Hey

29 2 0
                                    

  Seperti biasa, Kantin tampak ramai dengan siswa yang sedang mengantri atau berkumpul dengan temannya. Tapi Andra tidak peduli dengan keramaian, matanya sibuk mencari seseorang diantara kerumunuan yang ada di kantin. Saking sibuknya, makanannya saja tidak ia sentuh sama sekali. Yang ia inginkan sekarang adalah bukan makanan, melainkan Alyssa.

  Kantin pun mulai sepi, batang hidung Alyssa tidak terlihat olehnya. Ia menenggelamkan wajahnya ditelapak tangan dan menghela nafas panjang. Tanpa menyentuh makanannya dulu ia pergi mencari Alyssa. Ia saja tidak sadar kalau ada Rico yang sedari tadi makan disampingnya. Rico yang sudah biasa, tidak terkejut dengan tingkahnya, malah sekarang makanan Andra ia ambil juga "lumayan lah, daripada mubazir."

  Sedangkan Alyssa, ia sendiri sedang menahan lapar akibat ulahnya. Cuman karena tidak mau bertemu Andra, ia rela tidak ke kantin dan memilih untuk menahan lapar. Padahal ia tau kalau ia belum sarapan tadi pagi, bisa-bisa maghnya kambuh lagi. Gabriella sendiri tidak pergi ke kantin. Tugas sejarah yang ia salin dari buku Alyssa, belum juga selesai. Mungkin kalau ia tidak ada tugas, bisa saja ia menarik paksa Alyssa untuk makan.

Gabriella melirik Alyssa melalui sudut matanya. Wajah Alyssa sudah mulai pucat. Dengan wajah yang sedang menggigit bibir bawah, Gabriella juga tau kalau Alyssa sedang susah payah menahan lapar.

"Al, lo ngga makan? Ke kantin sana, keburu masuk entar, gue ngga mau lo pingsan di kelas Mrs Nina." Kata Gabriella tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Gue ngga bakalan pingsan kok, tenang aja." Elak Alyssa.

Gabriella berhenti menulis, dan menatap Alyssa sesaat "ngeyel banget sih, ya udah minggir, gue mau keluar." Gabriella keluar dengan perasaan sedikit kesal. Kesal melihat temannya sangat susah di kasih tau.

Alyssa mengeluarkan ponselnya, mencoba membunuh waktu dan mengalihkan rasa laparnya. Beberapa sosial media miliknya ia periksa, dan tidak ada yang menarik perhatianya. Alyssa mendengus, usahanya mengalihkan rasa laparnya ternyata gagal. Seperti biasa, kata 'sialan' terlontar begitu saja dari mulutnya.

"Nih Al, makan ye, buruan makannya, keburu masuk." Gabriella datang membawa roti isi coklat, dan sebotol air putih.

Alyssa masih menatap Gabriella dan makanan di depannya. Ia menaikkan satu alisnya, tanda meminta penjelasan dari Gabriella.

"Udah makan aja, atau gue suapin?" Goda Gabriella. Membuat dirinya dan Alyssa terkekeh.

Alyssa membuka bungkus roti didepannya, mulai mengunyah sedikit demi sedikit roti isi coklat yang sebenarnya itu rasa favoritnya. Ia tersenyum tipis, lega karena maghnya tidak jadi kambuh.

-***-

'Kadang, terlalu benci membuat diri ini tak percaya cinta, sampai pada waktunya cinta itu datang. Dan saat cinta sudah berjalan jauh, benci mulai menunggu seiring berjalannya waktu' sebuah artikel di manding membuat Alyssa sedikit tercengang. Ia paham maksud dari artikel itu. Orang yang sedang membenci orang lain, ia akan merasakan cinta kepada orang yang dibenci pada waktunya. Tapi saat cinta mulai datang dan berjalan, rasa benci mulai menghadang di depan mata. Sedikit muak dengan artikel di mading, ia memilih pergi dan kembali ke kehidupan nyata. Kembali ke kenyataan bahwa benci tidak akan jadi cinta.

Koridor tampak sesak, membuat Alyssa harus bersusah payah untuk melewatinya. Badannya yang kecil, beresiko tertindih badan-badan besar anak sosial. Seperti biasa, ia mengomel dalam hati, menyumpahi orang-orang yang saat ini ia lewati. Tiba-tiba, seseorang menariknya untuk menjauhi kerumunan. Alyssa meronta, berusaha melepeskan cengkraman orang yang sedang menariknya.

"Eh! Lepasin ngga!" Teriakan Alyssa tidak dihiraukan orang itu. Orang itu terus saja menarik Alyssa, tapi bukannya dibawa keluar, orang itu malah membawa Alyssa ke taman belakang sekolah.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang