END

1K 149 15
                                    

➵ Happy Reading :>

✗✗✗

Doyoung melihat dari kejauhan Wonyoung yang saat ini sedang terbaring dengan penuh alat-alat penyambung hidup. Doyoung bodoh, seharusnya dirinya saja yang pergi membeli es krim. Dengan begitu, pasti tidak akan ada yang terbaring lemah di ruangan yang penuh dengan alat penyambung kehidupan. Doyoung menyesali perbuatannya, padahal dirinya tidak salah. Sama sekali tidak bersalah dalam hal ini.

Junkyu menatap adiknya yang menangis. Seumur hidupnya, Junkyu tidak pernah melihat Doyoung sekacau ini. Doyoung yang ia kenal selalu bersikap dingin, acuh tak acuh dan hanya peduli terhadap orang tertentu. Dirinya tidak pernah melihat jika Doyoung bisa sangat sayang kepada seseorang, terlebih orang itu bukanlah Keita ataupun Yedam, melainkan orang yang pernah menyakitinya, Jang Wonyoung.

"Sudah. Bukan salahmu. Dia tertabrak karena kelalaian pengemudi. Jangan menyalahkan dirimu seperti ini. Bukankah kau dengar? Wonyoung akan baik-baik saja percaya padaku." Junkyu memeluk adiknya yang saat ini terlihat rapuh.

Ah, Doyoung yang malang.

✗✗✗

Jihoon berteriak histeris. Menangis sejadi-jadinya di pelukan Hyunsuk. Bagaimana bisa semuanya terjadi begitu saja. Jihoon tidak mengerti lagi dengan rencana Tuhan. Kenapa Tuhan-nya senang sekali melihat Hamba-nya selalu tersakiti. Terus menerus tersakiti. Satu persatu jarum menusuk hamba-nya tepat di jantung. Apa salah Yedam? Mengapa dirinya begitu malang sehingga selalu mendapatkan sakit hati yang mendalam? Setelah dirinya di acuhkan oleh ibunya sendiri, lalu di abaikan oleh kekasihnya, dan bahkan sekarang Tuhan memberikan jalan cepat kepada adik tersayangnya menuju surga tuhan yang tiada tara keindahan nya.

Mengapa Tuhan-nya melakukan hal tersebut? Dosa besar apa yang diperbuat Yedam sehingga dirinya diperlakukan tidak baik di dunia. Mengapa Tuhan-nya begitu benci melihat Yedam bahagia? Jihoon sesak, dia benci melihat Yedam-nya koma, dia benci melihat Yedam-nya yang tidak bisa bergerak sama sekali, dirinya benci karena tidak bisa mendengarkan Yedam-nya bernyanyi dengan alunan nada yang indah juga senyum yang selalu hadir di wajahnya bagaikan mentari pagi.

Jihoon memukul pundak Hyunsuk berkali-kali, yang dipukul merasakan sakit, namun sakit hatinya lebih terasa dibandingkan pukulan Jihoon yang sungguh panas. Hatinya sedih, namun dirinya harus tetap tegap dan menenangkan Jihoon yang masih histeris setelah tau jika Yedam mereka kecelakaan dan nyawanya sedang terancam sekarang. Jihoon dan Hyunsuk segera melaju dengan kencang saat mendengar hal itu, Ayah Yedam yang juga diberitahu langsung mencari tiket penerbangan pulang ke Korea dari Jepang. Hyunsuk langsung berteriak dan menyuruh seluruh staff rumah sakit agar memberikan yang terbaik kepada Yedam. Saat ini nyawa Yedam lebih penting dibandingkan uangnya.

"Aku paham, Jihoon-ah. Tapi, jangan begini. Yedam akan tambah sakit jika kamu terus menangis seperti ini. Bukankah seharusnya kamu tidak menangis dan berdoa untuk kehidupan Yedam? Ayo, berhenti menangis, ya" Ucap Hyunsuk dengan halus dan berhati-hati.

"Mengapa Tuhan begitu berat memberikan cobaan kepada Yedam kita? Mengapa Tuhan selalu merencakan hal yang menyakitkan untuk Yedam? Mengapa Tuhan ingin mengambil Yedam dahulu dari kita? Mengapa hidup untuk Yedam begitu mematikan? Tidak bisakah aku bertukar kehidupan dengan Yedam? Tidak bisakah?"

Hyunsuk kembali menepuk-nepuk pelan punggung Jihoon. Dirinya tahu Jika Jihoon sangatlah menyayangi Yedam. Terkadang Jihoon selalu bisa menjadi tempat segalanya untuk Yedam, terutama menjadi sosok keibu-an untuk Yedam. Hyunsuk menjadi perih jika mengingat seberapa berat beban yang berada di pundak Yedam saat dulu dan saat ini.

"Dimana Kim Bajingan Doyoung, itu? Apa si Bajingan tidak tahu jika kekasihnya sedang terbaring melawan kematiannya? Brengsek memang dia!" Teriak Jihoon.

Wrong ; Dodam ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang