Peraturan itu dibuat untuk dilanggar, kalau nggak gitu apa gunanya hukuman.
Amalthea
-
----------------------------------------------------------------------
"Amalthea. Berhenti kamu!" Seru seorang guru bertubuh gempal namun terlihat gesit.
"Maap bu, saya lagi ada ulangan harian, nanti aja ngehukumnya" ucap gadis yang dipanggil Amalthea.
Olahraga pagi, mungkin kata itu sangat tepat untuk apa yang dilakukan gadis berkuncir kuda itu. Berlari menyusuri koridor yang sudah sepi karena kegiatan belajar mengajar yang sudah dimulai sekitar beberapa menit yang lalu.
"Permisi bu," ucap Amalthea saat di pintu kelas. "Kamu lagi Amalthea" kata Bu Tia. Sedangkan gadis itu hanya menampilkan deretan gigi putihnya.
"Masuk lalu kerjakan ulangan kamu, tidak ada tambahan waktu" ucap Bu Tia.
Setelah diperbolehkan masuk Amalthea pun segera menuju bangkunya. Bukannya langsung mengerjakan ulangan malah dia meletakkan kepalanya dilipatan tangannya.
Saat Amalthea sudah hampir terlelap, sebuah gebrakan meja membuat dia terkejut dan terbangun.
"Amalthea, kerjakan ulangan kamu atau nilai kamu saya kosongin!" ucap bu Tia dengan nada mengancam.
Dengan gerakan sangat malas Amalthea mengerjakan soal dengan asal-asalan atau memang semua soal itu sudah ada diluar kepala? Ntahlah.
Tak perlu waktu lama Amalthea sudah selesai bertepatan dengan waktu berakhirnya mata pelajarannya."Waktu sudah habis, silakan dikumpulkan!" perintah nya.
Satu per satu mereka maju mengumpulkan lembaran ulangan. Setelah itu kembali lagi ke tempat masing-masing.
"Sekian pelajaran hari ini, siapkan diri kalian untuk remedial jika ada yang remedial." ucap Bu Tia lalu pergi ke luar kelas.
"The, loe lolos lagi dari bu Darsih?" tanya seorang gadis berambut coklat dan bername tag Calisa Aurora.
"Hm, si Ivy gak masuk lagi?" tanya Amalthea ketika sosok temannya yang super heboh tidak terlihat.
Calisa hanya mengedikan bahu, "mau ke kantin gak? Katanya jam ke empat ada rapat" ucap Calisa.
"Kuy lah. Bosen juga gue di kelas" ujar Amalthea sembari berdiri dari bangkunya.
"Yee, loe mah males terus kalo masalah sekolah," ucap Calisa
Mereka pun meninggalkan kelas dan menuju tempat utama tujuan mereka.
Bel istirahat belum berbunyi tapi kantin sudah ramai, Amalthea dan Calisa pun sedang menikmati semangkok bakso."Bewrartiw loew lowlows dwari hwukumwan downg The." ucap Calisa sambil mengunyah bakso.
Amalthea hanya mengangguk sembari menikmati baksonya.
**
Bukan Amalthea kalau tidak membuat masalah, menurut gadis berkuncir kuda itu membuat masalah sudah menjadi hobby. Saat pelajaran jam ke kedelapan atau tepatnya jam terakhir gadis itu membuat ulah dengan melempar mainan karet yang berbentuk tokek dan mengenai Bu Derra.
Kegaduhan itu di manfaatkan Amalthea untuk keluar kelas. Kabur lebih tepatnya. Karena sekarang Amalthea sudah berada di belakang sekolah. Jika berpikir Amalthea akan memanjat maka pemikiran kalian salah, sebab Amakthea sudah menyiapkan pintu rahasia untuk membolos. Dua buah batu yang cukup besar menutupi bagian tembok di singkirkan perlahan sebuah lubang yang agak besar terpampang jelas.
Tak mau membuang waktu, Amalthea langsung keluar sekolah lewat lubang itu.
Itulah Amalthea siswi teladan. Telat datang pulang duluan. Keren kan, wkwk.
Setelah berada diluar sekolah Amalthea menggunakan jaketnya lalu menghentikan sebuah angkota. Jika ditanya kenapa Amalthea menggunakan jaket. Itu agar tidak ada yang sadar jika dirinya sedang membolos dan juga untuk menutupi almet sekolahnya.
Di dalam angkota Amalthea mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang lewat selulernya.
Di pertigaan angkota yang di naiki Amalthea berhenti dan Amalthea pun turun lalu berjalan memasuki sebuah gang sempit yang ada di pertigaan itu.
Hidup Amalthea tanpa membuat masalah terasa hampa--mungkin.
Atau lebih tepatnya hidup Amalthea seakan selalu diikuti masalah. Hanya gadis itu sendiri yang bisa menjawabnya.
Saat ini gadis berambut hitam legam yang dikuncir kuda dan sudah berantakan berdiri di sebuah gedung dengan interior klasik. Dan terpampang sebuah papan bertuliskan 'Perpustakaan'. Entah benar atau tidak karena biasanya perpustakaan ada di pusat kota bukan bersembunyi dari kota.
Amalthea melangkahkan kakinya memasuki perpustakaan itu. Dan langsung disapa hangat oleh penjaganya.
"Selamat siang mbak Thea." sapa penjaga perpustakaan.
Thea membalas dengan senyuman dan anggukan kepala lalu menyusuri setiap rak. Sampai di ujung rak Amalthea mengambil sebuah buku dan membacanya.
**
"Al, loe ikut olimp lagi?" tanya Keivan.
Yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya, karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Telen dulu, gue juga kagak bakal minta" ucap Keivan dengan kekehannya.
"Iya, tapi kata bu Erni, gue belajar bareng anak olimp fisika." ucap Al. "Tapi gue belum tahu siapa."
"Sama anak olimp lain? Beda mapel oy. Tuh guru keknya ada masalah hidup deh," ucap Can.
"Kok belum tahu, emang loe belum ketemu sama orangnya?" tanya Keivan.
"Gimana mau ketemu orangnya aja kagak nongol pas kumpul tadi." jawab Al.
Tiba-tiba Can mengebrak meja yang membuat teman-temannya kaget. "Anak olimp fisika kan cuma satu orang. Berarti patner belajar loe Amalthea dong Al"
"Gak tahu gue, anak kelas apa?" tanya Al
"Kalau gak salah sih anak Mipa 4" jawab Can.
Keivan menepuk pundak Al sambil berujar, "sabar aja ya kalau loe jadi patner belajar si Amalthea"
Al yang tak terlalu mengerti karena dia sendiri belum pernah mendengar nama itu. Terdengar asing tapi Al tidak mau terlalu pusing memikirkannya.
"Btw, gue balik dulu udah di chat sama nyokap suruh pulang," ucap Al.
"Yoi. Tiati bro" ujar Can
Al mengacungkan ibu jarinya sebagai jawaban lalu meninggalkan tempat itu.
-
-
-
-
-
-
To be continue
-
Kalau kamu nggak bisa jadi orbit seenggaknya kamu bisa jadi salah satu atom biar ada gunanya dikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
A² (Slow Update)
Teen Fiction"Loe tahu berapa volume alam semesta?" "Gak, emang berapa?" "Volume alam semesta itu 4×10^80 m3. Massanya 10^53 kg. Angka-angka yang gak bisa dibayangkan sama kaya perasaan loe ke gue. Gak bisa gue bayangin apalagi gue rasain" ®kisahnya klasik ban...