Beberapa hari terakhir Andra tidak melihat Alyssa disekolah. Jangankan disekolah, di kelasnya saja, Alyssa tidak ada. Menurutnya, sejak kejadian ia menguping di kafe beberapa hari yang lalu, Alyssa tidak pernah datang ke sekolah. Rumahnya pun terlihat sepi dan gelap, kalau gelapnya hanya dua atau tiga hari mungkin saja Alyssa dan keluarganya sedang berlibur. Tapi ini, rumahnya sudah gelap berhari-hari. Kalaupun Alyssa pindah, pasti rumah itu sudah tidak bergorden lagi.
Andra mengacak rambutnya frustasi. Kuatir dan takut mulai dirasakannya. Pikirannya saja sudah melayang kemana-mana, bagaiaman tidak membuat kuatir? Rico yang disebelahnya hanya melirik sebentar
"Kenapa lo?"
"Alyssa Ric, gue ngga tau dia ada dimana."
"Emang ngga ada dirumah? Lo kan tetanggaan."
Andra hanya menggeleng. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela. Sedikit berharap kalau Alyssa ada disana sedang berjalan menuju kelasnya.
"Liburan kali."
Andra mendengus kesal, mata elangnya menatapa tajam Rico disebelahnya. Rico yang awalnya asik bermain game, langsung mematikan pspnya.
"Eh maap-maap, lo ke rumahnya dong, atau tanya temennya yang cantik itu."
"Lo naksir Gabriella?" Tiba-tiba Andra mengalihkan pembicaraan Gabriell.
Rico yang ditanya hanya tersenyum malu, wajahnya saja sudah memerah
"Jijik lo pake malu-malu segala." Lanjut Andra
"Bodo."
Andra terkekeh melihat Rico yang sedang cemberut seperti perempuan. Terlebih lagi, wajah Rico yang berpipi chubby, menambah kesan imut padanya. Tak heran kalau perempuan di WH sangat mengidolakannya.
Andra kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Koridor depan kelas tampak mulai sepi, jam istirahat sudah berakhir sejak lima menit yang lalu, tapi kelasnya belum juga dimasuki Mrs Rani. Tadi Vico, ketua kelasnya memberi tau kalau Mrs Rani akan terlambat masuk. Seperti siswa pada umumnya, anak XI Sosial 1 bersorak kesenangan. Tapi Andra, tidak menghiraukan info yang diberikan Vico sedangkan Rico ikut bersorak dengan temannya yang lain. Karena itu artinya, ia bisa bermain game dulu. Terkadang Andra bingung dengan Rico, kenapa ia tetap bisa menjadi juara kelas, sedangkan belajar saja jarang. Andra tau betul, separuh waktu yang Rico gunakan hanya untuk bermain. Dan itu lah hebatnya Rico, tetap menjadi juara kelas tanpa belajar. Tapi tetap saja, Rico masih kalah dengan Andra, yang selalu berada di atasnya. Walaupun begitu, Rico dan Andra tidak pernah memiliki rasa ingin bersaing. Mereka tetap berteman seperti biasanya, tanpa ada rasa ingin melebihi satu sama lain. Untuk orang yang melihatnya, pasti merasa salut kepada keduanya.
-***-
"Kamu pikir rumah tangga kita ini tidak berarti? Kamu pikir anak-anak kita ngga berarti?"
"Kalian semua berarti buat aku, kamu, Adit, Alyssa, dan Amel, semua berarti buat aku, termasuk-"
"Termasuk selingkuhan kamu? Aku ngga nyangka ya, ternyata sikapmu yang akhir-akhir ini berubah itu semua karena selingkuhan kamu? Ngga nyangka aku, bener-bener ngga nyangka."
"Bukan itu Viola-"
"Udahlah! aku ngga peduli! sekarang aku minta kamu keluar dari rumah ini!"
Teriakan demi teriaktan memenuhi ruangan. Viola yang sudah muak dengan tingkah Victor kini tak perduli lagi. Sudah cukup hatinya sakit karena ulah suaminya itu. Sampai saat ini pun teriakan dan pecahan barang masih terdengar, bahkan sampai ke kamar Adit.
Di dalam, Adit sedang bersusah payah menenangkan Cika. Adit masih berusaha meyakinkan adiknya itu. Kalau boleh jujur, ia ingin menangis, bahkan lebih kencang dari Adiknya. Tapi berbeda dengan adiknya yang menangis karena sedih, ia ingin menangis karena marah. Marah melihat kelakuan brengsek ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
Novela Juvenil"Kau buatku tertegun saat kau pergi meninggalkanku begitu saja. Kau pergi bukan untuk sekejap saja, tapi kau pergi tanpa kembali lagi."- Alyssa "Mungkin ku tak akan bisa selalu di sampingmu, tapi yakinlah aku ada ditempat yang paling dekat denganmu...