5. | ✧.* Ada di UKS

8K 1.1K 26
                                    

Dengan lingkaran hitam menghiasai kedua bawah matanya, Safir memaksakan diri keluar dari kamar untuk menemui ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan lingkaran hitam menghiasai kedua bawah matanya, Safir memaksakan diri keluar dari kamar untuk menemui ayahnya. Begitu melihat Ferdi, istrinya, serta kedua anaknya yang sedang menikmati sarapan pagi, Safir melipir ke ruang tamu dan menunggu di sana. Dia tidak mau dicap sebagai pengganggu keluarga yang tampak harmonis itu, jadi dia memilih menunggu lebih dulu. 

Hingga beberapa menit kemudian, Safir berdiri ketika Ferdi hendak keluar diantarkan oleh istrinya tak lupa juga pria itu menggandeng tangan dua anak SMP di samping kanan dan kiri.

"Ayah." Safir memanggil, dia mendekat ragu pada Ferdi. "Safir minta tolong, Yah. Ayah kabarin wali kelas ya, Safir gak enak badan."

"Gak enak badan setelah keluyuran gak jelas?" Ferdi memicing, menatap anaknya yang masih mengenakan piyama. "Alasan. Jangan sesekali membohongi ayah dengan hal kecil seperti itu. Lagi pula ini salah siapa? Suruh siapa kamu keluyuran sampai malam? Jangan merepotkan, kamu sudah besar." 

Jauh dari harapannya. Safir tak lagi berkata apa-apa saat Ferdi berbalik pergi bersama Tania dan Benji--prioritas utamanya. 

Semenjak perceraian orang tuanya karena sang ayah berselingkuh dengan sahabat karib sang ibu, Safir sudah merasakan perbedaan besar atas sikap Ferdi terhadapnya. Pria paruh baya itu lebih mementingkan keluarga baru dibandingkan Safir yang menjadi hak asuhnya. Sementara Shopia--wanita yang melahirkan Safir ke dunia, sekarang entah berada di mana. 

Semuanya berawal ketika Safir masih awal SMP, dia dimasukkan ke sebuah asrama khusus putri di Jakarta, katanya untuk belajar mandiri di sana. Safir pikir itu memang alasan yang sebenarnya, ternyata tidak. Dia dimasukkan ke asrama yang hanya mengizinkan murid-muridnya untuk pulang sekitar sebulan sekali itu adalah alasan agar Safir tak mengetahui permasalahan dalam keluarga. 

Permasalahan panjang yang tak kunjung selesai sampai Safir menginjak kelas 10 SMA. Permasalahan itu baru terkuak dan diketahui Safir saat dia berada di kelas 11 SMA, begitu kepulangannya ke rumah ini, dia menyaksikan orang tuanya bertengkar hebat. Antara ibunya yang mencaci maki sosok wanita di pelukan sang ayah, dan ayahnya yang terus membela wanita di pelukannya. 

Hingga akhirnya, ibunya yang mengalah dan pergi begitu saja tanpa melirik Safir sedikitpun. Itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Shopia. 

Safir kira, keluarganya baik-baik saja dan bahagia, selalu menantikan kepulangannya dari asrama dan merencanakan untuk berlibur ke beberapa tempat yang selalu Safir rekomendasikan. Namun nyatanya apa? Sampai sekarang, Safir masih sakit hati karena mereka yang menipunya. Walaupun perasaannya tetap berharap bahwa keluarganya bisa kembali utuh, bisa tersenyum bahagia lagi. Akan tetapi, sekarang sudah mustahil. 

Ferdi sudah menikah lagi dengan Diana--wanita yang kala itu dibela habis-habisan oleh Ferdi di depan istri sahnya. Mereka bahagia dengan dua anak Diana dari suami sebelumnya. 

Jika Safir ditanya mengenai pilihannya, ayah ataukah ibu, jujur saja dia sendiri tidak tahu harus memilih siapa. Keduanya tampak tidak mempedulikannya. Safir hanya bisa bersyukur, setidaknya ayahnya tak mengusirnya di rumah. 

TWILIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang