Deru napas lelaki bermarga Uzumaki itu terengah-engah Cairan asin terus bergulir dari pori-pori kulit tanned-nya hingga membasahi kaos kutung berwarna kuning yang ia pakai. Kedua kaki jenjangnya sedang memasang kuda-kuda nan kokoh, siap untuk maju kapan saja menuju ke arah lawan. Safir birunya berkilat tajam, mengawasi gerak gerik gadis yang sedang men-dribble bola berwarna oranye itu. Suara pantulannya menggema di ruangan basket indoor milik Universitas Tokyo. Tak ada penonton yang riuh bersorak karena ini adalah single fight antara kapten Tim basket kampus dan seorang gadis yang berstatus mahasiswi baru di sana.
Hyuuga Hinata, gadis bergaya boyish itu tampak santai memantulkan bola berkali-kali ke lantai. Sesekali ia melirik penuh waspada ke arah lelaki bermata biru yang menjadi lawan mainnya. Bermandikan peluh di sekujur tubuh, tak membuat semangat gadis itu luntur. Bermain basket adalah salah satu hobinya sejak kecil. Sering menjuarai pertandingan basket putri sejak Junior School tak membuat ia jumawa. Berbeda dengan sosok jangkung yang ada di balik punggungnya.
Naruto melayangkan tangan besarnya untuk merebut bola seberat 600gram itu, berikut langkah kakinya yang turut serta. Dikaruniai mata bulan yang jeli, Hinata cukup mengerti gerakan lawan. Secepat kilat, ia menghindar, dengan gerakan memutar untuk mengelakkan tubuhnya beserta bola yang masih ada dalam genggaman. Gadis cantik itu berlari seraya sesekali men-dribble. Ia lalu melompat, kembali mendorong bola basket menuju ke keranjang dari jarak 1 meter.
Ketiga pasang mata penghuni ruangan itu sontak tertuju pada arah bola yang melambung dan..
Srakkkk !!!!
Bunyi peluit dari Inuzuka Kiba yang berdiri di pinggir lapangan, mampu memecah keheningan sekejap. Itu adalah efek yang ditimbulkan oleh Hinata karena berhasil memasukkan bola kembali ke keranjang basket melalui jumpshoot memukau yang ia lakukan.
"Yeaaaaaaahhh !!!! Nananana..." kedua tangan Hinata terkepal di udara. Sorak kegembiraan dari sosok gadis dengan tinggi 155cm itu terdengar. Tapi malah semakin membuat wajah tampan Naruto mengerut jengkel.
"Sialannnn, ughh !!" erang Naruto, ia mengusak helaian kuningnya frustasi. Sedangkan lawannya, sang gadis cantik berjingkrak tak karuan dengan senyum lebar yang menguar dari bibirnya.
Di luar lapangan pantul, lelaki yang memiliki tato segitiga di kedua pipinya, ikut senang melihat rekan barunya meraih angka lagi. Bukan bermaksud mengejek sahabatnya, si pirang Uzumaki itu. Ia senang, setidaknya ada yang mampu mematahkan sikap arogan Naruto jika berada di lapangan basket.
Naruto berusaha untuk tenang, menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Hawa panas makin menguat yang tak hanya berasal dari dalam tubuhnya tapi juga dari kepalanya. Entah strategi apalagi yang akan ia gunakan pada sesi kali ini, karena sudah dua kali Hinata menjebol keranjang basketnya. Berpikir sejenak seraya menenangkan diri, Kiba kembali mengambil alih perannya sebagai wasit. Ia berjalan pelan, memungut bola yang berada di luar lapangan. Ia menghampiri Naruto yang kini sedang menatap Hinata dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Satu babak lagi, Naruto..," Kiba mengarahkan mulutnya ke telinga kanan Naruto dan berbisik,"Jika kau kalah dari dia, kau bakal jadi bulan-bulanan gosip di kampus ini." Tawa geli terdengar usai Kiba mengucapkan kalimat bernada peringatan itu.
Safir biru Naruto memicing tajam ke arah Kiba yang menertawakan dirinya. Kiba tak peduli, ia melirik arloji di pergelangan tangannya. Ia berdehem dan kembali tenang, mereka bertiga kini telah berada di tengah lapangan. Bersiap untuk melakukan babak terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something (End) ✔️
FanfictionSangat tidak menyenangkan jika berkuliah karena jurusannya sudah dipilihkan oleh orang tua. Itulah yang dialami oleh Hyuuga Hinata dan Uzumaki Naruto. Hinata yang tak jadi menjalankan pendidikannya di kemiliteran dan Naruto yang terpaksa menelan pil...