

"Baiklah, baiklah... Kau tahu anggota kelas wanitamu yang selalu bersikap dingin itu !" Kata-kata itu seperti ditujukan untukku.

"Wanita yang selalu bersikap dingin ??"

"Aishh, wanita yang tak memiliki teman, wanita yang menempelkan plester diluka pada lenganmu" Para pria itu memang menjadikan aku sebagai bahan pembicaraannya.

"Ahh, Son Seongwan ! Tetapi bagaimana kau tahu soal plester itu ?" Suara itu sangat tak asing ditelingaku. Terlebih saat mereka membahas tentang plester dan lengan yang terluka.

"Ahh, itu... aku... aku tak sengaja menyaksikannya, aku bahkan melihat kau menggenggam jemarinya !"

"MWO ???"

"Yaaak, pelankan suaramu !!!" Aku hanya menahan tawaku setelah mendengar omong kosong itu.

Kumainkan kembali piano diruangan musik ini. Ya, rasanya sudah sangat lama aku tidak menyentuh piano. Terlebih saat ini aku harus memfokuskan diriku pada ujian akhir yang tak lama lagi akan dihadapi oleh siswa SMA kelas akhir sepertiku,

"Son Seongwan, aku tak menyangka ia bisa memainkan piano seindah ini" Meskipun jemariku sibuk dengan tuts piano yang aku mainkan, namun telingaku masih dapat mendengar dengan jelas pembicaraan dua oran pria di luar sana.

"Yaa, See Hoo-yaa, kau bahkan sudah terbuai dengan permainan pianonya"

"Changmo, tapi kenapa musik ini seperti menggambarkan sebuah kesedihan ?"
Ah, kuhela napasku setelah mendengar kalimat itu. Kalimat yang sangat benar mengenai perasaan yang aku tuangkan lewat irama piano ini.

"Entahlah, aku tak mengerti soal itu. Aku hanya dapat merasakan jika dia memainkan piano itu dengan hebat"

"Kenapa, apa terjadi sesuatu padanya ?"

"Kang See Hoo, apa kau menyukainya ?" Kuhentikan permainan pianoku setelah mendengar perkataan itu.

"Yaa, jaga ucapanmu !" Moodku berubah 360 derajat setelah mendengar perkataan itu. Kuhentikan permainan pianoku dan beranjak keluar dari ruangan ini.

Kubuka kasar pintu dan yaa, Go Changmo dan Kang See Hoo masih berada ditempat dimana mereka menjadikanku sebagai bahan obrolannya.

"Apa yang kalian lakukan ?"

"Ee, kami... kami... " Go Changmo mencoba untuk menjelaskan dengan penuturannya yang terbata bata, sedangkan Kang See Hoo hanya menatapku tanpa aku tahu arti dari tatapan itu.

Kuacuhkan kedua pria itu dan melanjutkan perjalananku menuju kelas yang dapat kupastikan belum berpenghuni. Ucapan Kang See Hoo mulai bermain di kepalaku. Iya bisa saja membantah Go Changmo jika ia tak menyukaiku karena aku akan sangat menghargai itu. Sepanjang perjalananku melewati lorong ini, sepanjang itu pula otakku terus memikirkan hal yang sebelumnya sama sekali tak pernah mengusikku sedikitpun. Aku sampai dan dugaanku salah kali ini. Lee Jun datang dan telah duduk dikursinya lebih awal, tak seperti biasanya.

S.H.E ( SHORT STORY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang