Babak 1: Berlayar

77 7 37
                                    

Ada pepatah yang mengatakan, mereka yang naik panggung tanpa persiapan, akan turun tanpa penghormatan. Hal itu tidak akan terjadi hari ini, karena aku sudah mempersiapkan semuanya dengan baik. Tapi keringatku bercururan, tanganku gemetar, dudukku tidak tenang. Padahal tempat ini penuh dengan pendingin.

"Tenang, ya." Ucapnya sambil tersenyum dan menepuk-nepu tanganku.

"Kamu yakin orangtua kamu bakal nerima lamaranku?" Aku melihat ke arahnya dan dia tersenyum.

Ia tersenyum, menepuk tanganku lagi namun kali ini dilanjutkan dengan usapan. Ia berusaha menenangkanku. "Percaya deh, niat baik pasti bakal dapat balesan yang baik juga. Tenang ya."

Ini yang aku suka darinya, ia selalu berhasil membuatku tenang dalam kondisi apapun dan salah satunya ya seperti sekarang. Ini yang membuatku yakin untuk melamarnya. Walaupun kami berdua laki-laki, tapi aku yakin kami bisa seperti pasangan heteroseksual¹ yang bisa hidup normal. Meskipun sskarang aku masih ragu sih, apakah orangtua Yixing akan menerimaku atau tidak.

"Mama! Baba! Sebelah sini." Yixing berdiri dan melambaikan tangan ke arah pintu masuk restoran ini. 

"Mereka datang. Kamu tenang ya, jadi kamu yang apa adanya, oke?" Aku mengangguk, ia kembali duduk dan menepuk pahaku, kali ini ia terlihat sangat antusias. Sementara aku gugup setengah mati berhadapan dengan orangtuanya.

Orangtuanya semakin dekat, kamipun berdiri untuk menyambutnya. Aku tersenyum ke arah mereka dan mereka tersenyum kembali padaku. Ini mengurangi gugupku walau hanya sedikit.

"Mama Baba, silahkan duduk." Ucap Yixing sambil menunjuk ke arah kursi yang ada didepannya. Jika digambarkan, posisi kami berhadapan dengan kedua orangtua Yixing.

"Ah, Jadi ini Kim Junmyeon itu?" Babanya memanggil namaku dan menjulurkan tangannya ke arahku. Aku mengambil tangannya, kami bersalaman.

"Iya Ba, ini pria yang aku maksud." Jawab Yixing sambil tersenyum. Manis sekali.

Mama dan Baba Yixing terlihat sangat ramah dan hangat, aku bisa merasakannya.  "Jadi, ada apa mengundang kami kesini? kenapa tidak di rumah?"

Aku menahan segala rasa gugup dan takutku. Aku menelan ludah dan memulai untuk bicara. "Tujuan saya mengundang Mama dan Baba ke sini adalah.." Aku diam sebentar, menarik nafas dan melihat ke arah Yixing, ia tersenyum. "Saya ingin meminta izin Mama dan Baba untuk mengizinkan saya mengajak Yixing berlayar bersama dalam mengarungi lautan luas. Saya butuh Yixing untuk membantu saya membaca peta agar kami tidak salah dalam perjalanan." Yixing terlihat kaget, apa kata-kataku berlebihan? Kali ini orangtuanya menatapku. Babanya mulai melepas kacamatanya.

"Junmyeon, profesi kamu apa?" Tanyanya.

"Saya Lawyer di salah satu Law Firm di Korea." Jawabku dengan tegas.

"Ah.. Kamu Lawyer tapi kenapa bahasamu kayak anak sastra? Itu terlalu hiperbola Junmyeon. Kenapa kamu pakai perumpaan berlayar untuk melamar anak saya?"

Aku malu...

Aku menggaruk kepala belakangku, Yixing kembali menempuk nepuk pahaku.

"Begini Ba, seperti berlayar di lautan, kadangkala bertemu ombak ombak kecil dan adakalanya bertemu dengan badai, sehingga kesiapan dan persamaan tujuan antara Nahkoda dan awak kapal mampu mengimbangi hantaman badai sehingga kapal bisa berlabuh di pelabuhan. Selain itu Nahkoda juga butuh bantuan awak kapal dalam melihat perjalanan mereka agar tidak tersesat dan tenggelam." Ucapku dengan tegas.

Yixing dan orangtuanya terlihat kaget, apa aku salah bicara lagi?!

"Wow Junmyeon, saya kagum dengan jawaban kamu." Kali ini Ibunya yang berbicara. "Selama ini saya baru pertama kali mendengar cara melamar yang seperti ini." Aku di puji Mamanya, aku senang. "Tapi, bagaimana bisa dua laki-laki menikah? Maksudnya, kami tahu kalian gay, tapi bagaimana bisa laki-laki saling mencintai satu sama lain? Dan apakah kalian siap mendengar ucapan banyak orang tentang kalian?" Suaranya terdengar sangat serius dan hampir membuatku takut.

seperti takdir kita yang tulis. / SulayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang