Hari ini hujan turun cukup deras, membuat orang-orang yang berlalu lalang di jalanan menepi untuk berteduh.
"Membosankan" ucap pemuda berumur sekitar 20 tahun sembari meneguk kopi hangat yang tinggal setengah cangkir lagi.
Dia, Haruto berprofesi sebagai penulis novel lokal yang penjualannya belum terlalu besar, dia sudah menulis banyak alur cerita hidup orang-orang hasil imajinasinya, mulai dari akhir yang bahagia hingga akhir yang menyakitkan sudah pernah dia bukukan. Namun sayangnya Haruto tak pernah merasakan apa itu 'cinta' bahkan menyukai seseorang pun dia belum pernah merasakannya. Kadang Haruto berpikir "Jadi darimana sebenarnya cerita yang kubuat berasal? Apa aku sudah mengekspresikannya dengan benar?"
"Sampai kapan aku harus seperti ini" Pemuda itu menghela nafas lalu mengedarkan pandangannya ke ruangan cafe yang sedikit gelap sebab langit yang sedang menjatuhkan ribuan tetes air itu. Jujur saja, Haruto sangat bosan. Cerita yang dia buat, namun tak pernah dia rasakan.
Pandangan Haruto berhenti pada seorang pemuda yang sedang menatap kosong cangkir yang berada di depannya, tanpa terusik suara musik, suara obrolan dari beberapa pengunjung lain, bahkan suara gemuruh yang selalu membuat jantung berdebar.
Pemuda yang ditatap Haruto terlihat memejamkan mata sebentar sambil menghela nafas sangat dalam, seperti ingin menyingkirkan sesuatu yang sangat berat. Pemuda itu membuka matanya dan kembali menatap kopi yang sepertinya sudah dingin, namun belum sedikitpun berkurang sejak awal ia memesannya.
"Never give up, Haru. Tak hanya kau yang memiliki hidup membosankan seperti ini"
Kini pemuda itu menundukkan kepala dan setelah itu kembali mengangkat kepalanya, tak sengaja mata pemuda itu bertemu dengan mata Haruto yang tengah menatapnya, Haruto terkejut namun entah mengapa matanya tidak bisa berpaling. Pemuda itu tersenyum manis seraya membungkukkan badan sedikit. Sangat ramah dan manis, pikir Haruto.
Ponsel pemuda manis itu berdering menandakan seseorang telah meneleponnya, dengan segera pemuda manis itu menjawab panggilannya.
"Aku di cafe"
"Apa?!"
Haruto mengerutkan keningnya, saat melihat pemuda manis itu tampak sangat panik.
"Baiklah aku kesana sekarang" Pemuda manis itu menutup teleponnya lalu dengan segera menggendong tas hitamnya dan berlalu ke pintu keluar, ah sebelumnya pemuda manis itu tersenyum pada Haruto.
"Kenapa dia buru buru sekali, di luar masih hujan tapi dia menerobosnya begitu saja. Sepertinya sangat penting"
"Sekarang waktunya aku menjalani semuanya sendiri, tidak boleh bergantung pada orang tua lagi, Junghwan kamu harus mandiri" ucap Junghwan pada dirinya sendiri.
Jujur saja, sebenarnya Junghwan sudah mandiri sejak lama, dia merawat ibunya yang sakit selama 2 tahun terakhir, memasak, bersekolah, bahkan mencari uang untuk menambah uang bekalnya dia lakukan sendiri. Ayahnya telah meninggal 5 tahun lalu saat Junghwan berusia 12 tahun. Junghwan dan Ibunya sangat terpukul saat itu, beruntung saudara ayahnya masih peduli dan membantu memberi uang untuk kelangsungan hidup mereka walaupun tidak banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Rain | haruhwan [END]
Fanfic"Never give up, Haru. Tak hanya kau yang memiliki hidup membosankan seperti ini" "Sekarang waktunya aku menjalani semuanya sendiri, tidak boleh bergantung pada orang tua lagi, Junghwan kamu harus mandiri" haruhwan cast.