selamat membaca, pastikan tekan vote sebelum itu. Terima kasihYoona baru saja berusia lima belas tahun, gadis itu duduk lengkap dengan baju indahnya. Matanya berbinar, ada banyak persiapan sebulan ini yang ia lakukan untuk ulang tahunnya.
Yoona menatap kue kecil yang ada di depannya. Mengambil pemantik dan menyalakan lilin di depannya. Dengan sebuah harapan Yoona langsung meniup lilinnya.
Kemudian Yoona memotong kuenya. Kue tersebut memang tak terlalu besar, ia dapati dari seorang kakek yang ada di hujung perempatan jalan rumahnya.
"Yoona akan membaginya dengan mama, ketika dia pulang."
Begitulah harapan gadis kecil itu. Dirinya merebahkan dirinya di atas sofa, karena sudah jam dua belas lewat.
Kokokan ayam terdengar lantang di telinga Yoona. Dengan berat hati, dia membuka mata.
Di pandanginya kue yang ada di depannya ini, seketika senyumnya mengembang.
"Kau sangat pandai membuatku tersenyum," ujar Yoona.
Dengan melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi, dia menyiapkan dirinya untuk berangkat ke sekolah.
Makanan sudah tersaji di atas meja. Pagi-pagi sekali pembantu di rumahnya sudah menyiapkan sarapan untuknya.
"Ayo, neng di makan dulu," ajak sang pembantu ketika sang majikan sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Terima kasih, bi." Yoona menarik kursinya dan langsung melahap makanannya.
"Selamat ulang tahun ya neng, semoga di usia yang ke lima belas ini neng selalu bahagia. Selalu di limpahi dengan berbagai kenikmatan." Ani -pembantu Yoona, mengusap dahinya.
"Terima kasih bi," Yoona langsung memeluk Ani.
Ada getiran sedih di dalam hati Ani, melihat sang majikan.
"Ayo, sudah jam tujuh lewat. Nanti keburu telat. Bibi udah siapin bekal kesukaan neng."
Yoona berangkat dengan sopir pribadinya, yang khusus di siapkan untuknya.
Jalanan agak macet, karenakan para manusia akan melaksanakan ruinitas seperti biasanya.
"Gak mau," ucap Yoona meninggi.
"Gak mau sekolah?" tanya sang sopir berkerut dahi.
"Iya!" jawabnya cepat.
"Terus kita mau ke mana?" sang sopir bingung dengan ucapan Yoona.
"Sudah ku bilang itu jauh!" balas Yoona lagi
Dengan berat hati sang sopir menepikan mobilnya.
"Kenapa berhenti pak?" tanya Yoona.
"Tadi non bilangnya mau pergi jauh? Saya tidak mengerti loh," sang sopir menggarukkan tengkuk nya
"Ah, maaf pak. Kita pergi ke sekolah aja. Bukan apa-apa kok."
Dengan menganggukkan kepala, mobim berjalan dengan kecepatan rata-rata.
Ya, para siswa sudah berdatangan. Tampak suasana sekolah agak ramai. Di lihat di sisi kanan, seseorang anak lelaki menangis dalam dekapan ibunya.
"Cengeng banget," lirik Yoona sinis.
"Diam!" bentaknya pada diri sendiri.
Sang sopir yang memperhatikannya hanya meneguk salivanya. Ini bukan satu atau dua kali Yoona seperti itu.
"Terima kasih pak, hati-hati di jalan." Yoona melambaikan tangan kepada sang sopir.
Dengan santai Yoona melangkahkan kakinya, memasuki kelas. Suasana kelas memang tak terkontrol. Ada yang lari-larian, nyanyi walaupun suaranya falles, ada yang makan, ada yang nangis, ada yang bergosip ria, ada yang nangis. Semuanya lengkap. Di tambah dengan suara Dena yang sangat berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yoona
Teen FictionMenceritakan tentang sosok Yoona. Yoona sering kali di gangguin oleh berbagai mahkluk tak kasat mata. Mempunyi kelebihan bisa melihat mereka, Yoona merasa dirinya bukan lah makhluk yang beruntung. Tidak bersyukur bukan? ya, begitulah yang di rasakan...