"Al tolong antar berkas ini ya ke papa," ucap mama dan menyerahkan sebuah map padaku.
"Apa ini Ma?" tanyaku tak mengerti. Dari kemarin aku memang tinggal di rumah seperti permintaan mereka. Namun besok pun aku akan kembali tinggal di kantor.
"Katanya itu berkas penting buat kerja sama papa sama rekan bisnisnya. Bentar lagi mereka meeting jadi papa gak bisa pulang lagi. Kamu antar ya," pinta mama lagi.
"Kenapa gak nyuruh supir sih Ma?" tanyaku malas tapi tak urung bersiap-siap.
"Udah cepet ah jangan banyak protes. Oh ya alamatnya Mama kirim ke whatsapp kamu ya," ucap mama.
"Bukan ke kantor papa?" tanyaku.
"Bukan Al," jawab mama.
"Yaudah deh. Al berangkat ya Ma, assalamu'alaikum," pamitku.
"Waalaikumsalam," jawab mama.
Setelah di mobil aku mengecek pesan dari mama. Mataku membelalak tak percaya melihat nama perusahaan ini.
Ini kan tempat kerja kang Arnav.
Aku telah berdiri di depan perusahaan, mau masuk rasanya malu dan canggung. Ku coba menghubungi papa berkali-kali tapi tak ada jawaban.
Tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalaku, apa aku hubungi kang Arnav saja?
"Assalamu'alaikum," salamku begitu panggilan tersambung.
"Wa'alaikumussalam warrohmatullah. Ini dengan siapa?" suara kang Arnav membuat debaran di jantungku semakin kencang. Sialan, ternyata dia tidak menyimpan nomorku.
"Ini Alma," cicitku.
Aku tidak bisa membayangka ekspresinya saat ini, tapi yang pasti ada jeda sebelum dia bersuara.
"Oh ya Alma, ada apa?" tanya nya dari seberang telpon.
"Bisa keluar dari kantor sebentar? Aku ada di depan," ucapku tak mau lama-lama berbincang di telpon.
"Hah? Ada apa?" tanya dia sepertinya kebingungan.
"Tapi kalau sibuk gak papa gak usah," ucapku merasa tak enak. Aku memang tak menjawab pertanyaannya.
"Saya kesana sekarang," ucapnya dan mematikan telpon.
Tak lama kemudian aku melihatnya berjalan ke arahku. Tolong tanganku sudah panas dingin.
"Alma, ada apa?" tanya dia.
"Begini Kang, bisa minta bantuan?" tanyaku.
"Bantuan apa?" dia balik bertanya.
"Papa lagi meeting di dalam dan berkasnya ketinggalan. Bisa tolong sampaikan kesana?" pintaku sambil menyerahkan map yang ku pegang.
"Jadi pak Salman yang di cv kamu itu pak Salman dirut Salm Corporation?" tanya kang Arnav.
Aku hanya mengangguk. Memang di cv aku hanya mencantumkan bahwa papa ku seorang pemilik usaha. Itu saja.
"Yaudah kalau gitu saya masuk sekarang ya," ujar kang Arnav.
"Baik Kang, terima kasih," ucapku tulus.
"Sama-sama," ucapnya dan berlalu meninggal kan ku.
***
"Kamu kenal sama Arnav Al?" tanya papa setelah kami selesai makan malam.
"Iya Pa, dia satu organisasi sama Nadin," jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Jodoh
SpiritualPertemuan singkat dua insan dalam suatu kajian di antara ratusan manusia. Apakah kisahnya akan berakhir indah? Atau nyatanya hanya sekadar singgah? Meet Almeira, perempuan mandiri, cantik, dan sukses di usianya yang masih terbilang muda. Semuanya...