-4-

816 144 12
                                    

➵ Happy Reading :>

✗✗✗

Yedam menyandarkan dirinya di pagar tepi Sungai Han. Menatap indahnya langit malam dan juga merasakan angin sejuk yang menyapa permukaan kulitnya. Sungguh menusuk. Namun, saat ini hatinya masih lebih sakit dibandingkan angin malam yang membuat kulitnya merinding.

Yedam meneguk perlahan kopi kaleng yang ada di tangannya. Perlahan air matanya jatuh, namun tidak ada suara isakkan yang ia keluarkan. Dirinya hanya berpikir, sampai kapan ia harus menunggu Doyoung untuk berubah? Sampai kapan ia harus bertahan? Sampai kapan hatinya harus terus menerima segala perih yang ada? Yedam menjatuhkan dirinya, merengkuh badannya sendiri. Memeluk dirinya yang kedinginan dan juga hatinya yang semakin rapuh setiap harinya.

"Apa harus sampai aku mati, baru dirimu akan berubah, Doyoung-ah?" Tanya Yedam pada dirinya sendiri.

Yedam kembali terisak, tidak ada seorang pun di sekitar Sungai Han. Hanya dirinya yang berdiri di saat waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Yedam yang sedang kalut pikirannya akan selalu melepaskan seluruh beban nya di Sungai Han sendiri. Ia tidak pernah mau bercerita kepada siapapun, termasuk Jihoon ataupun Hyunsuk hyung. Sudah cukup mereka terbebani dengan dirinya selama ini, ia tidak ingin lagi menambah beban mereka.

"Yedam-ah, kamu masih bisa bertahan. Kamu pasti akan bertahan sampai pada batas waktumu." Gumam Yedam menyemangati dirinya sendiri dan setelahnya kembali menatap langit yang dipenuhi dengan bintang.

✗✗✗

Hari terakhir. Hari ini adalah kencan terakhir dari Doyoung dan Wonyoung dan akan menentukan segalanya pada hari. Menentukan apakah hatinya berpindah dan juga lebih memilih dengan pilihan papa-nya.

"Kak Doyoung?" Panggil Wonyoung pelan.

Doyoung menoleh, menatap setiap lekukan cantik dari wanita yang lebih muda setahun darinya. Jika dilihat memang Wonyoung sangatlah manis dan juga cantik dalam waktu bersamaan. Perempuan ini juga sangatlah baik dan juga terlihat sudah berubah sepenuhnya.

"Ada apa?" Tanya Doyoung saat Wonyoung memanggilnya.

"Ah, enggak. Kakak ngelamun makanya aku panggil."

"Kirain kenapa manggil saya." Ucap Doyoung yang dijawab gelengan dari Wonyoung.

"Eh, kak! Di seberang sana ada yang jual es krim. Aku mau beli sebentar. Kakak tunggu di sini ya?"

Tanpa mendengar jawaban Doyoung, Wonyoung langsung berlari begitu saja. Doyoung hanya tertawa pelan melihat tingkah Wonyoung yang menurutnya lucu.

✗✗✗

Yedam menatap dari kejauhan, melihat Doyoung yang tertawa karena melihat tingkah Wonyoung. Yedam tertawa miris. Memikirkan jika dirinya sangatlah menyedihkan. Doyoung tidak berkunjung selama seminggu penuh, tidak ada kabar sama sekali darinya. Yedam jadi berpikir mungkin memang seharusnya saat Doyoung meminta kesempatan dirinya tidak usah repot-repot memberikan kesempatan keduanya yang sungguh berharga itu.

"Bang Yedam yang menyedihkan. Pada akhirnya aku yang ditinggalkan. Ingin sekali rasanya aku yang meninggalkan dirimu, Kim Doyoung." Gumam Yedam, lalu beranjak dari duduk dengan senyum penuh kesedihan.

✗✗✗

Wonyoung tidak tahu. Ah, lebih tepatnya ia ceroboh. Dirinya suka lupa untuk melihat lampu berhenti yang ada. Terkadang karena terlalu bahagia Wonyoung akan lupa melihat sekitar dan hanya fokus pada satu titik, dimana saat ini titik fokusnya hanya berada pada Doyoung.

Wonyoung sudah berlari kecil untuk kembali ke taman tengah kota, namun matanya menangkap sesosok pemuda yang terlihat familiar yang sudah bersiap menyebrang dengan menunduk dan tidak melihat kanan-kirinya lagi. Wonyoung tahu siapa pemuda yang ia lihat. Bang Yedam. Kekasih sah dari tunangannya.

Wonyoung melihat jika lampunya masih merah. Saat ini ia tersadar, dirinya melihat jika ada mobil yang melaju kencang dari kiri sudah siap untuk menghantam Yedam. Dengan cepat tangannya melempar es krim tersebut dan berlari dengan berteriak memanggil nama pemuda yang lebih tua 2 tahun darinya.

"KAK YEDAMM!!" Wonyoung berteriak yang membuat sang pemilik nama mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Wonyoung.

Tersenyum.

Yedam tersenyum yang membuat Wonyoung tertegun, merasa fokusnya beralih mereka tidak sadar jika dari kedua arah sudah ada 2 mobil yang melaju kencang.

Bugh...

Dengan begitu 2 tubuh melayang begitu saja tertabrak oleh mobil yang juga sama kagetnya. Semua orang yang ada segera berkumpul di 2 tempat. Tempat pertama sedang mengerumuni tubuh seorang perempuan, sedangkan tempat kedua sedang mengerumuni tubuh seorang pemuda yang masih bisa membuka matanya dengan senyum yang terpatri indah di wajahnya.

Doyoung melihat. Jika Wonyoung-nya tertabrak oleh mobil. Dengan secepat kilat dirinya berlari menghampiri tubuh Wonyoung yang tergeletak berlumuran darah itu.

Lagi. Doyoung membuat orang yang ia sayang hampir kehilangan nyawa. Kembali Doyoung lakukan hal yang membuat orang yang ia sayang sakit. Bahkan lebih parah dari yang ia lakukan terhadap Yedam-nya.

"Tunggu sebentar. Jangan begini, Jang Wonyoung! Aku belum memberi jawaban bukan?! Buka matamu sekarang!! Aku akan membuatmu selamat, maka dari itu, jangan pergi." Teriak Doyoung.

Entah ini apa, Doyoung tidak tahu ucapannya masih terdengar oleh pemuda yang tergeletak tidak jauh dari Wonyoung. Sang kekasih yang sudah menutup matanya dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya yang penuh dengan darah.

"Jadi, akhirnya aku yang meninggalkan dirimu, Kim Doyoung."


✗✗✗

Sedih gak? Enggak, ya?

Aku tuh baru pertama kali bikin cerita gini. Suka takut jelek, padahal emang jelek. Tapi, daripada ketampung di otak mulu.

Oke! Makasih yang masih baca cerita ini, yang nge vote juga thank you sm.

Love u all🖤

Wrong ; Dodam ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang