Something --- 4

502 78 18
                                    

Hyuuga Hinata si gadis jelita bersama para mahasiswa lainnya sedang berjalan melewati koridor demi koridor ruang kelas ekstensi Universitas Tokyo. Netra kelabunya menatap beberapa pemandangan yang ia lewati. Ada yang asyik bercengkrama, bergerombol di ujung tangga. Ada yang cekikikan bersama teman lawan jenis, ada yang membaca buku di bangku depan mading informasi. Dan masih banyak aktifitas lainnya ia jumpai selama ia menapaki jejaknya hingga ia tiba di depan jejeran loker mahasiswa. Tangannya bergerak memasukkan kunci dan memutarnya ke kanan. Seper sekian detik saat ia berhasil membuka lokernya, kelopak matanya melebar. Spontan, kedua lengannya sigap menangkap limpahan buket bunga mawar merah yang sengaja disumpal ke dalam lokernya.

"Astaga, apa ini ?" gumamnya histeris saat melihat surprise yang ia dapat sore ini. Ia bingung harus berekspresi seperti apa, senang atau malu, entahlah. Ia tampak kesusahan saat menampung puluhan buket bunga mawar itu dengan kedua lengannya bahkan bertumpuk hampir sedagunya. Hinata sejenak memperhatikan sekitar. Para mahasiswa yang berlalu lalang pun tak mengindahkan kegiatan Hinata, yang ada malah memberikan senyum misterius kepadanya.

Tak memikirkan reaksi orang-orang sekitar. Netra keabuannya kembali menangkap sesuatu di dalam sana, lengan kanannya agak kepayahan untuk mengambil sesuatu yang menarik perhatiannya. Sedangkan lengan yang satunya masih sibuk menampung buket, ada beberapa yang terjatuh ke lantai. Dengan susah payah akhirnya kertas itu sekarang sudah berada di tangan Hinata. Ia membuka lipatan sejenis kartu ucapan itu dan membacanya dengan seksama.

"Kehadiranmu mampu membuat duniaku teralihkan. Waktu terhenti, namun tidak dengan irama detak jantungku yang selalu menyebut namamu."

Bukannya berbunga-bunga atau tersenyum bahagia. Decakan lidah pertanda jengkel malah yang dikeluarkan melalui mulut gadis itu. Kepalanya menggeleng-geleng. Ia yang sangat anti basa basi langsung saja membuang asal kertas itu secara asal. Keterkejutannya tak sampai di situ, ternyata rupanya ada 2 kertas lagi yang tergeletak di tempat yang berbeda, berada diselipan antara buket bunga yang tersisa di dalam sana. Kembali, tangannya mengambil dan membuka lipatan kertas kedua, menggulirkan netra kelabunya ke tulisan tangan yang tertera di sana..

"Sejak mengenalmu aku mendadak menjadi buta, buta untuk melihat perempuan lain kecuali dirimu.."

Perut Hinata terasa dipilin, mendadak ia terserang mual sesaat setelah membaca kertas kedua itu. Ia menggeleng heran dengan ulah orang yang mengirim kejutan padanya di sore hari ini. Di saat ia hendak melempar kartu berwarna mutiara itu ke dalam loker, jemari lentik seseorang dengan cepat merebut kartu ucapan Hinata dan membacanya. Netra keunguannya memicing ke arah gadis berambut indigo itu.

"Oh, rupanya kau target Uzumaki Naruto selanjutnya ya ?" si gadis berpakaian minim itu berujar sinis, memandang kesal ke arah Hinata. Mereka beradu tatap sejenak. Hinata yang tadinya ingin langsung mengunci lokernya dan pergi ke kelas, tertunda gara-gara ulah si gadis pesolek ini.

Dahi Hinata mengernyit bingung."Apa maksudmu ? aku tidak mengerti.." tutur Hinata jujur, ia membalik tubuhnya untuk menutup loker. Namun sebelumnya, sebuah ide terlintas di kepala. Ia segera memutar kembali tubuhnya menghadap Shion."Oh kurasa orang yang mengirim semua ini, mengirimnya untukmu bukan untukku. Dia salah loker, sist.." alih Hinata, netra kelabunya menunjukkan sisi jenaka. Cengiran konyol juga menguar di antara kedua bibirnya.

Mendengar penuturan Hinata, wajah Shion berubah, menjadi berseri-seri."Benarkah ?" nada suaranya mulai turun dan lebih tenang.

"Ya, tentu saja. Dia salah alamat, Nona," Hinata sedang memainkan sebuah sandiwara. Ia terbahak dalam hati saat melihat perubahan mimik wajah Shion.

Secepat kilat, tangan-tangan Hinata meraup dan menyerahkan semua buket bunga itu kepada Shion hingga loker Hinata benar-benar bersih. Hinata tak peduli Shion tampak kewalahan membawa puluhan buket bunga mawar merah itu sendirian bahkan ada yang tercecer di lantai. Shion meminta tolong rekannya yang lewat untuk membantu membawakannya.

Something (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang