"DI LANTAI 10"

10 2 2
                                    

Aku dan beberapa teman ku akan berlibur ke Jogja. Kami berangkat sendiri-sendiri. Saya terbang dari Balikpapan dan tiga teman ku yaitu karil, andan dan sasa dari Tarakan dengan dua penerbangan berbeda. Sesampai nya kami di Jogja, saya tidak langsung ke hotel, tetapi aku pergi berburu kuriner. Setelah kurasa cukup memuaskan perut aku pun Otw ke hotel. Malam sudah larut Ketika aku sampai dihotel. Kamar yang kami tempati adalah sebuah suite yang terdiri atas tiga kamar. Aku akan berbagi kamar dengan karil, kamar yang kecil dengan tempat tidur single. Sementara satu kamar lagi akan ditempati sasa dan andan.

Saya membuka pintu sambil menenteng kantong plastik berisi titipan andan.

"Ndan! Aku bawa titipan mu, nihh" seruan saya terhenti. kamar ini kok, hawanya... horror? Pernah gak kalian membuka botol parfum untuk mencium aromanya? Sebelum dibuka, aku tidak mencium apa-apa, tapi bebauan itu segera menyerbu saat aku membukanya. Itulah yang aku rasakan. Begitu pintu terbuka, saya langsung mengendus sesuatu yang aneh. Saya masuk ke kamar yang pintunya terbuka. Andan dan sasa ada disitu. Aku melihat sekeliling. Tidak ada yang janggal. Saya menyodorkan titipan ke Andan.

"Coba dicek dulu, sudah lengkap apa belum... Eh, kau nggak apa-apa?" aku baru sadar bahwa ekspresi andan tampak sedikit tegang.

"Barusan ada yang aneh persis sebelum kau nyampe." Dan aku pun menanya kan Karil. "Karil mana?" Andan pun menjawab "Belum datang baru kita bertiga."

Aku pun duduk diranjang, menyimak cerita Andan. Setelah Andan dan Sasa sampai dikamar, Andan memasukan kartu yang diterimanya dari hotel ke slot yang tersedia didekat pintu-prosedur standar hotel pada umumnya, toh?

"Listrik nyala dua detik. Terus mati."

Saya mengangguk saja, belum bisa menemukan kejanggalan dalam cerita Andan.

"Aku coba lagi. Ada kali, lima kali aku masukan kartu terus nyala hidup-nyala hidup."

Sasa mengangguk membenarkan. Capek mencoba, Andan menghubungi pihak hotel yang lantas menyurunya memasukkan kartu ke slot. Andan pun jengkel dengan instruksi yang sama sekali tidak membantu. "Ya kali, aku gak tahu kartunya harus dimasukin ke situ. Emangnya aku kampungan?!"

Andan memberi tahu si petugas bahwa ia sudah melakukan hal tersebut, setidaknya lima kali, dan listriknya tetap tidak menyala.

Tepat saat Andan mengucapkan kalimat tersebut, listrik menyala. Diikuti lampu-lampu suite yang tidak kecil itu. Terang benderang bagaikan tidak terjadi apa-apa. Listrik tetap menyala sampai saya datang.

Aku pun ceplos "Mungkin yang nungguin kamar ini kepingin kenalan sama kau kali, makanya dikerjain." Andan cemberut. "Heh, jangan macam-macam, deh! Sudah ahh, aku mau mandi dulu." Andan menyambar handuk dan menghilang ke kamar mandi. Aku hanya cengar cengir sambil membongkar barang dikoper ku, sementara sasa masuk kekamarnya.

Sepuluh menit kemudian, Andan yang tampak segar dengan rambut digulung habis keramas, keluar dari kamar mandi, tapi wajahnya tampak semakin bingung. "Kamar mandi hotel tuh, kan dibersihkan tiap hari ya, Man?" "Ho oh. Apalagi,hotel sebagus ini.

Kenapa, sih? Jorok?" tanya ku.

Andan terdiam. "Bersih, kok. Tapi...., pas aku mandi, masa ada rambut-rambut di lubang pembuangan air." "Rambut mu kali? Kan, kau keramas." Ucap saya "Bukan Man. Aku pasti tahu kalo itu rambut ku. Ini nggak tahu rambut siapa." Seolah menyuarakan isi kepalaku, Andan melanjutkan, "Aneh banget, deh, ni hotel, perasaan ku jadi nggak enak."

Saya melirik jam tengah yang sudah menunjukan pukul 11.00 malam dan urung berkata bahwa saya sudah merasakan hawa tidak enak saat detik pertama menginjakkan kaki di karpet.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang