"TOKK.....TOKK....TOKK..."

4 1 1
                                    

Karna kejadian malam itu yang masi menghantui kami. Aku Bersama teman-teman ku memutuskan untuk pindah ke hotel lain. Kami mencari hotel yang lumayan murah itung-itung menghemat. Dan sekalian ingin mencari suasana yang berbeda. Setelah membooking hotel lewat aplikasi. Kami bersiap-siap untuk segera pindah hotel. Kami pun sampai dihotel tersebut. Jarak hotel lumayan aga jauh dari pusat kota. Dari depan, tampak kalau hotel ini sudah cukup tua meski kondisnya masih bagus. Meskipun hotel ini sudah terlihat tua. namun hotel ini memiliki fasilitas kolam renang di bagian belakang dan menghadap ke arah hutan. Dan aku tidak melihat ada tamu lain yang lalu – Lalang di hotel ini.

Sasa, Andan, Karil dan aku kebetulan mendapat kamar di bagian belakang hotel dengan kamar yang menghadap ke kolam renang dan hutan. aku ingat sekali hari itu jumat dan saya tidak melihat ada tamu lain yang lalu-lalang saat petugas mengantar ku dan teman-teman ku ke kamar. Kamar ku dan Karil berada di lantai atas dan kamar Andan dan Sasa berada dilantai bawah.

"Kok sepi, Pak?" tanya ku kepada petugas hotel yang mengantar ku dan Karil ke kamar setelah kami mengantar Andan dan Sasa di lantai bawah.

"Oh, bulan-bulan ini memang sepi, pak. Biasanya ramai pas bulan-bulan tertentu atau pas weekend dan ada liburan Panjang", jawab si Mas Petugas Hotel diplomatis.

"Sekarang tamunya ada berapa, pak? Tanya Karil.

"Cuma ada 5 kamar, Mas, yang isi, termasuk 2 kamar yang Mas booking ini," jawabnya.

"Oh, 3 kamar yang lain dapat bagian belakang juga, ya?" Aku dan Karil jadi merasa seperti sedang melakukan investigasi kasus, nanya terus dari tadi.

"Yang 3 kamar lainnya di bagian depan dan di sayap kiri hotel ini,Mas," jawab si Bapak.

Kamar yang aku dan Karil dapatkan cukup luas. Malah sangat luas, menurut ku, dengan harga miring yang kami dapatkan. Layout kamar ku dan Karil sederhana seperti pada umum nya di hotel: sebuah ranjang kayu berukuran superjumbo, kamar mandi dalam, televisi, dan lemari pakaian. Aku sudah tidak sempat menilai faktor estetika kamar itu.

Sore harinya, aku memanfaatkan kolam renang yang ada di belakang. Sasa, Andan, Karil dan aku berenang sambil membahas kejadian-kejadian yang dialami kemarin malam. Beberapa penduduk lokal juga ikut meramaikan kolam renang sore itu. Kolam renangnya memang seperti nya terbuka untuk publik. Sempat menggigil juga, sih, karena air kolam yang dingin, tapi lama-kelamaan badan bisa hangat. Setelah berenang 2 lap, menggunakan jurus berenang andalan ku : kodok kelelep.

Suasana sore yang syahdu di hotel itu perlahan mulai lenyap menjelang senja. Suasana bagian belakang hotel mulai temaram. Dan, pelan-pelan kegelapan mulai menyelimuti. Aku menyalakan lampu depan kamar untuk memberikan efek terang di bagian belakang hotel. Andan dan Sasa pun melakukan hal yang sama, saya melihat cahaya lampu dari lantai bawah. Kami memutuskan untuk makan malam di restoran hotel malam itu. Sebelum meninggalkan kamar, aku menyalakan lampu.

Setelah makan malam, Andan, Sasa, Karil dan aku Kembali ke kamar masing-masing. Saat masuk ke kamar, aku segera menuju ke tempat tidur. Kamar luas yang aku dan Karil tempati tidak diimbangi dengan pencahayaan yang cukup. Yang tercipta adalah suasana agak-agak seram gimana gitu. aku mulai dihantui oleh bayang-bayangan menyeramkan hasil menonton film horror. Aku menepis pikiran ku yang enggak-enggak dan memilih untuk menyalakan televisi. Ah, semua tayangan horror yang ada di TV hanya imajinasi, lagi pula kan ada Karil di kamar jadi gak terlalu takut, pikir ku saat itu.

Sekitar pukul 9.00 malam, tiba-tiba lampu mati. Saya makin takut dengan kondisi sekitar. Aku tidak melihat apa-apa. Aku juga sudah malas untuk keluar meminta lilin karena kondisi diluar sudah pasti gelap dan jarak ke meja resepsionis cukup jauh.

"Kok ni hotel jadi makin horror yah kalau tengah malam" ucap ku ke Karil "gak kok mungkin cumin perasaan mu efek suka nonton film horror kali!" jawab Karil. "Dahlah tidur aja!!!" ucap Karil. Karil yang sudah lumayan ngantuk pun tertidur diluan.

Pikiran ku makin takut dan entah mengapa suasana, kok, rasanya makin mencekam. Bulu kuduk saya sempat merinding. Suasana malam juga makin dingin dan mencekam. Yang terdengar hanya suara-suara serangga malam di luar. Aku mencoba untuk memejamkan mata di balik selimut.

Tiba-tiba terdengar suara benda bergeser dari arah kiri ku. Aku terus berusaha menghibur diri di balik selimut. Aku lagi-lagi mendengar suara bergeser, seperti kayu yang berderit saat digeserkan ke lantai. Beberapa kali aku mendengarkan suara serupa dan terus berusaha untuk memejamkan mata. Aku juga mendengar suara-suara alat musik tradisioanal seperti gamelan. Aku bahkan tidak berani membuka selimut untuk sekedar mengintip apakah ada sesuatu di sebelah kiri saya. Di tambah Karil yang sudah tidur dengan nyenyak. "Dasar nih anak tau nya tidur ja nda tau apa teman nya lagi ketakutan!" ucap ku dalam hati.

Aku mulai komat-kamit baca Ayat Kursi dan mencoba menenangkan diri. Aku masih kedinginan dan masih meringkuk di bawah selimut. Saat aku sudah bisa mulai tenang, terdengar suara ketukan yang sangat samar dari arah pintu. YA ALLAH, apa lagi ini.... Aku makin ketakutan dan mencoba membangunkan Karil tapi karna dia tidur kaya lupa dunia dia nda bangun-bangun. Yang bisa kulakukan hanya komat-kamit membaca doa. Suara ketukan tadi terdengar beberapa kali dan setelah itu mereda. Aku mulai tenang dan perlahan terlelap dengan posisi meringkuk di bawah selimut.

Aku terbangun saat hari sudah mulai terang. Aku terduduk dalam diam sambil memikirkan apa yang aku alami semalam. Aku tidak pernah merasa takut tinggal di kamar hotel sebelumya. Tapi kejadian semalam sangat berbeda. Apa kejadian semalam hanya sugesti aku saja? Karna yang mengalami nya hanya aku sedangkan Karil tadi malam tidur sangat nyenyak. Ah, lupakan lah, sepertinya memang Cuma sugesti. Aku segera mandi dan turun ke bawah untuk breakfastbersama teman-teman ku yang lain.

Setelah breakfast selesai kami pun bersiap untuk berjalan-jalan mengelilingi kota kali ini kami pergi ke Malioboro. Kalian tau Malioboro gak? Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para yang menjajakan kerajinan khas Jogja dan warung-warung di malam hari yang menjual makanan Jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, , dan lain-lain di sepanjang jalan ini.

Belajar sedikit sejarah tentang Jalan Maliobor yok. Jalan Malioboro didirikan bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta. Dalam bahasa Sansekerta, kata "malioboro" bermakna karangan bunga. Hal itu mungkin ada hubungannya dengan masa lalu ketika Kraton mengadakan acara besar maka Jalan Malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-1816 M.

Setelah Lelah mengelilingi Jalan Malioboro dan puas berbelanja kami pun memutuskan untuk Kembali ke hotel kami.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang