kini kamu telah tahu

10 1 5
                                    

Waktu kecil aku sering membaca, membaca terjemahan yang terletak dibagian paling bawah layar kaca sebelum jeda pariwara kala aku menonton animasi lewat tv kabel yang bibi punya karna masa itu, di rumahku tak punya tv, sekedar rumah berpintu satu dengan hiasan lonceng hasil pemberian manusia dermawan waktu hujan sore-sore didepan bejana.

Tak banyak yang ku pahami, jika bosan bertanya-tanya akan kucari maknanya sendiri. Lewat membaca aku mengenal apa itu sandiwara yang biasa tercetus disamping kiri rawa-rawa dekat toko bangunan yang senantiasa menarik perhatian suara-suara heboh bak sorakkan warga sekecematan kala melihat rumah akan roboh diatas tanah sengketa, mereka memang tidak bisa tenang saat hal aneh muncul dan lepas landas diatas lahan kosong, tukang menggosip tukang mengusik, seolah di dunia hanya penuh berita-berita sampah yang tak bermuara.

Tak hanya itu, disana ada beberapa serangga yang aku tak tahu namanya karena aku belum cukup bosan untuk bertanya ke pembina asrama yang seminggu itu tak kami tempati karena makhluk aneh sering bersenang-senang diatas rambut ikal yang terbengkalai sejak menjadi keledai.

Aneka bentuk nan asing bermunculan ditiap lembar yang ku buka diatas piring bercorak daun pakis yang diatasnya ditaburi kaviar, agar mereka melihat bibi lebih jelas dan lebih berharga ketimbang satu kilo daging ayam di pasar becek bau bebek.

Tiap-tiap kalimat tersusun tanpa sekat, tepat disana kujumpai wujud asli manusia yang entah karangan siapa aku tak peduli sebenarnya.

Ilmu selalu baru bersamaan otakku tak cukup muat untuk semua itu, maka, ku salin setengah diatas wadah sekiranya jika suatu waktu aku bertanya-tanya, sudah kumiliki jawabannya sendiri tanpa perlu repot-repot mengutak-atik kolong meja dan menggusur pemukiman rayap didalamnya.

Keranjang Isi PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang