Start.

35 3 3
                                    


                           Nama tokoh, tempat, dan beberapa adegan adalah karya fiksi.              


Pagi ini begitu terik membuat siswa siswi yang berkumpul dilapangan merasa kesal dan jengkel, karena  kepala sekolah yang begitu semangat menyambut kedatangan murid tahun ajaran baru.

Rani menyeka keringat yang terus mengalir dari pelipisnya, dia begitu menyesal mengabaikan ucapan sang mama untuk sarapan tadi pagi, sekarang perutnya terus berbunyi meminta untuk diisi.

Dia merasakan ada yang bergerak disampingnya, rani menoleh ke sebelah kanan ia melihat wanita yang tingginya menyamai tinggi laki laki.

"Anjing ini kenapa panas banget sih, perasaan tadi subuh gua lihat mau hujan." celoteh wanita disamping rani sambil mengipasi wajahnya dengan topi sekolah. 

Merasa diperhatikan wanita itu menoleh serta sedikit menunduk melihat ke arah rani, sambil mengangkat sebelah alis heran

"Anak SD mana nih ? kok nyasar di sini." Wanita itu bertanya sambil menoleh kiri kanan memastikan adakah barisan anak sd.

Rani menganga sambil mendongkak untuk melihat wanita itu, rani berdecak kesal setengah mati sudah jelas dia memakai rok abu abu malah dibilang anak SD. Tapi dirinya juga salah mengapa tak berbaris didepan. 

"Aku anak SMK sini tau, emang kamu gak liat jelas jelas aku pakai rok abu abu malah dibilang anak sd", Rani merenggut dan memanyunkan bibirnya karna begitu kesal akan wanita jangkung di sebelahnya itu. 

Bukannya meminta maaf wanita  itu malah sontak tertawa keras mendengar jawaban rani yang menurutnya begitu polos, ia berhenti tertawa melihat rani yang tak begitu senang dengan tingkahnya.

"Ya maaf, lagian lu kecil banget gak keliatan. Udah gitu pede banget baris di belakang, bukannya ambil barisan di depan". Balas wanita itu lalu menolehkan kepala nya ke depan tersenyum melihat kepala sekolah yang sudah meninggalkan lapangan upacara.

Rani yang akan membalas ucapan wanita tadi begitu kaget, melihat manusia itu sudah berlari kencang ke arah yang rani tidak tau sambil melambaikan tangannya dengan senyuman yang memperlihatkan gigi rapi nya itu. Perlahan menghilang dikerumunan siswa.

Rani menggaruk kepalanya merasa bingung akan tingkah wanita tadi yang menurutnya sedikit aneh. 

Pembawa acara mengumumkan untuk seluruh murid baru agar segera memasuki ruangan aula karna kegiatan mos akan segera dimulai. 

Semua orang berlalu lalang untuk mencari dimana pembagian kelasnya termasuk rani yang mulai melangkahkan kakinya ke arah papan nama yang menunjukan kelasnya. Rani berusaha berjinjit melihat dimana kelasnya berada. Ia menghembuskan napas nya kasar, mengapa semua orang terlihat seperti monster, tidak ada yang ingin mengalah. Hanya mementingkan diri sendiri. Perlahan semua mulai bubar, Rani bernapas lega. Setelah mendapatkan namanya, ia bergegas mencari letak kelas itu.

                                                                                ****

Tepat di barisan kelima dari depan rani mendudukan bokongnya dibangku samping gadis berkacamata yang menurutnya manis, dengan lesung pipi yang menghiasi kedua pipi gadis tersebut. Gadis tersebut terlihat sedang sibuk dengan dunia nya serta menyumpal kedua telingannya dengan earphone, terlihat tak ingin diganggu siapapun.

Setelah beberapa menit rani bergelut dengan pikirannya apakah ia harus berkenalan dengan wanita manis itu, akhirnya rani memberanikan diri untuk mengajak berkenalan.

"Halo, boleh kenalan?", Rani gugup, takut wanita itu sedang tak mau diganggu. Rani menyentuh pundaknya. Wanita itu menoleh dan tersenyum membiarkan rani berbicara.

"Nama kamu siapa?", Rani  langsung menyodorkan tangan, lalu wanita membalas jabatan tangan rani dengan senyuman dan lesung pipi menghiasi kedua pipinya.

"Boleh,".

"Nama gue sabita panggil bita aja", mengangguk paham, Rani tak langsung menjawab ia terdiam. Sabita menggangkat alisnya dan bertanya balik 

"Nama lu siapa?", Rani tersadar, langsung menggelengkan kepala nya, ia begitu terpesona dengan senyuman serta lesung pipi sabita. 

"Namaku rania, panggil rani aja gausah pakai a", Sabita terkekeh dan melepaskan jabatan tangan.

Menurut sabita rani terlalu polos untuk kata anak SMK, menurutnya anak lain terlihat sudah beranjak dewasa sedangkan rani masih terlihat seperti anak smp yang baru beranjak remaja.

Setelah perkenalan pendek dan berbincang soal sekolah mereka yang akan menemani tiga tahun kedepan. Dan tidak beberapa lama anggota osis masuk dan mulai memperkenalkan diri, serta mengenalkan lingkungan SMK Nasional beserta ekskul yang ada di sekolah itu.

Anggota Osis yang sedang berbicara di panggung aula itu tiba tiba terhenti karna ada kericuhan di barisan belakang yang cukup menggangu penglihatannya

"Eh itu kamu cewek yang di belakang, kenapa ribut aja dari tadi saya lihat", Anggota osis itu kebingungan sembari menunjuk orang yang berbuat kericuhan di belakang. 

Pandangan semua orang yang berada di aula beralih menatap orang yang ditunjuk anggota osis, Sedangkan yang ditunjuk anggota osis itu hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya merasa malu.

Rani cukup terkejut ternyata yang ditunjuk anggota osis tadi, Wanita dilapangan uapacara  yang mengatainya anak SD, Tapi berbeda dengan ekspresi sabita disebelah rani.

Sabita hanya menggelengkan kepala dan terkekeh ringan, ia sudah tau siapa yang berbuat keributan itu.

Zaira namanya wanita yang terlihat tomboy, lengan baju yang di angkat sampai siku dengan jilbab yang terlihat agak berantakan serta dua gelang hitam di pergelangan tangan kiri.

"Ini kak saya mau duduk tapi gak dikasih tempat sama dia", Adu zaira sambil menunjuk wanita yang sedang memakai liptint sambil bercermin, 

Wanita itu nampak begitu kaget karna suara zaira yang keras lalu menatap tajam serta berbicara tanpa suara ke arah zaira

"Lu ngapain bodoh", desis perempuan itu memperhatikan sekitar yang menatap mereka berdua, lalu bergeser sedikit agar zaira bisa duduk sambil menatap tajamnya.

Zaira yang tampaknya tidak peduli, karna ia merasa ini bukan kesalahan dirinya, lalu duduk setelah perempuan itu memberikan tempat untuknya.

Seluruh anggota osis menggelengkan kepala melihat tingkah murid baru yang menurut mereka cukup mempunyai nyali.

Acara pengenalan sekolah sempat terhenti pun dilanjutkan dan berganti dengan wakil kesiswaan yang mulai  menyebutkan peraturan sekolah.

"Aneh aneh aja tu anak, baru pertama sekolah padahal", Sabita terkekeh pelan dan menoleh kesamping mendengar pertanyaan rani

"Kamu kenal cewek yang di belakang tadi?" Ujar rani sambil menunjuk ke arah belakang dengan dagunya. Merasa penasaran dengan sosok zaira

Sabita mengangguk dan sedikit membuat rani kebingungan, mengapa mereka saling mengenal.

"Kita itu satu angkatan di smp, sekedar kenal doang sih. Zaira itu cukup terkenal di SMP, dia salah satu anggota paskibra jadi sering tampil di sekolah..." 

Rani ber-oh ria, akhirnya ia tau mengapa sabita mengenal zaira 

"Anaknya tengil ya?", Sabita terkejut mengapa rani tiba-tiba berbicara seperti itu

Melihat sabita yang tampak bingung, Rani langsung menceritakan kejadian di lapangan pagi tadi. Membuat sabita tertawa merasa perkataan rani memang benar, ia memang tak begitu mengenal zaira terlalu dekat, tapi zaira tipikal anak yang mudah akrab dengan siapapun. 

"Dia anaknya emang kayak gitu, rada-rada aneh tapi anaknya baik kok kalau kita udah kenal dia." 

Taman FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang